Share

PART 23: Film Horor

Author: Titi Chu
last update Huling Na-update: 2025-04-19 17:53:56

"Ada masalah?" Ed mengulang pertanyaan, tangannya dengan kuat menahan bahuku.

Aku buru-buru berdiri tegak merasa berterima kasih. Berusaha tenang dan tidak gemetar. "Di mana Gun?" tanyaku, karena tidak menemukan sosoknya.

"Dia sudah menunggu di hotel."

"Kamu—"

"Saya di sini disuruh menjemput kamu."

Oke, aku segera menuruti keinganannya dan masuk ke limousine yang pintu penumpangnya sudah terbuka. Ed segera memutar dan duduk di sisi lain.

Perjalanan kulalui dengan perasaan gelisah, aku tidak habis pikir bagaimana Mama bisa berkhianat, terlebih dia tahu keuanganku sedang tidak baik-baik saja.

Namun yang membuatku lebih khawatir adalah anak-anak. Mereka pasti terkejut menyaksikan rumah berantakan, dan sekarang mereka sendirian di apartemen.

"Ada apa?" Seolah bisa membaca ekspresiku yang gusar Ed kembali bertanya.

Tapi pantang untukku membagi masalah pada orang lain, terlebih kami belum terlalu dekat, jadi aku hanya meringis.

"Apa tempatnya jauh?"

"Kita akan sampai dalam dua j
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 24: Tikus-Tikus

    Jika bukan sedang gusar karena anak-anak, mungkin aku akan salut dengan bagaimana cara Gun berkendara, dia gesit seolah jalanan Ibu Kota kini menjadi lintasan balap tapi tetap taat aturan dan berada di kecepatan yang masih diperbolehkan. "Mama akan di sana sebentar lagi, Naga, kamu sama Mas Hiro ya?" Pesan suara itu kukirim pada mereka selama perjalanan agar anak-anakku lebih tenang, meski sebenarnya akulah yang lebih perlu ditenangkan. Setelah Naga melakukan panggilan, aku belum sempat menjawab atau bertanya, sambungan langsung terputus dan saat aku mencoba melakukan panggilan ulang, ponselnya sudah dinonaktifkan. Kini pesan suaraku pun hanya ceklis satu, aku meremas benda pipih itu dengan gelisah, begitu sampai di gedung apartemen aku segera melompat dari mobil dan berlari menuju unit kami, bisa kurasakan Gun mengekori di belakang, dia berhenti di meja resepsionis, berbicara ringkas, meminta petugas untuk menghubungi pihak berwajib dan bersiaga akan adanya sesuatu yang berbahay

    Huling Na-update : 2025-04-20
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 25: Superman

    Tidak ada makanan di kulkas karena tempat itu sudah diacak-acak oleh debt collector dan dua algojonya. Hal itu terjadi saat Hiro dan Naga sedang membuat sandwich, itulah sebabnya kenapa kaos mereka penuh saos. Dan tiba-tiba pintu dibuka paksa oleh debt collector hingga alat kombinasi password terlepas dari engselnya. Mereka mengobrak-abrik tempat tinggal kami mencari Mama, dan berpikir bahwa Mama sedang bersembunyi sehingga semua barang-barang menjadi sasaran. Aku benar-benar marah dengan cerita si kembar, tidak masalah jika Mama mau memanfaatkan aku untuk mendapatkan uang, tapi kenapa dia harus membahayakan Hiro dan Naga, bahkan berniat menjadikan jaminan dan dibawa oleh debt collector? "Petugas sudah mengkonfirmasi melalui CCTV tiga orang yang masuk ke apartemen kamu." Gun memberi informasi ketika para pihak berwajib datang lalu membantuku menghadapi mereka. Para pengawalnya bersama Ed pun datang dan kini berjaga mengelilingi unit kami hingga menjadi perhatian penghuni lain. "Se

    Huling Na-update : 2025-04-20
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 26: Rolls Royce Phantom

