Beranda / Romansa / DUA ISTRI CEO / 2. Berbagi Suami

Share

2. Berbagi Suami

Penulis: Silver Eyes
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-27 01:21:53

Adam keluar perlahan dari kamar 509 menuju kamar 506, tempat Sabrina berada. Dia bergegas karena sangat takut akan kemarahan Sabrina. Tidak mungkin dia akan membiarkan dirinya gagal di malam pertama dalam menjalankan misi penting, bukan?

Pria bercambang tipis itu mengetuk pintu dan mendapati Sabrina membuka pintu dengan cepat. Sangat cepat. Pertanda bahwa dia sudah menunggu kehadiran Adam sedari tadi.

"Lama sekali kamu, Adam! Ngapain aja?" bentak Sabrina dengan wajah sangat marah. Kemarahannya sungguh tak cocok dengan muka bulatnya yang manis dan dirias tipis. Rambutnya panjangnya yang tergerai bergelombang membuat penampilannya semakin terlihat anggun. Sangat anggun seandainya dia tak sedang berapi-api. "Aku dari tadi nungguin kamu! Lamaaaa banget! Ngapain aja, sih? Kamu main sama dia sampai teler, ya?"

"Sabrina, stop! Dia istriku. Walaupun semua ini sandiwara, aku harus memperlakukan dia seperti layaknya istri sungguhan. Kalau nggak, papa akan membatalkan semua pengalihan harta beliau padaku!" sanggah Adam berusaha menenangkan. 

"Tapi aku juga istri kamu, Adam!" protes Sabrina. "Aku istri pertama kamu!"

Benar. Sabrina setuju dengan semua sandiwara Adam dengan suatu syarat. Sabrina tak mau jadi istri kedua. Walaupun pernikahan mereka rahasia, dia tetap ingin menjadi istri pertama.

Bila Adam sanggup memenuhi syarat tersebut, Sabrina akan tetap mau bersama Adam walaupun hubungan akan mereka jalani dari balik kelambu hitam. Sabrina tak akan mendapatkan pengakuan dari publik bahwa dia istri Adam. Hal itu sudah cukup berat bagi seorang wanita.

Namun, karena ayah Adam sedang sakit, Sabrina memilih bersabar dan mempercayai Adam bahwa dia akan menceraikan Maya setelah ayahnya meninggal. Setelahnya, Adam akan memperkenalkan dirinya ke publik. Walaupun harus bersabar, dia akan menjadi istri Adam yang sesungguhnya.

Adam memeluk Sabrina dengan erat. Keduanya hanya memakai gaun tidur yang tidak cukup tebal untuk menyembunyikan pesona di baliknya. Adam dengan cepat merasakan hasratnya timbul untuk sang kekasih yang sangat dia cintai.

"Ayo! Kita lanjutkan diskusinya di ranjang, Sayangku!" rayunya agar Sabrina tidak terus marah.

"Ogah! Kamu pasti sudah nggak ada tenaga!" tolak Sabrina, berpaling dari Adam dan menuju ke ranjang tanpa menunjukkan keinginan sedikit pun. "Kamu pasti udah main sama dia sampai kering!"

Sabrina bersedekap, aksi yang tanpa dia sadari membuat pesonanya semakin elok. Tentu saja Adam semakin tergoda untuk menyentuhnya.

"Sayang, aku kuat banget! Mau bukti?" tanya Adam dengan nada sangat menggoda. Dia lalu menarik pergelangan tangan Sabrina dan merenggut bibir wanita itu. Suasana semakin lama semakin pekat oleh hasrat. Lebih dari yang terjadi di kamar 509 tadi.

Sabrina yang tadinya marah pun, telah lupa dengan masalahnya barusan. Adam begitu piawai membuat Sabrina mabuk kepayang dalam sentuhannya. Dia telah menghafal dengan baik semua titik manis yang ada di tubuh sang istri.

Permainan pun semakin lama semakin panas. Adam menunjukkan kepada Sabrina bahwa dia tidak menghabiskan tenaganya untuk melewatkan malam pertama dengan Maya.

