Home / Romansa / DUDA POLISI BUCIN / Lagi dan Lagi

Share

Lagi dan Lagi

Author: Lystania
last update Huling Na-update: 2025-07-30 09:36:57

Sebelum akhir pekan benar-benar berakhir, hari Minggu ini Charles mengajak jalan-jalan keluarganya. Mereka telah siap di dalam mobil, hanya tinggal menunggu Charles yang katanya sakit perut.

"Vanya lihat dulu ke dalam ya Ma," ucap Vanya tak telah melihat yang lain telah menunggu.

Vanya keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamar. Berkali-kali diketuk tak ada sahutan dari dalam. Vanya memberanikan diri membuka pintu kamar mandi yang ternyata tak di kunci.

"Loh, kosong? Dia dimana?" Vanya bingung mendapati kamar mandi yang kosong. Ia keluar kamar dan melihat Charles berjalan dari arah dapur.

"Kamu ngapain dari kamar?"

"Kamu yang ngapain dari dapur?" tanya Vanya sambil menutup pintu kamar.

"Dari kamar mandi belakang, sakit perut."

"Kirain kamu di kamar. Ayo cepet, sudah ditunggu," ajak Vanya.

Alhasil jam setengah sembilan pagi mereka baru mulai jalan. Berharap jalanan menuju kesana tidak macet dan antrian masuk ke Kebun Raya Bogor tidak panjang. Dua jam perjalanan akhirnya mereka tiba juga di gerbang pintu masuknya.

Charlos tampak senang saat mereka telah masuk ke dalam tempat wisata. Ia sampai tak ingin digendong dan dipegang tangannya. Membuat Vanya lumayan kewalahan mengikuti dan mengejar Charlos yang sangat aktif.

Puas berjalan kaki menikmati suasana rindang pepohonan, mereka kemudian ikut menumpang pada mobil wisata untuk berkeliling di area wisata yang sangat luas ini. Tak henti-hentinya Charlos berdecak kagum dengan keindahan yang dilihat matanya. Setelah kurang lebih tiga puluh menit berkeliling, mobil kembali ke titik awal dan menurunkan semua penumpang.

"Kita foto dulu yuk," ajak Erin. Ia meminta tolong pada salah satu pengunjung untuk memotret mereka. Setelah mengatur posisi, orang yang mereka mintai tolong menghitung mundur dan mengambil beberapa kali foto.

"Makasih ya, Mas," ucap Erin sambil mengambil handphonenya dari tangan orang itu.

Mereka meninggalkan tempat wisata, dan mencari tempat makan siang di sekitar sana. Charles memarkirkan mobil yang dikemudikannya di halaman sebuah restoran iga sapi. Dari luar sudah tampak ramai, karena memang sudah memasuki jam makan siang.

"Pesan iga bakar dua, sop iga tiga, minumnya air mineral aja lima. Sama minta piring kosongnya satu ya mas," ucap Charles pada pelayan restoran itu.

"Kamu mau kemana?" tanya Charles saat melihat Vanya memundurkan kursinya hendak berdiri.

"Itu, mau ambil baby chair," ucap Vanya seraya menunjuk kursi bayi yang berada di ujung restoran.

"Ntar minta tolong sama Masnya aja pas antar makanan," ucap Charles.

Charles mengamati sekitarnya kemudian memberi kode pada pelayan yang kebetulan menatapnya, minta tolong untuk dibawakan baby chair.

Erin mendudukan Charlos di baby chair, di samping Vanya bertepatan dengan datangnya makanan pesanan mereka. Vanya membagi nasinya dan meletakkan beberapa potongan sayur yang ada di sop iganya, di piring kosong kemudian meletakkannya di depan Charlos. Sesekali ia menyuapkan kuah sop untuk Charlos di sela-sela makanannya.

'Lagi makan aja, dia tetap mendahulukan Charlos. Gak makan sendiri. Terimakasih ya Vanya. Mama memang tahu yang terbaik buat aku' gumam Charles dalam hati. Melihat Vanya yang penuh kasih sayang pada anaknya, membuat hatinya mantap untuk mulai belajar membalas perasaan Vanya.

***

Rasanya sangat nikmat saat badannya merasakan empuknya kasur. Otot-otot badannya yang tadi lumayan menegang akibat perjalanan jauh dan mengikuti gerak gerik Charlos yang sangat aktif, kini menjadi lebih rileks. Ia baru saja selesai menidurkan Charlos di dalam box bayinya. Berhubung besok adalah hari senin dan mulai memasuki akhir bulan yang biasanya kerjaan jadi lumayan banyak, Vanya ingin tidur lebih cepat agar besok bisa bangun pagi dalam keadaan fresh.

