Share

Acara Rutin

Author: Lystania
last update Last Updated: 2025-08-05 09:00:11

Dengan diantar Charles, hari ini Vanya pergi ke acara rutin ibu-ibu bhayangkari. Bertempat di salah satu rumah makan yang telah disewa aulanya. Acara di mulai jam sepuluh pagi. Dengan memakai seragam khas ibu-ibu bhayangkari, Vanya bergabung dan membaur dengan sesama istri anggota polisi. Walau sudah beberapa kali datang ke acara beginian dia tetap saja merasa asing. Hanya Bu Nico Wulandari, istri atasan Charles yang langsung menyapanya dengan ramah.

"Akhirnya Bu Charles datang lagi,"

"Iya, Bu. Kedepannya bakal diusahain datang terus," ucap Vanya. Ia diajak Bu Nico Wulandari untuk duduk agak ke depan.

Acara kemudian dimulai dengan sambutan dari ketua bhayangkari didampingi oleh wakil ketua yang duduk di depan aula. Begitu sambutan telah disampaikan, acara dilanjutkan dengan himbauan yang masih tetap disampaikan oleh ibu ketua, untuk tetap menjadi contoh yang baik di lingkungan, tetap menjaga sikap dan nama baik, serta terus mendukung pekerjaan suami.

Di tempat sama namun berbeda ruangan, Charles dan beberapa rekan anggotanya yang mengantar istri mereka, duduk santai sambil mengobrol ringan.

"Bang, sudah dengar gosip Ridho belum?"

"Gosip apa?" tanya Charles dengan tampang serius.

"Masa belum dengar?" Charles menggeleng. "Ketahuan selingkuh dia sama bininya. Untung aja istrinya baik gak pake keributan." Cerita temannya.

"Gila juga ya Ridho. Gak sayang apa sama istrinya."

"Mau ngikutin jejak Abang kali, dua kali merid."

"Sembarangan kamu kalau ngomong. Beda kali. Aku sama Ridho itu, jelas beda." Charles sewot.

"Hahahahhaaa, bercanda Bang. Peace," ucap temannya itu sambil membentuk tanda perdamaian menggunakan jari telunjuk dan jari manisnya.

Di sela-sela waktu makan, bendahara atas persetujuan ibu ketua, mengguncang arisan. Beberapa orang tampak menghentikan aktivitas makannya, ingin seksama memperhatikan proses keluarnya satu gulungan kertas putih bertuliskan satu nama yang beruntung.

"Dan yang beruntung hari ini adalah," ucap bendahara itu sambil membuka gulungan kertas yang telah keluar. Ia kemudian mengambil kembali mikrofonnya dan menyebutkan satu nama.

"Ibu Charles Vanya," ucap bendahara itu. Beberapa orang celingak celinguk, mencari orang yang di maksud. Merasa kurang familiar dengan nama itu. Vanya yang tengah asyik makan, akhirnya maju juga setelah dipaksa oleh Bu Nico Wulandari.

Beberapa orang tampak bertepuk tangan saat Vanya maju ke depan.

"Selamat ya," ucap Bu Bendahara dan Ibu Ketua sambil menyalami Vanya saat tiba di depan.

"Makasih ya, Bu," sahut Vanya. Vanya kembali ke kursi setelah selesai menerima amplop coklat dengan isi yang lumayan tebal. Salah satu ibu bhayangkari di sana terus memperhatikan Vanya. Ia kemudian mendekati Vanya setelah Bu Nico Wulandari pergi.

"Kamu Vanya Anata kan?" tanyanya sembari duduk di samping Vanya.

"Iya. Kamu Ani kan?" tanya Vanya. Ani mengangguk.

"Kamu nikah sama polisi juga ya?" tanya Ani. "Baru kali ini ya kamu hadir?"

"Iya. Enggak kok, udah berapa kali. Cuma gak rutin tiap bulan hadir."

Ani hanya ber o saja menjawab Vanya, namun matanya memindai Vanya dari atas sampai bawah. Mengamati perhiasan yang dikenakannya dan memperhatikan tas yang dibawa Vanya.

"Suami kamu tugas dimana?" tanya Ani yang langsung menjelaskan tugas dan jabatan suaminya.

"Lupa, Ni. Kasat apa Kanit gitu, lupa." Kilah Vanya.

