Home / Romansa / Crush Sang Kapten Basket / Ikut Ekskul Komunitas Membaca

Share

Ikut Ekskul Komunitas Membaca

Author: Singacala ID
last update Last Updated: 2025-05-27 17:19:10

Hari itu, langit Jakarta tampak biasa saja. Tapi bagi Alina, hari itu terasa seperti lembar baru. Setelah percakapan singkat di kantin bersama Kevin, pikirannya tidak berhenti memutar ulang tiap detik momen itu. Senyum Kevin sang kapten basket. Tatapan dan cara dia bilang: Kalau ada yang ganggu kamu, bilang aja…

Seruni sampai geleng-geleng melihat sahabat barunya yang terus melamun di kelas.

“Lin, kamu senyum-senyum sendiri kayak orang jatuh cinta sama karakter anime.”

Alina hanya menatap Seruni dengan ekspresi dreamy. “Gimana ya, Seruni dia tuh sangat berbeda.”

Seruni bersedekap. “Ya iyalah beda. Dia Kevin, bukan guru matematika kita yang ngasih PR kayak neraka.”

Alina tertawa. Tapi di balik tawa itu, muncul ide nekat di kepalanya. Sebuah cara untuk mengenal Kevin lebih dekat, tanpa terkesan terlalu mengejar.

Sore Hari, Ruang OSIS dan Papan Ekstrakurikuler

Setelah jam pelajaran selesai, Alina dan Seruni sengaja mampir ke papan pengumuman ekskul yang terletak di lorong menuju aula kecil. Di sana, daftar panjang kegiatan tertempel rapi: KIR, Teater, Paskibra, Pramuka, Tari Tradisional, Komunitas Membaca dan tentu saja Basket.

“Udah niat banget nih kamu?” goda Seruni sambil menunjuk tulisan ‘Basket Open Recruitment’.

“Aku nggak bisa main basket, Seruni.” bisik Alina. “Tapi aku bisa bantu-bantu jadi tim dokumentasi atau pengurus alat.” Ucap nya.

Seruni terkekeh. “Ohh, jadi strategi mendekat dengan si kapten dari jalur logistik ya?”

Alina menepuk pelan bahu Seruni. “Doakan aku kuat mental kalau lihat dia tiap sore.”

Mereka berjalan dan baru beberapa meter Alina terdiam dan berbalik arah kembali ke papan pengumuman.

"Aku rasa ikut ekskul Basket terlalu mencolok bagiku, aku mau ganti Ekskul aja." ucap nya.

"Kamu ini hmmm..." Seruni mengikuti Alina kembali.

Alina dan Seruni kembali berdiri di depan papan pengumuman ekskul, tapi kali ini dengan tujuan berbeda.

“Jadi sekarang kamu serius nggak jadi ikut dokumentasi basket?” tanya Seruni heran.

Alina tersenyum. “Aku pikir-pikir lagi. Aku mau tetap dekat sama Kevin, tapi bukan berarti aku harus ‘mengubah’ diriku.”

Seruni mengangguk pelan. “Pilih yang kamu suka, bukan yang cuma demi suka.”

“Exactly,” balas Alina mantap.

Pandangan Alina tertuju pada sebuah kertas kecil di pojok bawah papan. Di situ tertulis:

Komunitas Pecinta Perpustakaan Untuk kamu yang mencintai kata, buku, dan ketengan.

“Ini dia,” kata Alina sambil menunjuk tulisan itu. “Ini tempatku.”

Seruni membaca cepat. “Latihannya tiap Selasa dan Kamis sore jam tiga sampai lima… eh, sama kayak jadwal basket, Lin!”

Alina mengangguk. “Yup. Jadi aku bisa baca buku dan tetap bisa lihat Kevin, dari balik jendela perpustakaan.”

Seruni mendecak pelan. “Strategi silent killer. Aku suka!”