    "Gun, sebentar." Tapi Gun tidak membutuhkan penolakan, dengan keras kepala dia membawa Naga masuk ke mobilnya, dan yang lebih tidak bisa ditoleransi adalah Ed membawa Rolls Royce Phantom, sehingga Naga tampak antusias saat melompat masuk ke sana. Padahal bukan ini mobil yang tadi dia bawa saat mengantarku ke apartemen, berapa banyak sebenarnya mobil yang dia punya? "Kamu di belakang Naga." "Siap Chef." Dengan patuh anakku nurut dan berpindah ke jok belakang. Hiro melotot di sisiku, harga diri, gengsi dan penasaran sepertinya sedang bergelut menjadi satu dalam dada anak itu. "Mama..." Dia menatapku dengan alis bertaut seolah aku seharusnya menyeret Naga keluar. Anak itu memang lebih mudah untuk dibujuk. "Kita harus bicara." Akhirnya aku memutar dan berdiri di depan Gun, tepat sebelum dia melompat ke sisi pengemudi. "Apalagi yang harus dibicarakan Mita?" "Kami nggak mungkin tinggal di rumah kamu." "Jadi di mana kalian akan tinggal?" "Aku akan cari airnb di dekat sini, selama

    Huling Na-update : 2025-04-21
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 27: Water Heater

    "Aku rasa itu pertanyaan yang terlalu pribadi." Akhirnya susah payah aku menjawab di tengah hening yang tercipta. Gun tampak seperti mengembuskan napas berat. "Sorry," katanya kaku. "Saya nggak bermaksud untuk membuat kamu teringat kenangan buruk, tapi mereka masih sangat kecil." Gun juga tidak memiliki Papa, sudah meninggal saat dia masih berusia sepuluh tahun, mungkin Gun sedang berpikir bagaimana anak-anak kecil seperti si kembar sudah tidak mendapatkan kasih sayang seorang Papa. Gun mungkin berpikir dan mencoba melihat situasinya seperti dirinya dulu yang kehilangan. Tapi itu justru membuat dadaku sesak, perasaan bersalah karena tidak pernah membagi kabar bahwa mereka adalah anak-anaknya kembali menggelayuti bahuku seperti jubah. "Maaf..." Gun sontak menoleh, alisnya terangkat, aku buru-buru meralat. "Ya, itu udah lama terjadi." Perjalanan bersamanya entah kenapa terasa lama, atau mungkin karena aku gelisah dan bolak-balik mengecek arloji, saat mobil melaju di jalan

    Huling Na-update : 2025-04-21
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 28: Nutrisi Kentang

    Wangi, hangat, tenang. Aku menggeliat, meregangkan tangan, lalu perlahan membuka mata dan menatap langit-langit kamar berwarna biru terang dan seketika sadar bahwa aku tidak sedang berada di dalam kamar apartemen. Rasa pusing di kepala langsung menyerang saat aku duduk tegak, menyadari si kembar sudah tidak ada di sisiku. Dengan gusar aku segera beringsut bangkit, melotot pada jam digital di atas nakas yang menunjukkan angka setengah delapan pagi. Akibat overthinking memikirkan di mana nanti kami akan tinggal, hutang-hutang Mama dan yah ... Gun juga, aku tidur terlalu larut sehingga kini kesiangan! "Pagi." Aku meringis, sudah jelas bahwa itu adalah sindiran karena aku orang terakhir yang muncul di ruang sarapan. Sesuai pesan Gun semalam, seorang pelayan langsung mengarahkan aku untuk bergabung dengan si kembar yang sudah duduk manis di sana. "Mama!" Naga melompat di kursi makan, sudah berseragam rapi, aku melotot dan menyuruhnya duduk. "Mama mau cobain soup bikinan Chef Gun?"

    Huling Na-update : 2025-04-22
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 29: Perusakan Property

    Tentu saja tidak, aku segera menyusuri koridor ke ruangan Gun, mengetuk pintu dua kali, menunggu sahutan dari dalam sebelum perlahan membukanya. "Bapak manggil saya?" "Masuklah," katanya. "Mita ini pengacara saya, Jerikho, dia yang akan membantu kamu dalam kasus perusakan property semalam, para debt collector itu sudah diketahui berasal dari salah satu Bank, dan mereka punya hak untuk melakukan penggeledahan karena Mama kamu selama ini selalu menghindari pembayaran." Aku megap-megap di sofa setelah berjabat tangan singkat dengan Jerikho. "Te-terus gimana?" Mendadak blank. "Kita hanya bisa mengajukan keluhan." Jerikho yang menjawab. "Tapi kami perlu saksi untuk melakukannya ke pihak Bank." "Saksi?" "Hiro dan Naga," kata Gun. Dadaku langsung terasa panas. Mana mungkin aku akan membiarkan anak kecil berhadapan dengan orang dewasa. Kejadian semalam bahkan bisa meninggalkan trauma, meski si kembar tampak ceria tapi bukan berarti mereka baik-baik saja jika harus berulang kali mence

    Huling Na-update : 2025-04-22
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 30: Jajanan Sekolah