“Baru juga ketemu, udah sombong” gerutu Vanya. Ia mengambil tasnya dan pamit pada Ani. Mengikuti ibu-ibu yang sudah mulai meninggalkan ruangan.

"Kita pamit ke depan yuk, Bu." Bu Nico Wulandari menggandeng Vanya dan mengajaknya ke depan untuk pamit pada Ibu Ketua.

Vanya berjalan menuju ruangan depan tempat Charles berada setelah Bu Nico Wulandari dijemput.

"Eh, duluan ya. Ibu negara sudah datang," ucap Charles pada temannya sambil menunjuk ke arah Vanya yang tengah berjalan menuju ke arahnya.

"Siap, Bang," sahut yang lain kompak.

Baru beberapa langkah menuju parkiran, langkah kaki Vanya berhenti. Buang air kecil yang ia kira bisa ditahannya sampai ke rumah, ternyata tak bisa.

"Toiletnya dimana nih?"

"Di dalam aula tadi, ada toilet. Kenapa gak pipis di sana aja?"

"Malas ah."

"Malas kenapa?"

"Kenapa kamu nanya-nanya terus sih? Dimana? Kamu mau aku pipis di sini?!" protes Vanya.

"Masuk sana," perintah Charles, saat mereka tiba di depan toilet.

Sambil memegangi tas Vanya, Charles menunggu Vanya di kursi depan yang tak jauh dari toilet.

"Duluan, Bang." Pamit beberapa rekan kerjanya saat melihat Charles.

Merasa sudah terlalu lama Vanya di toilet, hanya untuk sekedar buang air kecil, Charles menenteng tas Vanya dan mendatanginya.

"Tambah ganteng aja, sudah jadi polisi lagi." Puji Vanya pada polisi di depannya. Tama teman SD nya.

"Hahaha, makasih pujiannya lo. Kamu juga ternyata sudah jadi istri polisi."

"Istri kamu yang mana tadi?"

"Masih single," ucap Tama sambil tertawa.

"Masa sih? Keren gini pasti cewek pada ngantri deh." Vanya tak sadar Charles telah berdiri di belakangnya. Membuat Tama terkesiap memberikan hormat, kemudian pamit pergi.

"Duluan ya." Tama meninggalkan mereka berdua.

"Kirain tadi kenapa jadi lama, tahu nya ngobrol sama orang, cowok lagi."

"Tadi Tama, temen SD aku." Sahut Vanya.

Dari kejauhan Tama melihat Vanya masuk ke dalam mobil Charles.

“Oh, jadi istri Pak Charles sekarang”' gumamnya dalam hati.

***

Amplop berisi uang arisan yang sedari tadi berada di dalam tasnya, baru saja dikeluarkannya.

"Jadi yang dapat arisan tadi kamu ya?" tanya Charles. Vanya mengintip ke dalam amplop itu.

"Iya. Nih uang kamu. Kan selama ini yang bayar arisannya kamu." Vanya memberikan amplop itu pada Charles yang tengah duduk di kursi meja rias.

"Jangan mulai deh," ucap Vanya yang telah duduk manis di pangkuan Charles.

Charles mengeluarkan isi amplop itu.

"Banyak juga," ucapnya saat melihat dua pak uang seratus ribuan.

"Itu dari arisan rutin sama arisan yang lima ratus ribu itu. Makanya sekali dapat sampai dua puluh juta." Terang Vanya.

"Ambil aja buat kamu." Bisik Charles di telinga Vanya.

"Beneran? Makasih ya," ucapnya girang dan spontan mendaratkan kecupan manis di pipi Charles.

"Mahal juga ya. Dua puluh juta untuk sekali ciuman. Itu juga di pipi." Canda Charles yang di tanggapi lain oleh Vanya.

"Nih, uangnya aku kembalikan. Emangnya aku cewek bayaran!" Vanya beranjak dari pangkuan Charles dan naik ke atas tempat tidur.

"Bukan gitu maksudnya. Aduh salah lagi," ucap Charles. Ia menarik-narik pelan bahu Vanya membujuknya agar tidak marah.

"Tega banget kamu ngomong kaya gitu! Kalau kamu pikir apa yang aku berikan harus dibayar dengan uang, sudah dari dulu aku minta uang sama kamu ganti kasih sayang dan perhatian yang aku berikan sama Charlos. Tapi kenyataannya, mana pernah aku minta uang dari kamu, sepeser pun enggak! Itu karena aku memang sayang sama Charlos tulus dari hati!"