Perpustakaan Sekolah – Sore Hari

Perpustakaan sekolah itu tenang. Dindingnya tinggi, dipenuhi rak-rak kayu tua dan aroma buku bekas yang khas. Di salah satu sudut ruangan, terdapat jendela besar yang menghadap langsung ke lapangan basket luar ruangan.

Alina duduk di pojok ruangan, tepat di dekat jendela itu. Di hadapannya terhampar buku tebal: “To Kill a Mockingbird” karya Harper Lee novel favoritnya sejak SMP.

Seorang siswi berambut pendek duduk di sampingnya, sambil membuka laptop kecil. “Hai, kamu anggota baru ya?” Tanya nya.

“Iya. Aku Alina.” Jawab Alina.

“Aku Dita ketua komunitas ini. Kamu suka baca novel klasik?”

“Suka banget,” jawab Alina cepat. “Aku suka kata-kata, dunia yang tenang. Tapi juga yang begitu dalam.”

Dita tersenyum. “Welcome to the club. Di sini kita bisa baca, berdiskusi, bahkan bikin resensi. Tapi syaratnya satu.”

“Apa?”

“Jangan lupa pakai ‘telinga ketiga’.”

Alina mengerutkan kening. “Itu apaan?”

“Telinga buat dengar isi hati sendiri,” ujar Dita sambil tersenyum bijak. “Karena di dunia ini, kadang suara hati lebih jujur dari suara orang lain.”

Alina tertawa kecil. “Wah kamu kayak guru filsafat.”

Jam Bergulir, Mata Menyapu Lapangan

Sambil membaca, sesekali Alina melirik ke luar jendela. Di sana, Kevin sedang memimpin latihan dengan penuh semangat. Teriakannya terdengar samar, gerakannya cepat, sigap, dan ekspresinya serius.

Kevin bukan cuma kapten. Ia seperti komandan pasukan yang semua orang percaya.

“Dia memang keren ya?” tanya Dita pelan, melihat Alina menatap ke lapangan.

Alina kaget. “Hah? Siapa?”

Dita tertawa. “Tenang aja. Semua cewek juga suka lihat Kevin latihan dari jendela ini. Kamu bukan yang pertama.”

Alina tersenyum malu. “Aku cuma emm... ya, sekedar kagum aja. Hanya dari jauh.”

“Kagum itu bagus. Tapi jangan sampai bikin kamu lupa sama buku,” ucap Dita sambil menyerahkan buku baru. “Coba kamu baca ini, dan bikin resensinya minggu depan.”

Alina membaca judulnya: “The Little Prince”.

Menjelang Pulang

Saat latihan basket selesai, Alina masih duduk di dekat jendela, berpura-pura menulis catatan resensi. Padahal sebenarnya, ia menunggu satu momen, satu kemungkinan: mungkin Kevin akan lewat dekat jendela, mungkin ia akan melirik ke arah perpustakaan, mungkin… hanya mungkin… ia akan melihatnya.

Dan keajaiban kecil terjadi.

Kevin berjalan dengan handuk di leher, botol minum di tangan. Saat melewati jendela perpustakaan, ia menoleh sebentar.

Pandangan mereka bertemu.

Hanya sekilas. Tapi cukup untuk membuat jantung Alina berdetak lebih cepat.

Kevin hanya mengangguk kecil seolah menyapa diam-diam. Dan melanjutkan langkahnya.

Alina menutup bukunya.

“Seruni nggak akan percaya ini,” gumamnya sendiri.

Malamnya, di Rumah

Alina menulis di jurnal pribadinya:

Hari ini aku membaca tentang anak kecil dari planet lain.