Sabrina pun terpuaskan secara lahir. Namun, tentu saja hal ini membuat moodnya sangat berubah. Seperti saat ini, dia sudah tak marah lagi pada Adam. Wanita cantik bermata bulat itu bersandar manja di bahu Adam sambil memainkan tangannya di tubuh sang suami. Adam sangat menyukai Sabrina yang sedang jinak seperti ini. Mereka berdua pun melanjutkan permainan sampai pagi.

Mungkin orang mengira untuk berbuat curang seperti Adam, memang dibutuhkan tenaga yang besar. Namun, Adam adalah seorang pebisnis andal. Dalam hal seperti ini pun, dia memiliki cara agar tenaganya tak habis dengan cepat, akan tetapi bisa menyenangkan pasangan dengan sangat baik.

Fajar pun menyingsing. Sabrina sudah tak sanggup lagi mengikuti permainan Adam. Mereka berkali-kali ketiduran dan terbangun untuk melakukan kembali. Sangat menyenangkan bagi keduanya. Namun, kali ini Sabrina benar-benar lelah. Terbukti, saat Adam membangunkan dengan lembut, dia tak bereaksi positif.

"Sudah, Adam! Masih ada besok malam, 'kan?" keluh Sabrina, tak kuat mengangkat mata yang berat.

"Kalau begitu, aku balik ke kamar Maya, ya? Takut dia bangun dan nemuin aku nggak ada di kamar," pamitnya.

Sabrina tak menjawab. Dia hanya mengangguk tanpa suara. Dia terus memejamkan mata hingga Adam keluar dari kamarnya.

Mata Sabrina memang terpejam, seolah tidur. Namun, sejak Adam pamit ke tempat Maya, kantuk Sabrina mendadak hilang. Matanya yang masih pura-pura terpejam, kini menitikkan air mata. Dia kira, dia akan sanggup menjalani ini semua dengan tabah. Berjuang untuk cinta mereka yang telah belasan tahun bersemi sejak mereka masih duduk di bangku sekolah menengah.

Tak adanya restu dari orang tua, membuat jalan cinta yang mereka berdua jalani penuh duri dan luka. Sabrina sudah berusaha untuk lari dari cinta Adam, tapi selalu gagal. Dia sadar, cintanya hanya untuk Adam. Jiwa dan raganya hanya untuk pria yang sudah memiliki tunangan sejak kecil.

Terkadang, Sabrina sangat ingin menjadi Maya yang bisa memiliki Adam tanpa harus bersusah payah. Namun, tentu saja itu tak mungkin.

Tak jarang, bila berpapasan dengan Maya, Sabrina ingin mencelakai wanita itu agar tak menghalangi cintanya dengan Adam. Namun, hati Sabrina tak sanggup melakukannya. Dia bukan wanita jahat yang akan mengorbankan nyawa dan keselamatan orang lain hanya untuk kebahagiaannya sendiri.

Sempat dia meminta Adam untuk lari saja dengannya. Namun, dia tak sanggup melihat Adam hidup miskin dan menderita. Bagaimanapun juga, sejak kecil, Adam telah disuapi dengan sendok perak tanpa harus berusaha keras. Apalagi, mengingat harta tersebut akan dialihkan kepada Maya, Sabrina sangat mengerti mengapa Adam tak akan rela.

Sungguh menyesakkan dada. Menjadi istri pertama, tapi rasa istri simpanan. Sabrina berdoa, semoga ini adalah perjuangan cinta mereka yang terakhir. Semoga, setelah ini, hanya akan ada kebahagiaan yang menyongsong mereka.

***

Adam kembali ke kamar 506 dengan mengendap-endap agar istrinya tak bangun. Dia menyelinap masuk ke dalam selimut dan memejamkan mata.

Namun, tentu saja hal itu sulit bagi Adam. Dalam benaknya, banyak sekali masalah yang membuatnya cemas. Hari ini saja dia sudah hampir gagal menjalankan sandiwara. Bagaimana dia akan bisa melewati malam-malam berikutnya?

Menjalani kewajiban sebagai suami dalam satu malam sekaligus sangatlah berat. Dia harus menyiasati hal ini dengan baik.

