Crush Sang Kapten Basket

Crush Sang Kapten Basket

last updateLast Updated : 2025-07-22
By:  Singacala IDUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Not enough ratings
9Chapters
10views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Alina siswi SMA pindahan dari Bandung yang kini harus tinggal di Jakarta ikut orang tuanya. Di sekolah baru nya ia mengagumi seorang kapten basket bernama Kevin. Sosok kapten yang dingin, tampan, dan gagah juga disegani para siswa juga selalu diperhatikan oleh setiap siswi. Ikuti terus cerita Alina mengejar cinta sang kapten..

View More

Chapter 1

Bola dan Pandangan Pertama

Langit Jakarta siang itu sedikit mendung, namun tetap terasa panas dan gerah bagi Alina. Ia menghela napas pelan saat berjalan menyusuri koridor sekolah barunya. Gedung yang besar dan megah ini jelas berbeda dari sekolah lamanya di Bandung. Semua terasa asing, aroma cat tembok baru, lantai yang mengkilap, serta wajah-wajah siswa yang belum dikenalnya.

“Ini lapangan basketnya,” ujar Seruni sambil menunjuk ke arah kiri. Gadis berambut pendek itu tampak semangat memperkenalkan sekolahnya pada Alina, meski mereka baru kenal pagi tadi. “Biasanya tiap sore rame banget. Apalagi kalau yang latihan tim inti. Apalagi kalau kaptennya main.”

Alina menoleh, penasaran. “Kapten?”

“Kevin. Kevin Mahendra. Kelas 12 IPA. Katanya sih dia pernah ikut turnamen nasional. Semua cewek di sini pasti kenal dia,” jelas Seruni sambil tertawa kecil.

Mereka berdua mendekati pagar pembatas lapangan. Beberapa siswa tengah melakukan latihan, terdengar suara sepatu menjejak lantai dan dentuman bola basket yang memantul cepat. Di antara mereka, seorang cowok bertubuh tinggi dan berseragam olahraga biru tua tampak mencolok. Wajahnya serius, matanya fokus pada arah pantulan bola.

“Itu Kevin?” tanya Alina pelan.

Seruni mengangguk cepat. “Iya, itu dia. Dingin banget orangnya. Tapi keren sih.”

Alina mengangguk-angguk, memperhatikan lebih saksama. Sosok itu memang karismatik, tinggi, gagah, dan tampak dingin juga tenang. Ia tampak dewasa dibanding siswa lain. Ada aura kepemimpinan dalam cara dia berdiri dan mengarahkan timnya. Saat Alina baru saja ingin melangkah lebih dekat untuk melihat, tiba-tiba....

DUGGG!

GUBRAK!!

Alina tumbang dan tergeletak hampir tak sadar.

Sebuah bola basket meluncur cepat dan menghantam kepala Alina dengan keras.

“Alina!” Seruni berteriak panik. Alina sempat menyentuh dahinya, matanya kabur, lalu tubuhnya limbung dan jatuh ke tanah.

Beberapa siswa langsung mendekat. Dari lapangan, Kevin dengan cepat berlari, wajahnya berubah tegang.

“Maaf! Tadi saya lempar, tapi bola melenceng!” katanya cepat sambil ikut berlutut di samping tubuh Alina.

“Dia pingsan! Panggil PMR!” Seruni menjerit panik.

Tak lama kemudian, dua siswa dari PMR datang dengan tandu lipat. Kevin ikut membantu mengangkat tubuh Alina, membopongnya hati-hati menuju ruang UKS.

Di dalam ruang UKS yang sejuk dan tenang, Alina terbaring di ranjang kecil dengan kain kompres di dahinya. Kevin berdiri di sisi ranjang, sedikit gelisah.

“Aku yang salah. Nggak sengaja, tapi tetap aja…” gumamnya.