Tapi yang membuatku terbang bukan cerita dari buku itu… Melainkan satu tatapan diam dari seorang kapten yang tak kutahu apakah ia sadar, …bahwa sedang diamati dari balik jendela.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Crush Sang Kapten Basket   Alina Terkena Fitnah

    Pagi itu, langit Jakarta tampak mendung. Alina berjalan menuju sekolah dengan semangat yang masih tersisa dari momen kemarin, saat Kevin untuk pertama kalinya menemaninya masuk gerbang sekolah. Jantungnya masih bisa merasakan degup bahagia, pipinya sempat memerah kembali kala mengingat cara Kevin menatapnya. Namun pagi itu semua terasa berbeda. Begitu memasuki halaman sekolah, pandangan Kevin yang biasanya hangat kini seakan mengiris tajam. Tatapan itu bukan tatapan yang sama seperti kemarin. Tidak ada lagi senyum tipis yang selama ini diam-diam membuat Alina terpaku. Tak ada anggukan kecil, tak ada sapaan ringan. Kevin berlalu begitu saja dengan acuh dan dingin. Seolah mereka tak pernah saling mengenal sebelum nya. Alina menghentikan langkah. Sejenak ia berpikir, apa yang sedang terjadi? Seruni sudah menunggunya di depan kelas. "Pagi, Lin!" seru Seruni ceria. Tapi raut wajahnya segera berubah saat melihat ekspresi Alina yang kebingungan. "Hey, kamu kenapa? Mukamu kayak abis li

  • Crush Sang Kapten Basket   Serangan Reva dan Perlindungan dari Kevin

    Pagi itu suasana sekolah terasa berbeda. Bisik-bisik mulai terdengar di sepanjang koridor. “Eh, itu yang namanya Alina, kan?” “Iya, yang katanya ngerebut Kevin dari Reva…” “Muka sih polos, tapi kelakuan ternyata manuver ya?” Alina berjalan perlahan di antara kerumunan. Kepalanya tertunduk. Di dalam dadanya, ada rasa asing yang mengganjal: malu, bingung, dan marah dalam hati. Seruni menghampiri dan menarik tangannya masuk ke kelas. “Kamu oke, Lin? kenapa mereka tahu dan menggunjing mu?” “Enggak tahu, Aku bahkan nggak tahu aku salah apa.” “Gosip itu nyebar dari tadi pagi. Katanya kamu suka pamer-pamer kedekatan sama Kevin. Katanya kamu ‘bermuka dua’.” Alina menggeleng cepat. “Aku nggak pernah cerita ke siapa pun. Bahkan ke kamu aja soal perasaanku ke Kevin…” Seruni mengepalkan tangan. “Berarti ini pasti dari Reva!” Siang Hari – Komunitas Perpustakaan Sesi membaca sore hari biasanya menjadi pelarian terbaik Alina. Tapi kali ini, suasana di dalam ruang baca terasa canggung. Ta

  • Crush Sang Kapten Basket   Reva yang Terlalu Posesif

    Pagi itu, sekolah seperti biasa ramai. Koridor dipenuhi siswa berlalu-lalang, suara tawa bersahutan, dan aroma dari kantin mulai menyeruak di udara. Namun bagi Alina, hari ini terasa berbeda. Bukan karena ulangan Bahasa Inggris yang katanya bakal susah, atau tugas sejarah yang menumpuk, tapi karena hatinya masih menggantung pada percakapan singkat kemarin dengan Kevin. “Ternyata kamu lebih dari yang terlihat.” Kalimat itu terus terngiang. Bahkan saat ia sedang mengisi air di botol minum sekolahnya, pipinya kembali merona saat teringat bagaimana Kevin menatapnya. “Alin, kamu tuh kenapa sih? Senyum-senyum sendiri dari tadi,” Seruni menyikut pelan. Alina hanya menggeleng, canggung. “Nggak apa-apa Run, cuma lagi ingat sesuatu aja.” “Kemarin kamu bareng Kevin. Hari ini senyum terus. Aku mulai yakin kamu nggak cuma suka baca, tapi juga suka berimajinasi,” Seruni tertawa geli. Alina ikut tertawa. “Iya deh, iya. Tapi serius, dia ternyata nggak se-cuek yang aku kira. Ada sisi dia yang l