    "Mama kembar." Here we go, panggilan alam akhirnya datang, seperti biasa trio Ibu Nuri, Yuli, Yuni menghampiri ketika aku menjemput Hiro dan Naga di sekolah. "Gimana si kembar jadi ikut jalan-jalan ke kebun binatang atau nggak? Saya belum nerima transferan." Aku meringis, mencoba mencari alasan untuk menolak, aku takut bahwa Hiro dan Naga sedih karena di antara teman-teman lain, mereka tidak ikut, sementara biayanya di luar kemampuanku saat ini. "Itu... apa menurut Ibu-Ibu biayanya nggak terlalu kemahalan?" "Loh, kan udah dijelasin ya tempo hari sama Ibu Nuri," kata Ibu Yuli. "Pulang dari kebun binatang anak-anak juga dapat goodie bag, lagian di sana nanti mereka bukan cuma lihat-lihat binatang tapi sekalian belajar." "Kita malah belum kasih tau soal seragam anak-anak loh Mom." Ibu Yuni menimpali. "Seragam?" "Iya biar gampang dikoordinasiinnya, anak-anak kan rawan hilang dari rombongan, makanya kita butuh seragam, jadi mudah dicari dan dibedain dari rombongan TK lain." Penjel

    Huling Na-update : 2025-04-23
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 31: Fine Dinning

    Gelisah, ada alasan kenapa aku menyembunyikan kehamilan pada Gun, salah satunya karena karier laki-laki itu sedang berada di puncak ketika ini terjadi, kedua ibunya nggak menyukaiku. Beliau menganggap aku sebagai penghambat kesukesaan Gun, dan kehamilanku hanya membawa bencana. Lalu kalau ditanya apakah aku menyesali keputusan itu? Jawabannya tidak, aku justru akan menyesal kalau dulu menuruti keinginannya, sesuatu yang tidak akan termaafkan. Meski sulit, tapi aku menikmati setiap proses mengandung anak-anakku. Sakit, pusing, mual, kram, semua kulalui dengan hati gembira, dan hasilnya aku rasa anak-anakku tumbuh menjadi anak yang riang, saking riangnya kadang aku berpikir mereka melewati batas. Aku mulai meragukan diri sendiri, apakah mungkin saja apartemen memang diacak-acak oleh mereka dan bukannya debt collector? Sial, karena julukan banyak orang mereka liar dan nakal aku jadi terkontaminasi. "Hiro, Naga, kalian nggak boleh ngatain orang lain bodoh, itu sangat kasar," kataku be

    Huling Na-update : 2025-04-23

Pinakabagong kabanata

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 49: Gula Darah

    Aku tidak paham sebenarnya kenapa permintaan Gun berubah, awalnya dia bilang hanya akan berkunjung, lalu tinggal di apartemen sampai makan malam. Dan sekarang, laki-laki itu ingin menginap. Harap dicatat ketika dia meminta, menggunakan kata 'boleh?' itu artinya sama saja 'harus' karena Gun tidak menerima penolakan. "Kamu mau tidur di mana?" tanyaku dari balik gigi yang terkatup rapat saat laki-laki itu sudah menjatuhkan diri di sofa setelah membantuku mencuci piring di westafel. Anak-anak sedang kusuruh masuk ke kamar, mengerjakan tugas. Meski sepertinya tadi aku melihat mereka mengintip dari celah pintu yang terbuka. "Jangan khawatirkan itu, saya orang yang fleksibel, di sofa pun bisa." Dan seakan ingin menunjukkan maksudnya, Gun menggenjot sofa, mencoba-coba tempat itu nyaman dan aman untuknya. Aku mendengus. "Kamu nggak bakal bisa tidur, di sini nggak kedap suara."

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 48: Crop Tee

    Gun benar-benar keras kepala. Dia memang tidak langsung datang dan mengganggu aktivitasku, tapi dia menempati janjinya untuk berkunjung saat makan malam. Namun sayang kehadirannya tidak disambut hangat oleh anak-anak. Begitu aku membuka pintu, Naga mendadak muncul dari balik bahuku dengan wajah coreng moreng, mengenakan topi pantai dan menggenggam senapan laras panjang. "Mama tiarap," perintahnya. Aku refleks melakukan yang dia teriakkan, kemudian senapan itu menyempotkan air tepat ke wajah Gun di balik punggungku. Mataku mendelik ngeri, aku sudah bersiap menerima omelan judes Gun saat menoleh dan melihat laki-laki itu ternyata berhasil menghindar dengan berjongkok. Bibirnya menyunggingkan senyum puas. "Musuh gagal dieksekusi." Naga terdengar kesal. Tapi itu adalah pengalih perhatian yang bagus karena di detik berikutnya, sebelum Gun berdiri tegak. Hiro muncul dari balik sofa lalu membombardirnya dengan tem