Beberapa menit kemudian, Alina mengerjap pelan, matanya terbuka perlahan. Pandangannya masih kabur, namun ia melihat siluet seseorang berdiri di dekatnya. Saat fokusnya kembali, mata mereka bertemu.

Cowok itu.

Kapten basket yang tadi ia lihat di lapangan.

Wajahnya teduh, alisnya tegas, dan sorot matanya tajam tapi hangat. Alina diam terpaku beberapa detik, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

“Lo udah sadar?” tanya Kevin singkat.

Alina mengangguk pelan. “Aku… di mana?”

“UKS. Tadi lo kena bola,” jawab Kevin.

Alina meraba dahinya. “Oh…” Ia sedikit tersipu, apalagi saat menyadari Kevin masih berdiri di situ, memperhatikannya.

“Maaf ya, tadi gue yang nggak sengaja lempar bola. Gue nggak lihat lo berdiri di situ.”

Alina mengangguk. “Nggak apa-apa… Terima kasih udah nolongin.”

Kevin mengangguk singkat lalu menoleh ke arah pintu. “Kalau udah mendingan, gue balik dulu ke lapangan. Istirahat aja dulu.”

Alina menatap punggungnya yang menjauh, lalu menatap ke langit-langit ruangan. Ia baru saja pindah ke sekolah ini. Belum genap sehari. Tapi hatinya seperti sudah menemukan pusat gravitasi baru.

Namanya Kevin, ya?

***

Beberapa Hari Sebelumnya di Bandung

Hujan rintik menyambut pagi itu di halaman sekolah SMA Cendana di Bandung. Suasana murung terasa begitu kental di antara sekumpulan siswa yang berkumpul di depan gerbang sekolah.

“Kita bakal kangen banget sama kamu, Lin…” ujar Nabila, teman sebangku Alina, sambil memeluknya erat.

Alina tersenyum pilu. “Aku juga bakal kangen kalian semua. Terutama bangku pojok jendela itu.”

Mereka tertawa di tengah isak tangis kecil. Beberapa guru juga datang menghampiri, memberikan pelukan dan doa.

“Jakarta bukan tempat yang mudah, tapi kamu anak kuat, Alina. Tetap jadi diri sendiri, ya,” ujar Bu Winda, wali kelasnya.

Alina mengangguk pelan, matanya berkaca-kaca. “Terima kasih, Bu. Doain aku betah di sana.”

Setelah berpamitan, Alina masuk ke dalam mobil sedan yang telah siap membawa keluarganya menuju Jakarta. Ia menatap keluar jendela, melihat gedung sekolahnya semakin menjauh, lalu hilang dari pandangan.

Di dalam hati, ada kekosongan yang ia rasakan. Meninggalkan semua kenangan masa putih abu-abu yang hangat di Bandung bukan hal yang mudah. Tapi ia tahu, hidup selalu mengalir ke depan.

Dan siapa sangka, hari pertamanya di Jakarta justru membawanya pada pertemuan tak terduga dengan seorang kapten basket.

Kembali ke Jakarta - Malam Harinya

Alina duduk di meja belajarnya di kamar baru sambil memegang kepalanya yang masih sedikit pusing akibat bola basket yang membentur kepalanya tadi siang. Dinding kamarnya masih kosong, belum ada poster atau kenangan yang menempel. Ia membuka buku hariannya dan mulai menulis:

"Hari pertama sekolah di Jakarta. Dipukul bola basket dan pingsan. Lucunya, aku malah bertemu cowok yang bikin jantungku deg-degan. Namanya Kevin. Dia seperti sosok dalam film yang pernah aku tonton. Tampan, dingin, dan... entah kenapa aku ingin mengenalnya lebih jauh."

Alina menutup bukunya dan merebahkan tubuh di kasur. Jakarta masih asing, tapi mungkin tak selama-lamanya.

Apalagi jika ada seseorang yang membuat segalanya terasa lebih hidup.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
9 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status