Home / Romansa / Crush Sang Kapten Basket / Berjalan Berdampingan dengan Kevin

Share

Berjalan Berdampingan dengan Kevin

Author: Singacala ID
last update Last Updated: 2025-05-30 00:30:21

Langit malam di Jakarta begitu tenang. Di kamar yang rapi dan penuh dengan rak buku, Alina duduk bersila di tempat tidur dengan lampu belajar menyala temaram. Ponselnya berada dalam genggaman, awalnya ia hanya berniat membuka I*******m untuk mencari akun komunitas pecinta buku yang sempat direkomendasikan oleh kakak kelas tadi siang.

Namun, entah bagaimana, jari-jarinya malah mengetik:

kevin

Dan…

Boom!

Akun itu benar-benar ada.

Profilnya sederhana.

Foto profil Kevin adalah dirinya yang sedang duduk di pinggir lapangan basket, mengenakan jersey putih dengan logo sekolah. Tak banyak yang ia unggah (mungkin hanya sekitar 15 foto) tapi semuanya seolah menyimpan pesona tersendiri bagi Alina.

Ia menggulir pelan.

Foto saat Kevin mengangkat piala bersama tim basket.

Foto candid Kevin sedang tertawa di lapangan.

Foto close-up hitam putih yang entah siapa yang ambil, namun jelas memamerkan rahangnya yang tegas dan mata tajamnya yang seolah bisa melihat isi hati.

Tanpa sadar…

Like.

Like.

Like.

"Astaga…" Alina menatap layar ponselnya, terkejut. "Tiga foto?!"

Ia menutupi wajahnya dengan bantal. Malu sendiri.

“Aku udah follow dan like tiga fotonya. Gawat,” gumamnya.

Namun, di tengah rasa gugup itu, terselip rasa hangat. Seolah ia telah membuka satu pintu kecil menuju dunia Kevin.

Pagi Harinya – di Gerbang Sekolah

Seperti biasa, Alina turun dari mobil ayahnya di titik yang agak jauh dari gerbang utama. Ia membetulkan tas ranselnya dan merapikan poni di depan kaca mobil sebelum pamit.

“Semangat, ya,” kata sang ayah.

“Siap, Pak. Doakan ulangan biologi hari ini lancar,” jawab Alina sambil tersenyum manis.

Langkahnya pelan namun ringan. Namun baru beberapa meter berjalan…

“Ternyata di balik sikap rendah hati dan kebersahajaanmu, kamu menyembunyikan apa yang sesungguhnya kamu miliki, Alina.”

Suara itu tidak asing dan ia memastikan itu suara yang ia kenali. Dalam, tenang, tapi penuh kesan.

Alina menoleh spontan.

Kevin??

Ia berdiri bersandar pada tiang gerbang, dengan seragam sedikit kusut, kemeja tak dimasukkan sepenuhnya, dan tas selempangnya tergantung santai di bahu. Ia menatap Alina sambil menyeringai kecil.

“Eh… Kevin! Sejak kapan kamu di sini?” Alina mencoba menenangkan degup jantungnya yang seperti genderang perang.

“Sejak kamu turun dari mobil sedan hitam mewah itu,” jawab Kevin santai.

Alina langsung panik. “Itu… itu mobil ayahku. Aku cuma nebeng…”

Kevin menatapnya dalam-dalam. “Kamu nggak perlu menjelaskan apa-apa. Aku cuma bilang, ternyata kamu lebih dari yang terlihat.”

Alina menundukkan kepalanya. Pipinya berubah berwarna merah jambu. Nafasnya menjadi sedikit tercekat.

Kevin lalu melangkah pelan ke arah gerbang. “Yuk, masuk bareng. Aku juga baru saja datang.”

Untuk pertama kalinya, Alina berjalan sejajar dengan Kevin. Suasana terasa hening. Tapi bukan keheningan yang canggung. Justru keheningan yang nyaman, yang membuat waktu seolah berjalan lambat.

Di Lantai Dua – Koridor Kelas

Reva berdiri bersandar di pagar besi lantai dua, memandangi halaman depan sekolah. Vani, Della, dan Mitha ikut berdiri di belakangnya.

Dan di sanalah mereka melihatnya.

Kevin dan Alina. Berjalan berdua menuju gedung sekolah.

Vani menggigit bibir. “Itu… Alina kan?”

Della menyipitkan mata. “Wah, dia beneran jalan bareng Kevin?”

Reva tak berkata apa-apa. Tatapannya tajam, dan tangannya mengepal perlahan.

“Dia pikir dia siapa?” gumam Reva dengan suara pelan tapi menusuk. “Cuma anak baru yang pintar doang. Tapi sekarang udah mulai masuk ke wilayah kita.”