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 47: Budak Kitchen

    Karena aku tak kunjung merespon, dan hanya menarik embuskan napas dengan dada naik turun, Gun kembali bersuara. "Mita..." Perlahan dia menunduk, aku bisa merasakan napas hangatnya membayang di wajahku, ketika bibirnya semakin maju, aku sontak membuang muka. "Kamu bilang mau bicara, Gun." Detak jantungku terasa bertalu-talu, darah seperti mengalir deras dari tubuhku. Gun langsung berhenti. Dia diam cukup lama, seolah menyedot habis oksigen di sekeliling kami hingga aku merasa kesulitan bernapas. Lalu cengkeraman tangannya mengendur, kemudian tubuhnya perlahan mundur. Dia menyugar rambut, menatapku yang mematung. Tapi terlalu muluk jika berharap seorang Gun akan mudah menyerah, karena saat aku mulai bergerak untuk menjauh, dia mencekal lenganku kemudian bibirnya menyerbu bibirku. Gun menahan belakang kepalaku selagi mataku melotot dan berusaha mendorong dadanya mundur. Dia memangut lembut.

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 46: Beef Dan Keju

    Aku mencoba melihat segalanya dalam sudut pandang yang positif. Selama diliburkan, aku bisa menjaga anak-anak tanpa perlu daycare atau orang lain, terlebih Mama yang sampai saat ini belum diketahui keberadaannya. Aku bahkan bisa membuatkan mereka bekal makan siang untuk dibawa ke sekolah. Lalu mengajak mereka berbelanja mingguan, dan yang paling penting karena mereka tidak ikut liburan bersama teman-teman lain ke kebun binatang. Aku bisa menyempatkan waktu untuk mengajak mereka ke sana. Hiro dan Naga menyambut gembira. Ketika mereka bertanya, kenapa Mama nggak kerja? Aku bisa berkelit dengan menjawab Mama sedang ambil cuti. Dan selayaknya anak berusia empat tahun mereka sangat senang, bakan berharap Mamanya akan cuti selama setahun penuh. Hiro yang biasanya mudah curiga, kali ini juga tidak banyak bertanya. Menghabiskan waktu bersamaku bagi mereka jauh lebih berharga dibandingkan harus memikirkan masalah lain. Sangat tipika

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 45: Loker Seragam

    "Apalagi yang perlu dibicarakan, Gun?" Aku sudah lelah dengan drama pencurian ini, jika dia ingin mengkonfrontasi dan membuatku mengaku bahwa akulah yang mencuri barang miliknya, maka lebih baik Gun pergi daripada menghabiskan waktu. "Ke ruangan saya, atau ribut di sini." Namun Gun adalah Gun kan? Setiap kata-katanya tidak bisa dibantah mutlak, hingga ketika dia menggidikkan kepala agar aku mengikutinya, aku tidak memiliki pilihan selain nurut. Belum lagi jika kami ribut di koridor maka itu bisa menarik perhatian para karyawan. Dengan gontai aku memasuki ruangan Gun, merasa sedikit trauma ketika wanginya yang maskulin sontak menyerbu. Inilah tempat yang membuatku dituduh melakukan tindakan amoral. "Duduklah." Aku nurut. Gun melangkah tenang, membuka lemari bening yang berada di sudut ruangan. Mengeluarkan satu botol yang terlihat mahal, menuangkan isinya ke gelas kemudian mengulurkannya padaku. Kepalaku terangkat, bingung. "Aku—" "Minumlah, kamu butuh rileks sekarang." Dia k