Charles mengambil handphonenya yang sedari tadi lampunya berkedap kedip. Banyak pesan grup dan pesan pribadi yang masuk di whatsappnya.

"Luar biasa," decaknya kagum membaca pesan di handphonenya. Pemberitahuan kenaikan pangkat dan mutasi beberapa pejabat, anggota polri, termasuk dirinya. Senyum tak berhenti tersungging di bibirnya seraya membalas pesan yang masuk dari beberapa temannya. Dilihatnya Vanya yang telah pulas tidur sambil memeluk guling.

***

Samar-samar di telinga terdengar suara Charles yang mengigau mengucap kata Ran. Berkali-kali tepat di telinga Vanya. Vanya menjauhkan tangan Charles yang memeluknya dan menyentil telinganya kesal.

'Bisa-bisanya dia memanggil nama itu, sambil memeluk aku lagi' gerutunya kesal. Ia kembali menarik telinga Charles untuk meluapkan kekesalannya.

"Auw," jerit Charles pelan. Ia terbangun karena Vanya lumayan kuat menarik telinga. Sampai merah.

"Kenapa?" tanyanya sambil mengelus-elus telinga.

"Aku sudah pernah bilang, kalau aku gak masalah kalau hati dan pikiran kamu masih belum bisa melupakan KIRANA," ucap Vanya penuh penekanan pada kata terakhir. "Tapi bisakah nama itu kamu simpan sendiri saja? Aku bukannya gak suka dengan dia, tapi aku merasa kamu gak menghargai aku. Aku ini apa buat kamu? Cuma sebagai guling kamu? Atau cuma baby sister buat Charlos? Aku gak menuntut banyak dari kamu, selama kamu belum bisa mengontrol hati dan perasaan kamu yang masih penuh dengan kenangan masa lalu kamu dan dia, jangan pernah dekat-dekat aku lagi!" serunya penuh emosi, namun masih dalam suara yang rendah. Tak ingin seisi rumah tahu bahwa ia sedang marah dengan Bapaknya Charlos.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • DUDA POLISI BUCIN   Insiden

    Charles masih sibuk mengerjakan laporannya, padahal ini sudah jam lima sore. Belum lagi waktu perjalanan Bandung Jakarta yang memakan waktu beberapa jam bila ditambah dengan kemacetannya. Sambil terus menyelesaikan laporannya, ia terus melirik jam di layar laptopnya. Tak tahu kenapa hati sedikit gusar. Maunya ingin cepat pulang saja.Di kantor Vanya.Ia baru saja selesai absen pulang. Sebelum pulang ia mampir ke toko mainan yang baru buka di dekat kantornya, membelikan mainan mobil-mobilan untuk Charlos."Makasih ya, Mbak," ucap Vanya sambil menenteng bungkusan berwarna biru itu. Setibanya di depan rumah, Vanya turun dari mobil dan membuka pagar rumah."Ami … Ami …" teriak Charlos dari depan pintu rumah saat melihat Vanya yang barusan turun dari mobil tadi.Teriakan Charlos bertambah kencang saat Vanya menunjukkan bungkusan plastik pada Charlos. Senyum yang mengambang di bibir Vanya, berubah menjadi ekspresi sedikit takut saat melihat Charlos hendak menuruni

  • DUDA POLISI BUCIN   Tiada Artinya

    "Maaf Pak, Bapak silahkan duduk dulu." Vanya tetap berusaha tenang menghadapi nasabah yang datang dan langsung marah-marah padahal ini masih pagi. Saat Vanya mulai bicara hendak memberikan pilihan, nasabah itu bangkit berdiri dan mengambil pistolnya yang sedari tadi ia letakkan di atas meja. Tak perlu waktu lama petugas keamanan dan beberapa orang langsung mengamankan nasabah itu."Bapak silahkan ke sebelah sini," ucap satpam yang berjaga di sana dengan dibantu dua orang nasabah yang kebetulan berprofesi sebagai polisi, mengarahkan ke ruangan Pak Tri."Sakit tuh nasabah," komentar Tyas. "Kamu gak apa-apa kan?" tanya Tyas lagi."Gapapa," sahut Vanya. Ia meninggalkan mejanya sebentar, menuju toilet.Dari dalam ruangan Pak Tri, dua polisi yang ikut mengamankan nasabah tadi memperhatikan Vanya.Setelah dijelaskan oleh Pak Tri, nasabah yang mengamuk tadi akhirnya paham dan meminta maaf karena telah membuat kegaduhan di kantor ini. Ia meninggalkan tempat itu dengan di

