DIABAIKAN MENTANG-MENTANG HANYA ANAK PANCINGAN

DIABAIKAN MENTANG-MENTANG HANYA ANAK PANCINGAN

Oleh:  El Baarish  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 Peringkat
42Bab
7.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Darah lebih kental dari air, aku harus tau diri siapa yang harus diutamakan." Salsa dibesarkan oleh orangtua angkatnya. Saat bayi ia diadopsi untuk memancing kehadiran seorang anak kandung, dari pasangan yang telah lama menikah, tapi belum dikaruniai anak. Beberapa tahun kemudian, dari pasangan itu lahirlah seorang anak yang cantik bernama Mutiara. Setelah ada anak kandung, keberadaan Salsa makin tak terlihat. Ia kerap kali mendapat perlakuan yang berbeda dari sang Mama. Salsa diperlakukan seperti pembantu, dan tak mendapat kasih sayang seperti dulu. Berbeda dengan Mama, sang Ayah justru selalu membela Salsa. Namun, suatu hari Ayah mengusir Salsa karena sesuatu terjadi dalam rumah itu.

Lihat lebih banyak
DIABAIKAN MENTANG-MENTANG HANYA ANAK PANCINGAN Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Nul Hakim
Alur cerita bagus
2023-11-04 04:23:30
1
user avatar
Mayda Kyoto
bagus cerita nya
2023-11-01 22:18:13
1
user avatar
Yuyun Yuningsih
keren thor, seru, ga belibet. keren.
2023-10-24 09:39:15
1
42 Bab
Kelakuan Tiara
Salsa 1."Cepetan dong, Salsa! Salatnya lama amat sih! Udah telat nih gue!" teriak Tiara dari ruang tengah. Ia bahkan kali ini protes waktuku menghadap dengan Rabb-ku.Di dalam kamar, aku segera melepas mukena dengan gerak cepat. Setelah melipatnya, aku mengganti baju dan memakai jilbab kurung yang tersangkut di belakang pintu. Serba cepat.Saat aku sedang berdiri di depan cermin ingin sedikit memakai bedak, Tiara telah berdiri di pintu dengan tangan berkacak di pinggang."Udahlah, masih gelap juga. Gak bakalan ada cowok yang liat." Ucapan Tiara menghentikan aktivitasku di depan cermin.Segera saja ia menarik tanganku untuk keluar dari kamar, dan menyerahkan kunci motor.Kami akan ke rumah seorang MUA yang tak terlalu jauh dari kampung ini. Hari ini Tiara wisuda, dan ia akan merias diri agar terlihat sempurna di hari bahagianya.Ia menyuruhku untuk mengantarnya ke rumah MUA. Seperti kebiasaannya, sering menyuruh ke mana-mana dan akan merengek dan mengadu pada Mama jika tak dituruti.
Baca selengkapnya
Bab 2
Salsa 2.Pukul enam sore aku tiba di rumah. Rasanya seluruh tubuhku terasa remuk karena lelah melayani pembeli dari pagi sampai sore. Aku pulang diantar oleh temanku yang katanya kasihan lihat aku naik ojek atau angkutan umum untuk pulang, udah mau magrib katanya."Kamu enak ya, pulang langsung makan. Gak harus masak lagi," kata temanku saat kami berada di atas motor. Ia mengeluh karena ibunya sakit menahun, dan terpaksa melakukan semuanya sendiri.Spontan senyum miringku tersungging. Kini aku berada di depan tumpukan piring dan dapur yang kotor. Setelah salat magrib, aku langsung gegas membersihkannya. Semua pekerjaan aku selesaikan di malam hari.Tak cukup sampai di situ, karena setelah cuci piring aku harus menyetrika setumpuk pakaian keluarga. Ya, keluarga yang terkadang aku hanya merasa seperti sampah di mata mereka.Aku menggeleng meski temanku tak bisa melihatnya."Kadang sih. Tapi pulang kerja aku nggak bisa langsung bersihin diri atau istirahat.""Lah, kenapa? Bukannya kamu
Baca selengkapnya
Bab 3
Salsa 3.Pagi ini, aku terbangun seperti biasa. Tubuh ini seolah telah mengirimkan sinyal kapan harus bangun pagi. Selesai salat subuh, aku langsung bergerak ke dapur. Di sana, aku melihat Mama sedang memasak untuk sarapan pagi.Hening. Suasana begitu kaku, karena Mama masih tampak marah padaku. Ucapanku semalam untuk Tiara benar-benar membuatnya marah hingga mendiamkanku."Apa yang bisa dibantu, Ma?" tanyaku saat melihat tak ada piring kotor yang harus kucuci. Mama belum selesai masak, makanya belum ada tumpukan piring kotor di wastafel.Tak ada jawaban, Mama tetap diam, dan melanjutkan memotong beberapa sayuran untuk dicampurkan ke dalam telur.Sejenak aku menatapnya. Cukup membuat suasana tak nyaman dengan keadaan serba salah seperti ini. Meskipun Mama kerap memperlakukanku tak adil, tapi aku merasa takut jika ia mulai tak bicara padaku. Aku takut menjadi anak durhaka.Ah, tapi kan, aku bukan anaknya. Apakah ada surga di telapak kaki seorang ibu asuh?Aku menggeleng dengan kepala