"Jadi tadi kamu nyium aku juga sayang dan tulus dari hati?" Charles mesem-mesem.

"Pikir aja sendiri!" seru Vanya emosi. Ia menarik selimut dan menutupi seluruh badan hingga kepalanya agar tak melihat wajah Charles. Kesal.

Bingung, kenapa saat berdua bersamanya selalu manis awal-awalnya, namun ujung-ujungnya, ada saja kejadian kecil yang memercik api pertengkaran diantara mereka berdua. Charles menghela nafas panjang. Ia akhirnya membiarkan Vanya dan berharap besok hatinya sudah membaik. Ia memasukkan amplop berisi uang tadi ke dalam tas Vanya, dan menuliskan pesan di amplop itu.

Maaf ya Aminya Charlos.

Jangan lama-lama marah.

Aku gak tahan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUDA POLISI BUCIN   Meledak

    Kalau saja bisa menolak, Vanya sudah menolak permintaan Bu Wiwi yang memintanya dan Desi untuk ke ikut dengan Pak Tri dan tim untuk follow up perjanjian kerjasama ke Pelayanan Pajak. Kantor siapa, kalau bukan kantornya Wisnu. Mau minta izin sama Charles untuk kesana kan gak mungkin, ini urusan pekerjaannya.Dengan diantar mobil kantor, mereka sampai di kantor itu. Bukan menuju aula, tapi menuju ruangan kepala kantor yang didalamnya telah lengkap dengan kepala bendahara dan juga Wisnu. Ia duduk agak jauh dari mereka. Berharap Wisnu tak menghampirinya.Kamu dimana? Makan siang aku jemput ya.Isi pesan Charles yang dibaca Vanya."Udah belum sih, Des?" bisik Vanya."Bentar, lagi tanda tangan tuh kayaknya," jawab Desi.Setelah selesai penandatangan kerjasama kedua belah pihak, mereka berfoto bersama untuk dokumentasi."Jadi nanti, kita bakal sering ketemu dong?" ucap Wisnu."Bisa iya bisa enggak, Bang. Kan bukan cuma Vanya staff di bagian ini. Mu

  • DUDA POLISI BUCIN   Makan Bersama

    Sandra akhirnya resmi resign dari kantornya. Setelah menerima amplop gaji, ia langsung menyerahkan surat pengunduran dirinya. Saat ditanya HRD, alasan resignnya, ingin rasanya ia menjawab bahwa ia malas kerja dibawah pimpinan yang killer macam bosnya itu. Tapi demi menjaga silaturahmi, ia tak melakukan hal itu. Ia hanya menjawab ingin fokus pada keluarga."Onty Sandra datang," pekiknya sumringah."Cepet banget kamu pulang, baru juga jam berapa ini," ucap Erin.Sembari duduk di sofa dan melepas blazernya, Sandra meletakkan amplop putih di meja kerja Frans."Kan Sandra udah resign." Keluar dari tempat kerja itu membuat beban Sandra lepas. Kemarin-kemarin rasanya untuk berangkat kerja sangat berat buat Sandra, memikirkan bakal ketemu bos killer di kantor, terus ketemu satu karyawan nyebelin itu, membuatnya pusing. Tapi setelah resign dari tempat itu, rasanya plong, gak ada beban apapun."Gaji kamu?" tanya Erin yang dibalas dengan anggukan kepala Sandra."Simpan

  • DUDA POLISI BUCIN   Cubitan

    Mobil kantor berhenti di depan salah satu deretan ruko tingkat dua. Bu Wiwi mengajak Vanya masuk ke dalam salah satu ruko yang bernuansa putih dengan banyak hiasan gula-gula dan kue yang menggantung di atasnya."Bikin ngiler ya, Bu," ucap Vanya saat melihat deretan kue yang terpajang di etalase."Iya. Kamu harus coba nanti kuenya," sahut Bu Wiwi.Mereka disambut oleh seorang wanita paruh baya seumuran Bu Wiwi dan di persilahkan duduk."Biasanya sama Desi atau gak Winda, Bu? Ucapnya saat Vanya dan Bu Wiwi duduk."Mereka lagi ke tempat nasabah yang lain, Bu. Biasa bagi tugas," jawab Bu Wiwi.Tak berapa lama, seseorang mengantarkan beberapa potong kue dan minuman kemudian menyajikannya di meja."Silahkan sambil di makan," ucap nasabah itu ramah."Enak, Bu," jawab Vanya saat ditanya soal rasa kue yang baru saja dimakannya.Vanya kemudian mengeluarkan beberapa berkas untuk perpanjangan deposito nasabah Bu Wi