“Reva, santai. Kevin tuh cuek sama semua cewek, termasuk kamu. Dia nggak akan mungkin menyukai perempuan baru itu.” Ucap teman nya.

“Dia mungkin cuek. Tapi bukan berarti dia buta,” potong Reva dingin.

Mitha melirik teman-temannya. “Terus kita mau ngapain?”

Reva menoleh, bibirnya melengkung sinis. “Kita ajarin dia cara bertahan hidup di sekolah ini.”

Kemudian Di Dalam Kelas

Alina kembali duduk di samping Seruni, masih dengan sisa senyum di bibirnya.

“Jangan bilang kamu bareng Kevin tadi pagi?” bisik Seruni sambil mengguncang lengan Alina.

Alina hanya mengangguk, wajahnya merah muda seperti kelopak bunga sakura.

“Dan kamu masih hidup?!” Seruni bergurau.

Alina tertawa kecil. “Dia nggak galak kok. Cuma… dingin aja. Tapi tadi dia berbincang cukup banyak.”

“Wah, ini prestasi besar! Kevin biasanya paling cuma ngomong ‘ya’, ‘nggak’, atau ‘enggak tahu’. Kamu pasti spesial!”

Alina menatap keluar jendela. Ia tak berani berharap terlalu jauh, tapi hatinya hangat. Ia tak bisa berhenti tersenyum.

Namun jauh di luar jendela, di balik tirai rapi di ruang OSIS, Reva sedang berbicara dengan senior dari kelas sebelah, membicarakan sesuatu dengan nada pelan namun serius.

Dan Alina, yang sedang merangkai bunga-bunga harapan dalam hatinya, belum tahu badai kecil akan segera datang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Crush Sang Kapten Basket   Alina Terkena Fitnah

    Pagi itu, langit Jakarta tampak mendung. Alina berjalan menuju sekolah dengan semangat yang masih tersisa dari momen kemarin, saat Kevin untuk pertama kalinya menemaninya masuk gerbang sekolah. Jantungnya masih bisa merasakan degup bahagia, pipinya sempat memerah kembali kala mengingat cara Kevin menatapnya. Namun pagi itu semua terasa berbeda. Begitu memasuki halaman sekolah, pandangan Kevin yang biasanya hangat kini seakan mengiris tajam. Tatapan itu bukan tatapan yang sama seperti kemarin. Tidak ada lagi senyum tipis yang selama ini diam-diam membuat Alina terpaku. Tak ada anggukan kecil, tak ada sapaan ringan. Kevin berlalu begitu saja dengan acuh dan dingin. Seolah mereka tak pernah saling mengenal sebelum nya. Alina menghentikan langkah. Sejenak ia berpikir, apa yang sedang terjadi? Seruni sudah menunggunya di depan kelas. "Pagi, Lin!" seru Seruni ceria. Tapi raut wajahnya segera berubah saat melihat ekspresi Alina yang kebingungan. "Hey, kamu kenapa? Mukamu kayak abis li

  • Crush Sang Kapten Basket   Serangan Reva dan Perlindungan dari Kevin

    Pagi itu suasana sekolah terasa berbeda. Bisik-bisik mulai terdengar di sepanjang koridor. “Eh, itu yang namanya Alina, kan?” “Iya, yang katanya ngerebut Kevin dari Reva…” “Muka sih polos, tapi kelakuan ternyata manuver ya?” Alina berjalan perlahan di antara kerumunan. Kepalanya tertunduk. Di dalam dadanya, ada rasa asing yang mengganjal: malu, bingung, dan marah dalam hati. Seruni menghampiri dan menarik tangannya masuk ke kelas. “Kamu oke, Lin? kenapa mereka tahu dan menggunjing mu?” “Enggak tahu, Aku bahkan nggak tahu aku salah apa.” “Gosip itu nyebar dari tadi pagi. Katanya kamu suka pamer-pamer kedekatan sama Kevin. Katanya kamu ‘bermuka dua’.” Alina menggeleng cepat. “Aku nggak pernah cerita ke siapa pun. Bahkan ke kamu aja soal perasaanku ke Kevin…” Seruni mengepalkan tangan. “Berarti ini pasti dari Reva!” Siang Hari – Komunitas Perpustakaan Sesi membaca sore hari biasanya menjadi pelarian terbaik Alina. Tapi kali ini, suasana di dalam ruang baca terasa canggung. Ta