Baca selengkapnya
Bab 4
Salsa 4."Salsabila.""Hadir, Bu."Begitu nama lengkapku yang tertera di absen sekolah dan ijazah. Orang-orang kerap memanggilku Salsa. Aku menyukai nama yang indah itu, tapi sayangnya nasibku tak seindah itu."Duh, udah gede ya anak adopsinya Mirna.""Iya, dulu dibawa ke sini pas umur 5 bulan. Gak terasa ya udah segede ini."Di umur yang ke sepuluh tahun, aku mengetahui satu hal yang menyakitkan dalam hidup ini. Orang-orang yang dari kecil kuanggap sebagai keluarga, nyatanya bukan. Mereka bukan orangtuaku, bukan Ayah dan Mama kandungku, bukan adikku.Semua yang kumiliki bukan milikku. Aku tahu itu semua dari pembicaraan saudara-saudara Mama dan Ayah, saat lebaran aku diajak pulang ke kampung nenek. Mama dan Ayah tak pernah bicara yang sebenarnya padaku. Ia bahkan tak pernah menyinggung tentang statusku.Kata orang, aku adalah anak adopsi dari panti asuhan. Bayi yang masih merah ditemukan menangis di depan toko orang, tergeletak dalam balutan kain jarik. Lalu, setelah itu aku dibaw
Baca selengkapnya
Bab 5
Salsa 5.Tiara mulai bekerja di perusahaan tempat ia diterima. Kebiasaannya yang terlambat perlahan mulai sedikit hilang, mungkin karena takut karena masih awal masa bekerja.Aku tetap bekerja seperti biasa, dalam versi yang beda dengan Tiara. Meskipun sama-sama karyawan, tapi dalam lingkup yang berbeda. Untuk pandangan Mama dan orang-orang kampung, bekerja di perusahaan itu tetap dianggap paling oke dan berkelas.Bahkan sering Mama membanggakan Tiara di depan teman-temannya. Aku mendengarnya saat lewat di jalan menuju halte.Aku bangun lebih awal dari biasanya agar bisa mandi lebih awal, karena kalau Tiara sudah masuk kamar mandi, bisa sampai setengah jam dia sana. Entah luluran, maskeran, atau apa pun itu perawatannya. Katanya harus tampil cantik dan jangan malu-maluin.Jangan malu-maluin seperti penampilanku.Hari demi hari berganti bulan. Tiara menerima gaji pertama dari perusahaan tempat ia bekerja.Gadis itu selalu histeris, sejak di luar pagar ia sudah berteriak memanggil Mama
Baca selengkapnya
6. Keserakahan Tiara
Salsa 6.Malam ini Ayah pulang lebih awal sehingga kami bisa makan malam bersama. Jarang-jarang kami bisa makan bersama di malam hari seperti ini, karena ayah hampir selalu pulang malam hari.Ia kini bekerja di sebuah pabrik pengolahan coklat. Biasanya kerja dari pagi sampai malam, paling cepat pulang sore.Menu makan malam ini adalah ayam goreng dan sayur sop. Kami semua makan dengan lahap, tak terkecuali Tiara yang sudah menghabiskan dua paha ayam di piringnya. Nasinya memang sedikit, tapi dia boros lauk, yang kadang aku sampai tak kebagian. Entah karena sengaja atau memang dia rakus.Aku melihat satu sayap ayam tersisa di piring, aku ingin mengambilnya karena lebih suka bagian ayam yang ada tulang-tulangnya. Namun, dengan gerak cepat tiba-tiba Tiara mengambil sisa sayap di piring itu dan meletakkannya di piring sendiri.Ayah yang melihat itu seketika menatap Tiara dengan menggeleng tak suka. Kemudian ia mengambil sayap ayam itu dan mencoba membelahnya menjadi dua.Aku menggeleng,
Baca selengkapnya
7. Mantan Tiara