  • Crush Sang Kapten Basket   Berjalan Berdampingan dengan Kevin

    Langit malam di Jakarta begitu tenang. Di kamar yang rapi dan penuh dengan rak buku, Alina duduk bersila di tempat tidur dengan lampu belajar menyala temaram. Ponselnya berada dalam genggaman, awalnya ia hanya berniat membuka Instagram untuk mencari akun komunitas pecinta buku yang sempat direkomendasikan oleh kakak kelas tadi siang.Namun, entah bagaimana, jari-jarinya malah mengetik:kevinDan…Boom!Akun itu benar-benar ada.Profilnya sederhana.Foto profil Kevin adalah dirinya yang sedang duduk di pinggir lapangan basket, mengenakan jersey putih dengan logo sekolah. Tak banyak yang ia unggah (mungkin hanya sekitar 15 foto) tapi semuanya seolah menyimpan pesona tersendiri bagi Alina.Ia menggulir pelan.Foto saat Kevin mengangkat piala bersama tim basket.Foto candid Kevin sedang tertawa di lapangan.Foto close-up hitam putih yang entah siapa yang ambil, namun jelas memamerkan rahangnya yang tegas dan mata tajamnya yang seolah bisa melihat isi hati.Tanpa sadar…Like.Like.Like."

  • Crush Sang Kapten Basket   Cemburu Yang Tak Perlu

    Pagi itu matahari bersinar cerah. Langit biru membentang tanpa awan, seolah menjadi pertanda baik untuk hari yang baru. Alina melangkah keluar dari mobil ayahnya dengan semangat membuncah. Ia memilih turun beberapa meter sebelum gerbang sekolah seperti biasa, tak ingin menarik perhatian. Namun langkahnya kali ini lebih ringan, lebih cepat. Ia bahkan bersenandung pelan dalam hati. Hari ini hari pengumuman nilai ulangan matematika. Mata pelajaran yang paling ditakuti sebagian besar siswa mayoritas, tapi justru salah satu favorit Alina. Di Dalam Kelas “Alina Intan Putri, 98. Nilai tertinggi di kelas,” ucap Pak Rulu, guru matematika mereka, sembari menuliskan hasil ulangan di papan tulis. Alina membeku sejenak. Ia hampir tak percaya mendengar namanya disebut. Seruni yang duduk di sampingnya langsung menepuk pelan bahunya. “Gila! Kamu jenius ya ternyata!” bisik Seruni dengan suara kagum. Alina tersenyum malu. “Ah, nggak juga… cuma kebetulan soalnya nyambung sama materi yang aku suka

  • Crush Sang Kapten Basket   Ikut Ekskul Komunitas Membaca

    Hari itu, langit Jakarta tampak biasa saja. Tapi bagi Alina, hari itu terasa seperti lembar baru. Setelah percakapan singkat di kantin bersama Kevin, pikirannya tidak berhenti memutar ulang tiap detik momen itu. Senyum Kevin sang kapten basket. Tatapan dan cara dia bilang: Kalau ada yang ganggu kamu, bilang aja… Seruni sampai geleng-geleng melihat sahabat barunya yang terus melamun di kelas. “Lin, kamu senyum-senyum sendiri kayak orang jatuh cinta sama karakter anime.” Alina hanya menatap Seruni dengan ekspresi dreamy. “Gimana ya, Seruni dia tuh sangat berbeda.” Seruni bersedekap. “Ya iyalah beda. Dia Kevin, bukan guru matematika kita yang ngasih PR kayak neraka.” Alina tertawa. Tapi di balik tawa itu, muncul ide nekat di kepalanya. Sebuah cara untuk mengenal Kevin lebih dekat, tanpa terkesan terlalu mengejar. Sore Hari, Ruang OSIS dan Papan Ekstrakurikuler Setelah jam pelajaran selesai, Alina dan Seruni sengaja mampir ke papan pengumuman ekskul yang terletak di lorong m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status