  • Crush Sang Kapten Basket   Reva yang Terlalu Posesif

    Pagi itu, sekolah seperti biasa ramai. Koridor dipenuhi siswa berlalu-lalang, suara tawa bersahutan, dan aroma dari kantin mulai menyeruak di udara. Namun bagi Alina, hari ini terasa berbeda. Bukan karena ulangan Bahasa Inggris yang katanya bakal susah, atau tugas sejarah yang menumpuk, tapi karena hatinya masih menggantung pada percakapan singkat kemarin dengan Kevin. “Ternyata kamu lebih dari yang terlihat.” Kalimat itu terus terngiang. Bahkan saat ia sedang mengisi air di botol minum sekolahnya, pipinya kembali merona saat teringat bagaimana Kevin menatapnya. “Alin, kamu tuh kenapa sih? Senyum-senyum sendiri dari tadi,” Seruni menyikut pelan. Alina hanya menggeleng, canggung. “Nggak apa-apa Run, cuma lagi ingat sesuatu aja.” “Kemarin kamu bareng Kevin. Hari ini senyum terus. Aku mulai yakin kamu nggak cuma suka baca, tapi juga suka berimajinasi,” Seruni tertawa geli. Alina ikut tertawa. “Iya deh, iya. Tapi serius, dia ternyata nggak se-cuek yang aku kira. Ada sisi dia yang l

  • Crush Sang Kapten Basket   Berjalan Berdampingan dengan Kevin

    Langit malam di Jakarta begitu tenang. Di kamar yang rapi dan penuh dengan rak buku, Alina duduk bersila di tempat tidur dengan lampu belajar menyala temaram. Ponselnya berada dalam genggaman, awalnya ia hanya berniat membuka Instagram untuk mencari akun komunitas pecinta buku yang sempat direkomendasikan oleh kakak kelas tadi siang.Namun, entah bagaimana, jari-jarinya malah mengetik:kevinDan…Boom!Akun itu benar-benar ada.Profilnya sederhana.Foto profil Kevin adalah dirinya yang sedang duduk di pinggir lapangan basket, mengenakan jersey putih dengan logo sekolah. Tak banyak yang ia unggah (mungkin hanya sekitar 15 foto) tapi semuanya seolah menyimpan pesona tersendiri bagi Alina.Ia menggulir pelan.Foto saat Kevin mengangkat piala bersama tim basket.Foto candid Kevin sedang tertawa di lapangan.Foto close-up hitam putih yang entah siapa yang ambil, namun jelas memamerkan rahangnya yang tegas dan mata tajamnya yang seolah bisa melihat isi hati.Tanpa sadar…Like.Like.Like."

  • Crush Sang Kapten Basket   Cemburu Yang Tak Perlu

    Pagi itu matahari bersinar cerah. Langit biru membentang tanpa awan, seolah menjadi pertanda baik untuk hari yang baru. Alina melangkah keluar dari mobil ayahnya dengan semangat membuncah. Ia memilih turun beberapa meter sebelum gerbang sekolah seperti biasa, tak ingin menarik perhatian. Namun langkahnya kali ini lebih ringan, lebih cepat. Ia bahkan bersenandung pelan dalam hati. Hari ini hari pengumuman nilai ulangan matematika. Mata pelajaran yang paling ditakuti sebagian besar siswa mayoritas, tapi justru salah satu favorit Alina. Di Dalam Kelas “Alina Intan Putri, 98. Nilai tertinggi di kelas,” ucap Pak Rulu, guru matematika mereka, sembari menuliskan hasil ulangan di papan tulis. Alina membeku sejenak. Ia hampir tak percaya mendengar namanya disebut. Seruni yang duduk di sampingnya langsung menepuk pelan bahunya. “Gila! Kamu jenius ya ternyata!” bisik Seruni dengan suara kagum. Alina tersenyum malu. “Ah, nggak juga… cuma kebetulan soalnya nyambung sama materi yang aku suka

  • Crush Sang Kapten Basket   Ikut Ekskul Komunitas Membaca

    Hari itu, langit Jakarta tampak biasa saja. Tapi bagi Alina, hari itu terasa seperti lembar baru. Setelah percakapan singkat di kantin bersama Kevin, pikirannya tidak berhenti memutar ulang tiap detik momen itu. Senyum Kevin sang kapten basket. Tatapan dan cara dia bilang: Kalau ada yang ganggu kamu, bilang aja… Seruni sampai geleng-geleng melihat sahabat barunya yang terus melamun di kelas. “Lin, kamu senyum-senyum sendiri kayak orang jatuh cinta sama karakter anime.” Alina hanya menatap Seruni dengan ekspresi dreamy. “Gimana ya, Seruni dia tuh sangat berbeda.” Seruni bersedekap. “Ya iyalah beda. Dia Kevin, bukan guru matematika kita yang ngasih PR kayak neraka.” Alina tertawa. Tapi di balik tawa itu, muncul ide nekat di kepalanya. Sebuah cara untuk mengenal Kevin lebih dekat, tanpa terkesan terlalu mengejar. Sore Hari, Ruang OSIS dan Papan Ekstrakurikuler Setelah jam pelajaran selesai, Alina dan Seruni sengaja mampir ke papan pengumuman ekskul yang terletak di lorong m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status