  • DUDA POLISI BUCIN   Acara Rutin

    Dengan diantar Charles, hari ini Vanya pergi ke acara rutin ibu-ibu bhayangkari. Bertempat di salah satu rumah makan yang telah disewa aulanya. Acara di mulai jam sepuluh pagi. Dengan memakai seragam khas ibu-ibu bhayangkari, Vanya bergabung dan membaur dengan sesama istri anggota polisi. Walau sudah beberapa kali datang ke acara beginian dia tetap saja merasa asing. Hanya Bu Nico Wulandari, istri atasan Charles yang langsung menyapanya dengan ramah."Akhirnya Bu Charles datang lagi,""Iya, Bu. Kedepannya bakal diusahain datang terus," ucap Vanya. Ia diajak Bu Nico Wulandari untuk duduk agak ke depan.Acara kemudian dimulai dengan sambutan dari ketua bhayangkari didampingi oleh wakil ketua yang duduk di depan aula. Begitu sambutan telah disampaikan, acara dilanjutkan dengan himbauan yang masih tetap disampaikan oleh ibu ketua, untuk tetap menjadi contoh yang baik di lingkungan, tetap menjaga sikap dan nama baik, serta terus mendukung pekerjaan suami.Di tempat sama n

  • DUDA POLISI BUCIN   Tersembunyi

    "Eh, besok ulang tahunnya Pak Toni, kira-kira kalian bisa gak ke rumah beliau buat kasih kue ulang tahun? Besok kan aku izin satu hari," ucap Desi seraya melayangkan pandangan pada mereka yang ada di ruangan secara bergantian."Aku sama Bu Wiwi besok pagi mau ke dinas pariwisata," sahut Winda."Aku sih bisa aja, tapi kalau sendiri--" ucap Vanya sedikit ragu."Sama Alan aja." ucap Desi lagi."Iya, Kak." sahut Alan.Selesai menginput laporan, mereka mematikan komputer dan lampu ruangan, kemudian bergegas pulang.Selesai makan malam, Bu Tuti pamit pulang dengan membawa beberapa menu makan malam tadi. Sandra yang baru selesai menerima telepon tampak sumringah saat kembali ke ruang tengah."Sandra diterima kerja!" serunya bahagia yang langsung disusul dengan ucapan selamat dari yang lain. Setelah menceritakan perusahaan yang menerimanya kerja, Sandra lantas pamit masuk ke kamar duluan untuk mempersiapkan pakaiannya besok. "Kalian jangan lama-lama, Ch

  • DUDA POLISI BUCIN   Bilang Pada Erin

    Vanya menghampiri Erin yang tengah berkutat dengan handphonenya, tampak serius hingga tak menyadari Vanya telah duduk di sampingnya."Kenapa, Sayang?" tanya Erin."Gak enak mau bilangnya sama Mama.""Bilang aja belum, kenapa harus gak enak?" Erin meletakkan handphonenya."Bu Nita mau ketemu sama Mama.""Males Mama ah. Kemarin Mama ke outlet yang deket sama dealer mobil itu, Mama pindahin semua dana Mama ke bank lain. Paling tinggal sepuluh juta di tabungan prioritas Mama." Cerita Erin.Vanya terdiam, tak tahu harus ngomong apa. Belum lagi nanti Bu Wiwi yang minta tolong masukin dana atau minta referensi nasabah yang bisa di prospek dananya. Bu Wiwi sih gak salah karena request Vanya masuk ke tim funding. Karena yang dipikirkan Bu Wiwi pasti, Vanya sebagai menantu salah satu nasabah prioritas, sedikit banyak diharapkan bisa membantu. Yang jadi masalah, Ibu Mertuanya yang sudah terlanjur ilfeel pada petugas prioritas yang selama ini melayaninya.***Har

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status