Cubitan

Mobil kantor berhenti di depan salah satu deretan ruko tingkat dua. Bu Wiwi mengajak Vanya masuk ke dalam salah satu ruko yang bernuansa putih dengan banyak hiasan gula-gula dan kue yang menggantung di atasnya.

"Bikin ngiler ya, Bu," ucap Vanya saat melihat deretan kue yang terpajang di etalase.

"Iya. Kamu harus coba nanti kuenya," sahut Bu Wiwi.

Mereka disambut oleh seorang wanita paruh baya seumuran Bu Wiwi dan di persilahkan duduk.

"Biasanya sama Desi atau gak Winda, Bu? Ucapnya saat Vanya dan Bu Wiwi duduk.

"Mereka lagi ke tempat nasabah yang lain, Bu. Biasa bagi tugas," jawab Bu Wiwi.

Tak berapa lama, seseorang mengantarkan beberapa potong kue dan minuman kemudian menyajikannya di meja.

"Silahkan sambil di makan," ucap nasabah itu ramah.

"Enak, Bu," jawab Vanya saat ditanya soal rasa kue yang baru saja dimakannya.

Vanya kemudian mengeluarkan beberapa berkas untuk perpanjangan deposito nasabah Bu Wiwi itu.

"Tanda tangan disini ya, Bu." Vanya menunjuk beberapa tempat di formulir yang harus ditanda tangani nasabah itu.

"Makasih sudah dibantu ya, Bu," ucap Bu Wiwi.

"Sama-sama, Bu. Ayo dihabiskan dulu kuenya sebelum pulang."

Sebelum mereka pulang, Vanya memborong kue hingga tiga kotak.

"Wah makasih ya udah diborong kue Ibu," ucap nasabah itu dengan mata berbinar. Dari arah belakang, datang seorang anak perempuan menggunakan kursi roda memanggil mama pada nasabah Bu Wiwi itu.

"Maaf gak bisa antar sampai depan ya, Bu," ucap nasabah itu yang kemudian meninggalkan Vanya dan Bu Wiwi, guna menghampiri anaknya.

Di perjalanan pulang, Vanya menanyakan perihal anak nasabah tadi yang berada di kursi roda.

"Oh itu. Itu salah satu penyebab dia resign dari pekerjaannya yang dulu. Padahal dulu dia sudah di posisi top manager."

"Memangnya kenapa Bu? Anaknya sakit?"

"Nggak sakit. Itu semua akibat ditinggal sama pengasuh yang gak bertanggung jawab. Menurut cerita beliau, dulu saking sibuknya, dia sampai gak sempat ngurus anaknya dan melimpahkan semuanya ke pengasuh. Anaknya tadi kecelakaan. Korban tabrak lari. Sewaktu anaknya itu main, dia keluar halaman rumah dan gak lihat ada mobil yang lewat, dan sekarang jadi kaya gitu."

Ia jadi teringat kejadian yang menyebabkan tangannya retak akibat menjaga Charlos yang hampir jatuh karena ingin menghampirinya. Walau Charlos dalam pengawasan dan asuhan Erin, omanya, Vanya merasa perannya sebagai ibu sambung selama ini belum ia jalani secara maksimal. Waktunya habis di tempat kerja dan kebersamaannya dengan Charlos hanya di malam hari dan pada saat akhir pekan, di hari sabtu dan minggu. Otaknya pun memutar ingatan pada video yang diposting temannya di media sosial. Semua itu membuat Vanya menjadi takut tidak bisa memberikan yang terbaik untuk Charlos.

"Kok jadi ngelamun?" Bu Wiwi menepuk pundak Vanya.

"Gapapa, Bu." Sahut Vanya. Sebelum keluar mobil, Vanya meninggalkan satu kota kue untuk diberikan pada supir kantor.

"Ibu kira kamu borong kue karena ada acara," ujar Bu Wiwi saat melihat Vanya memberikan kue itu.

"Ini buat kita makan nanti di ruangan, yang ini buat orang rumah," jawab Vanya.

Dari arah belakang, Bu Nita memanggilnya.

"Sini Ibu bawaian kuenya ke ruangan." Bu Wiwi dengan cepat mengambil bungkusan berisi  kotak kue dari tangan Vanya kemudian berlalu menuju ruangan.

"Maaf ya, kemarin Ibu gak tahu kalau tangan kamu baru sembuh dari sakit," ucap Bu Nita.

Vanya tersenyum kecil. 

"Kemarin Ibu pantau, dana mertua kamu udah keluar. Dia transaksi di outlet lain dan gak ada konfirmasi ke prioritas."

"Oh gitu ya, Bu," sahut Vanya pura-pura gak tahu. "Kemarin sudah saya tanyain, kata beliau dananya masih terpakai ke lain, jadi ditarik dulu."

Padahal sih karena Erin sudah malas berhubungan dengan Bu Nita dan Reni.

"Saya permisi duluan ya, Bu," pamit Vanya seraya melangkah meninggalkan Bu Nita.

***

Sandra datang dengan muka lelah dan tampak bete. Ia duduk seraya meletakkan tas di sampingnya. Melihat itu Erin langsung mendekat. 

"Kerjanya capek, Ma. Mana bosnya killer lagi. Terus ada satu karyawan di sana yang suka nyuruh-nyuruh Sandra. Padahal itu kerjaan dia. Rasanya pengen berhenti kerja aja, Ma." Sandra merengek di pangkuan Erin.

"Makanya kemarin Abang suruh kerja di kantor Papa aja. Kan kamu langsung jadi atasannya," ucap Charles. Vanya mencubit paha Charles pelan.

"Gak usah nyolot gitu sama adek sendiri," bisik Vanya pelan.

"Pas in satu bulan aja lah kalau mau berhenti kerja. Kan biar ngerasain gajian," ucap Frans.

"Iya, lagian kamu baru dua minggu kerja. Dua minggu lagi kerja di sana masih tahan kan?" timpal Erin.

"Kalau kata Mama sama Papa kaya gitu, Sandra usahain bakal tahan deh," sahutnya.

"Pokoknya, habis terima gaji, Sandra bakal langsung kasih surat pengunduran diri," ucapnya lagi.

"Kamu mandi dulu sana," perintah Erin saat Sandra hendak mengambil kue di meja.

"Iya tapi lapar."

"Mandi dulu Sandra. Kue sebanyak ini gak mungkin langsung habis juga," ucap Charles.

***

Saat masuk ke dalam kamar, ia melihat Vanya tengah serius memandangi Charlos yang telah terlelap. Sesekali ia mengusap rambut Charlos.

“Maaf ya Charlos sayang Ami, selama ini Ami belum bisa jadi ibu sambung yang baik buat kamu.