Salsa 7.Hari ini aku dan teman-teman diizinkan pulang lebih awal karena hari gajian, dan langsung digantikan dengan shif lain.Teman-teman mengajakku nongkrong di sebuah cafe, menikmati hasil kerja keras kata mereka. Biar gak kerja melulu, ngabisin duit sesekali. Padahal kami cuma ngopi dan makan beberapa makanan yang disediakan di cafe."Jangan asik kerja aja kita ya. Nyantai sesekali biar kek orang-orang kaya," kata salah satu temanku yang memang terkenal heboh.Ada empat orang kami di sini, semuanya perempuan. Kami masuk kerja di supermarket pada waktu yang berbeda, Alina yang paling lama bekerja di sana. Aku masih ingat saat dulu ia yang megulurkan tangan untuk berkenalan denganku. Ia yang mengajarkanku ini itu tentang cara bekerja di sana.Nasib kami hampir sama. Sama-sama pejuang rupiah, banting tulang demi sebuah kehidupan yang lebih layak."Elah ngomongin kaya, berkecukupan aja gue udah syukur banget," celutuk salah satu yang lainnya lagi."Iya," sahutku membenarkan.Kaya de
Baca selengkapnya
8. Keadilan Ayah
Salsa 8."Salsa, minumannya udah beres?" tanya Mama yang sejak tadi mondar mandir melihat semua kesiapan acara hari ini."Udah, Ma." Aku menjawab lelah.Hari ini Tiara bertunangan dengan lelaki yang waktu itu kulihat di cafe. Sebulan setelah hari itu, mereka bertunangan.Tiara beberapa kali sempat mengajak lelaki itu untuk bertamu ke rumah, bertemu orangtuaku. Kali terakhir ia datang, ia mengutarakan niat untuk melamar Tiara.Gadis itu pun menyetujuinya, karena terlalu lelah menghadapi para lelaki yang menyukainya.Bahkan minggu lalu saat aku pulang bekerja, ada tamu yang datang untuk melamar Tiara."Begini, Bu. Sebenarnya Tiara udah punya pacar." Mama menolak dengan halus."Gimana kalau sama Salsa aja?" tanya Mama."Kakaknya yang item itu?" tanya ibu dari lelaki itu.Seketika aku merasa ada yang mengiris hati. Meski bukan pertama kali bullying fisik itu aku terima, tetap saja bikin sakit hati. Mereka terlalu memandang fisik, dan terlalu kentara memperbedakanku dengan Tiara."Haruska
Baca selengkapnya
9. Harga Diri
Salsa 9.Setelah pertunangan Tiara, hari demi hari berlalu berganti minggu dan bulan. Dia bahagia, sementara aku tertekan.Sejak Tiara tunangan, aku makin disudutkan sebagai perawan tua yang tak nikah nikah. Seringkali saat aku melewati kerumunan ibu-ibu yang mengenaliku, mereka menyebutku tak beruntung, tidak seperti Tiara."Gak cantik, makanya gak ada yang mau." Begitu kata ibu-ibu di sekitar tempatku tinggal.Tekanan itu tak hanya dibagi padaku, tapi juga pada Mama yang merasa risih dengan semua penilaian orang-orang.Mama tertekan, jadi ia sekarang mengembalikan tekanan itu padaku.Mama meminta Tiara untuk mencarikan jodoh untukku. Ya, karena aku mengakui tidak punya pacar. Aku memang tidak pernah punya hubungan khusus dengan laki-laki. Mengenal laki-laki saja hanya sebatas teman sekelas saat masih sekolah, atau teman bekerja. Tak lebih dari itu."Malam besok dia datang. Kamu harus dandan cantik ya. Pusing kepala Mama kalau harus dengar julukan perawan tua untukmu."Saat itu aku
Baca selengkapnya
10. Dijodoh-jodohkan
Salsa 10.Setelah kejadian malam itu, aku pikir suasana akan tetap tenang. Namun, suasana di rumah makin kaku dan dingin. Mama dan Ayah saling diam, sama-sama masih marah karena merasa pasangannya bersalah.Mama dan Tiara mendiamkanku, terlalu marah karena aku menolak lelaki itu.Kupikir setelah kejadian itu, setelah ketegangan yang terjadi dalam rumah ini, Mama akan berhenti menjodohkanku dengan siapa pun yang ia mau.Rupanya tidak.Aku tinggal di kalangan masyarakat yang masih mempercayai mitos bahwa seorang adik tak boleh melangkahi kakaknya untuk menikah. Akan ditimpakan kesialan dalam pernikahannya jika melangkahi seorang kakak.Tiara dan Mama masih menganut mitos sesat itu. Menyesatkan pemikiran saja.Hingga mereka begitu gencarnya mencari jodoh untukku agar Tiara bisa segera menikah.Entah bagaimana cara Mama merayu Ayah, hingga aku kembali dihadapkan dengan calon suami yang akan menikahiku. Atau memang Ayah tak tahu hingga malam itu.Aku sudah berpakaian rapi dan bersih, lalu
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status