Kepala Adam memikirkan berbagai kemungkinan yang dapat dia lakukan untuk dapat menjalani hari-harinya nanti. Bagaimanapun juga, untuk mempertahankan cinta Sabrina di tengah semua sandiwara ini, dia harus menjadi seorang suami yang adil. Tak adil pun tak mengapa, asalkan Sabrina dan Maya tak ada yang marah.

Lalu, tercetuslah ide cemerlang di kepala Adam. Sepertinya, dia akan bisa menjalani semuanya dengan cukup mudah tanpa harus mencurigakan dan tak perlu merasa kelelahan berlebihan. Yang terpenting, Adam merasa akan bisa melakukannya tanpa harus membuat kedua istrinya serumah … dan semua ini akan tetap rahasia ….

***

Note: 

Tolong tinggalkan review, komentar, dan masukkan ke library kamu, ya!

Makasih. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DUA ISTRI CEO   36. Epilog

    Lima tahun telah berlalu sejak kepergian Maya. Kini, si kembar telah tumbuh menjadi anak yang sehat dan lincah. "Paul, Freya! Ayo cepat turun dan habiskan sarapan kalian!" seru Adam dari bawah memanggil kedua anaknya yang terdengar ribut di atas saat berganti pakaian. "Ayah, Paul menyembunyikan bonekaku! Padahal aku ingin mengajaknya jalan-jalan saat menjemput Paman Leo di bandara!" jawab Freya dengan suara hampir menangis. Gadis kecil berambut gelap bergelombang itu semakin tampak mirip dengan ibunya seiring dengan bertambahnya usianya. "Bohong! Kamu sendiri yang lupa meletakkan di mana boneka kelinci jelekmu itu. Jangan menuduh sembarangan!" sanggah Paul dengan suara melengking. Mata gelap miniatur Adam itu memandang tajam saudarinya yang berukuran lebih mungil darinya. Dengan tubuhnya yang lebih kuat dan besar, dia memang kerap mengusili Freya. Sekalipun dia berkali-kali dihukum, mengusili kembarannya sudah bagaikan candu yang akan tetap dia lakukan tak peduli apa pun konsekuen

  • DUA ISTRI CEO   35. Ayah

    Adam memandangi kedua makhluk kecil yang ada di hadapannya dengan linangan air mata. Begitu kecil dan rapuh. Mereka membutuhkan selang-selang bantuan untuk hidup."Anak-anakku ...." Kata-kata yang Adam bisikkan dengan penuh perasaan, membuat Leo merasa keputusan Maya untuk menyerahkan bayi-bayinya kepada ayah kandungnya adalah pilihan yang tepat.Darah lebih kental daripada air. Begitulah. Adam pun menyayangi kedua anaknya karena mereka adalah darah dagingnya sendiri."Dia begitu bahagia saat mendengar bahwa dia mengandung anak kembar. Aku pun begitu. Sampai-sampai aku mengumpat betapa beruntungnya dirimu," jelas Leo mengenang saat-saat Maya bersorak mengetahui jenis kelamin bayinya. "Seandainya saat itu dia hamil dengan pria yang tulus mencintainya, pasti akan sangat membahagiakan. Tahukah kau perasaan Maya saat melihat kau dan Sabrina bergembira saat tahu jenis kelamin bayi kalian?"Ada

  • DUA ISTRI CEO   34. Kesempatan Kedua untuk Adam

    Dua bayi, lelaki dan perempuan yang berpelukan di ruang NICU itu berukuran sangat kecil. Yang lelaki beratnya 656 gram, sedangkan lainnya 533 gram. Banyak selang menempel di tubuh kecil mereka demi memperjuangkan detak jantung keduanya.Kulit mereka begitu keriput. Begitu kurus seperti hanya tulang dan kulit tanpa selapis daging pun. Bila orang berkata bahwa bayi sangat lucu, pemandangan yang disaksikan mata hijau pria kekar yang mengamatinya dari kaca luar ruangan tidak demikian. Mereka berdua jauh dari kata lucu. Seperti alien. Seperti bukan manusia.Kesedihan masih belum bisa lepas dari hati Leo. Melihat mereka berdua membuat Leo teringat akan sang ibu yang telah berjuang mempertahankan nyawa mereka. Usaha telah dilakukan sebaik mungkin walau hasilnya tak sempurna, seperti yang diinginkan oleh semua pihak."Maya, mereka akan berterima kasih padamu suatu hari nanti," bisik Leo dengan suara yang bergetar hebat karena menahan air mata."Paul, Freya .... J