  • DUDA POLISI BUCIN   Masih Kesal

    Ia tak bicara sama sekali saat Charles mengantarnya kerja. Memandangnya saja pun tidak. Rasa kesal dan sakit di hatinya teramat menumpuk. Ia turun dari mobil dan menutup pintu dengan sedikit kencang. Charles hanya bisa menghela nafas melihat hal itu. Selesai morning briefing, Vanya dan yang lain kembali ke unit masing-masing. Ia duduk di kursinya dan mengambil handphonenya.'Pesan apa ini' tanyanya dalam hati melihat pesan yang dikirimkan Charles kemarin malam.'Besok, upacara kenaikan pangkat' gumamnya. Matanya membaca dengan teliti, mencari nama Charles diantara sekian nama yang ada di sana. Ia berdecak kagum melihat pangkat dan jabatan baru yang akan diemban Charles sekarang. Masih muda dan sangat berprestasi di pekerjaannya. ***Sebelum pulang, Vanya menemui Priska untuk minta izin masuk kerja agak siangan."Kenapa gak sekalian satu hari aja izinnya?""Gapapa, Mbak?” Vanya tak enak.“Gapapa, santai aja.”Di pos satpam, tampak Charles telah m

  • DUDA POLISI BUCIN   Lagi dan Lagi

    Sebelum akhir pekan benar-benar berakhir, hari Minggu ini Charles mengajak jalan-jalan keluarganya. Mereka telah siap di dalam mobil, hanya tinggal menunggu Charles yang katanya sakit perut."Vanya lihat dulu ke dalam ya Ma," ucap Vanya tak telah melihat yang lain telah menunggu. Vanya keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamar. Berkali-kali diketuk tak ada sahutan dari dalam. Vanya memberanikan diri membuka pintu kamar mandi yang ternyata tak di kunci."Loh, kosong? Dia dimana?" Vanya bingung mendapati kamar mandi yang kosong. Ia keluar kamar dan melihat Charles berjalan dari arah dapur."Kamu ngapain dari kamar?""Kamu yang ngapain dari dapur?" tanya Vanya sambil menutup pintu kamar."Dari kamar mandi belakang, sakit perut.""Kirain kamu di kamar. Ayo cepet, sudah ditunggu," ajak Vanya.Alhasil jam setengah sembilan pagi mereka baru mulai jalan. Berharap jalanan menuju kesana tidak macet dan antrian masuk ke Kebun Ray

  • DUDA POLISI BUCIN   Tidak Cemburu

    Vanya mengirim screenshot percakapan grup kepada Charles. Percakapan grup istri-istri polisi yang tengah berencana untuk membentuk arisan di luar arisan yang setiap bulan rutin dilakukan, meskipun Vanya belum pernah sekalipun bergabung.Ikut aja, nanti tiap bulan aku yang transfer uang arisannya."Baik bener suami," bisiknya sambil membalas pesan Charles.Uang arisan sebanyak lima ratus ribu itu lumayan untuk Vanya, walau gajinya masih bisa menutupi tapi rasanya sedikit berat. Tapi kalau Charles sudah bilang bahwa dia yang akan membayarkannya, dengan senang hati diterimanya. Selama ini untuk masalah gaji Charles, Vanya tidak pernah mencampurinya. Ia juga tidak pernah meminta jatah pada Charles karena merasa gajinya lebih dari cukup. Sebagian gaji yang diterimanya, Vanya beri untuk Mama karena ia tahu, gaji pensiunan almarhum ayahnya hanya cukup untuk keperluan setiap bulan saja. Dan itu sudah jadi komitmennya dengan Yuda juga.***Sebelum pulang ke rum

  • DUDA POLISI BUCIN   Adu Mulut

    Dengan sigap Charles menarik Vanya sebelum Vanya benar-benar terjatuh dari tempat tidur."Kamu tidur kayak main kungfu aja. Kalau gak cepet aku tarik, pasti sudah jatuh kamu," ucap Charles."Untung cuma mimpi." Vanya mengatur nafasnya. "Mimpi apa?" tanya Charles."Gak mimpi apa-apa kok.""Kalau gak mimpi apa-apa kenapa sampai mau jatuh dari tempat tidur?" Charles tetap ngotot bertanya. Penasaran."Bukan apa-apa," jawabnya sambil berbalik membelakangi Charles. Mencoba untuk tidur lagi, karena jam baru menunjukkan pukul setengah dua belas malam."Atau jangan-jangan kamu mimpiin aku ya," goda Charles sambil mencolek telinga Vanya."Enggak. Pede banget sih kamu," ucap Vanya seraya memuk pelan tangan Charles."Terus mimpi apa? Mimpi hamil ya?" tebak Charles."Enggak, enggak, enggak." Dengan cepat Vanya membantah."Jadiin kenyataan aja mimpi kamu yuk." Perkataan Charles membuat Vanya bergid

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status