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 44: Kotak Pizza

    Siapapun yang melihat pasti akan langsung sadar bahwa benda itu terbuat dari berlian. Bentuknya kecil seperti kancing manset pada umumnya, namun berkilauan. Aku bisa mendengar semua karwayan menahan napas. Harganya pasti di atas 1M, pantas saja Pak Punjab tampak senewen, meskipun Gun sempat tidak peduli. Mba Niken megap-megap tidak paham. "Saya nggak tau itu ada di sana." Semua pasang mata langsung menatapnya. "Itu barang kamu?" tanya Pak Punjab. "Y-ya," gagap Mba Niken. "Tapi saya nggak mencuri, dan saya juga nggak tau kenapa benda itu ada di dalam sana Pak." "Ini benar milik kamu kan, Gun?" tanya Zara. Aku mengangkat alis, menyadari dia memanggil Gun tanpa embel-embel Pak atau Chef seperti karyawan yang lain, akrab sekali, bund. "Seharusnya ada sepasang kan? Di mana yang satunya lagi?" "Saya nggak tau!" Mba Niken memekik. "Sebaiknya Anda bicara yang sopan." Gerald memperingatkan dengan tajam. "Nggak apa-apa, dalam keadaan seperti ini semua pasti tegang, dia berhak untuk mem

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 43: Cufflink

    "Saya bukan mau menuduh kamu melakukan pencurian, tapi saya perlu melakukan konfirimasi apa yang kamu lakukan di dalam ruangan Gun." "Benar Pak, saya melihat dia keluar dari ruangan Chef Gun siang ini." Lusi tiba-tiba menyela, suaranya terdengar berapi-api. Pak punjab merentangkan tangan, meminta agar perempuan itu tidak memotong pembicaran. "Kita perlu memberikan Paramita waktu untuk menjelaskan." "Apanya yang perlu dijelaskan Pak? Saya lihat dengan mata kepala saya sendiri kok. Ketika saya tanya apa yang dia lakukan di sana karena Chef Gun sedang nggak ada. Mita sendiri kelihatan ketakutan, seolah dia baru kepergok melakukan sesuatu." Ya Tuhan. Tidak menuduh aku melakukan pencurian? Tapi jelas sekali kata-kata beliau justru menunjukkan yang sebaliknya. Aku bahkan tidak diminta duduk tanpa basa-basi. Di antara empat pasang mata, kecuali Gun, mereka menatapku menunggu jawaban. Punggungku panas dingin. "Apa maksud Bapak pencurian?" tanyaku, lidah terasa pahit saat mengatakan itu

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 42: Keturunan Hindi

    Apartemen kami ternyata sudah rapi, tempat itu sudah tidak dipasang garis polisi. Dan ruang tamunya yang acak-acak dengan perabotan terbalik serta pecah belah sudah dibersihkan dan ditata seperti semula. Aku hanya perlu menyimpan barang-barang kami di kamar masing-masing, membujuk Hiro dan Naga untuk tidur kemudian istirahat. Walaupun aku sendiri insomnia. Bangun-bangun, kepalaku terasa berat, badanku sakit semua seperti habis digebuki. Aku mandi dengan menahan nyeri, kemudian menyadari aku melupakan jadwal pertemuan bersama Miss Clara. "Nggak pa-pa kok Mam, kalau memang masih sibuk, kami maklum. Silakan datang kalau Mama kembar nggak sibuk ya." Aku menggumamkan terima kasih untuk pengertiannya. Lalu meninggalkan anak-anak di kelas. Mengabaikan tatapan kepo dari trio Ibu Nuri, Yuli, dan Yuni. "Ibu-Ibu foto jalan-jalan kemarin sudah dikirim ke grup ya, silakan dicek. Ini saya juga punya bingkisan untuk Ibu-Ibu di rumah, tapi untuk yang ikut-ikut aja." Ibu Nuri mengumumkan di depa

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 41: OCD

    Aku segera melompat bangkit dari kursi, jantung berdebar penuh antisipasi. Mata mendelik nyalang menatapnya. "Apa maksud kamu?" Gun menyesap air putih di meja, gerakannya begitu tenang terkendali, sikap judes yang selalu diperlihatkannya mendadak hilang digantikan sikap dingin, tak tersentuh dan tak terbantah. Seolah dia telah sepenuhnya berubah dari Gun yang dulu pernah kukenal, menjadi seseorang yang sama sekali berbeda. "Kamu mengerti apa yang saya maksud," jawabnya lambat-lambat. Telingaku berdenging panjang, alarm tanda bahaya menyala. "Kamu bercanda kan, Gun?" "Do I look like I am joking?" Tapi ini sama sekali tidak masuk akal, bahuku merosot lemas, mundur selangkah. Gun bukan laki-laki pemaksa, aku tahu dia sangat galak, judes, dan sulit ditangani. Sebagai pengidap Obsessive Compulsive Disorder (OCD) Gun selalu menuntut kesempurnaan, dia tidak akan bisa bekerja sama dengan orang-orang lamban. Hanya saja, sepanjang kami berpacaran, tidak pernah sekalipun dia

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status