  • DUA ISTRI CEO   33. Darah Lebih Kental daripada Air

    Dapur kecil sebuah di sebuah apartemen mungil milik lelaki menawan berbadan atletis, kini dipenuhi dengan aroma butter yang menggoda. Tak hanya aroma makanan yang membuat air liur menetes, tapi ada pemandangan lain yang tak kalah menggiurkan. Celana training pria yang sedang beraksi di dapur tersebut menggantung terlalu rendah di bagian pinggang, membuat wanita mana pun yang memandang tak akan bisa melewati harinya tanpa merasa kepanasan karena terbayang pemandangan indah itu sepanjang hari. Andai saja ada seorang wanita di sana, pasti kelima indranya akan dimanjakan dengan kenikmatan duniawi karena suara pria yang sedang memegang wajan dan tongs itu pun akan membuat hati semua kaum hawa berdesir bila sedang berbicara. Jangan tanya bagaimana sensasi yang dirasa bila suara merdu itu berbisik di telinga, sudah bisa dipastikan para bidadari dunia akan melayang walaupun tak ada sayap yang menempel di punggungnya. Namun, di saat yang sama, siapa pun yang melihat waj

  • DUA ISTRI CEO   32. Adam dan Leo

    Pukulan Adam yang pertama mengenai wajah Leo. Namun, yang kedua tentu berhasil ditangkis oleh lawannya."Adam! Hentikan! Mengapa kau tiba-tiba memukul Leo!" jerit Maya berusaha menghentikan amukan Adam.Adam tak peduli. Dia masih berusaha menghajar Leo. Sementara Leo yang sebenarnya dapat dengan mudah menghabisi lawannya, hanya sibuk menangkis dan menahan serangan Adam. Tak sampai hati dia memukul Adam karena ada Maya di sampingnya."Hei! Mengapa kau berbuat sembarangan seperti ini? Ingatlah kita sedang di rumah sakit!" bisik Leo pelan tapi tegas."Kau apakan Sabrina, huh? Seorang saksi mengatakan istriku jatuh setelah pria berambut pirang dengan tubuh besar membuatnya ketakutan!" balas Adam dengan geram. "Siapa lagi kalau bukan kau!"Leo pun mengernyit. Dia bingung dengan pertanyaan Adam. Dia memang sempat bersitegang dengan Sabrina. Namun, apakah semengerikan itu sampai-sampai membuat kondisi Sabrina dalam keadaan kritis?"Kamu! Kamu pasti

  • DUA ISTRI CEO   31. Darurat

    Sabrina berjalan menyusuri koridor perlahan karena merasakan sakit di perutnya. Dia tak menyangka bahwa kegiatan hari ini membuatnya kelelahan. Bagaimanapun juga, berjalan kaki sejauh dua kilometer dari apartemennya ke rumah sakit bukan tugas mudah untuk wanita hamil sepertinya.Dering ponsel yang lembut pun membuat Sabrina terkaget. Dia lalu mengangkat telepon yang berasal dari suaminya. Dalam hati, Sabrina sangat cemas. Dia takut Adam sudah sampai di rumah lebih dulu dan mendapati apartemen mereka kosong."Sabrina, kamu di mana?" tanya Adam dari ujung telepon dengan suara cemas."Aku ... aku keluar sebentar. Suplemen penambah darahku habis." Sabrina menjawab dengan sedikit tergagap karena dia tak meminta izin kepada Adam bahwa dia akan menemui Maya hari ini. Jika suaminya tahu, pastilah akan menentang aksi frontalnya kali ini. Bagaimanapun juga, Adam akan menganggap dirinya mengemis kepada Maya untuk memperbaiki kondis

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status