Share

Masih Kesal

Author: Lystania
last update Last Updated: 2025-07-30 12:34:30

Ia tak bicara sama sekali saat Charles mengantarnya kerja. Memandangnya saja pun tidak. Rasa kesal dan sakit di hatinya teramat menumpuk. Ia turun dari mobil dan menutup pintu dengan sedikit kencang. Charles hanya bisa menghela nafas melihat hal itu.

Selesai morning briefing, Vanya dan yang lain kembali ke unit masing-masing. Ia duduk di kursinya dan mengambil handphonenya.

'Pesan apa ini' tanyanya dalam hati melihat pesan yang dikirimkan Charles kemarin malam.

'Besok, upacara kenaikan pangkat' gumamnya. Matanya membaca dengan teliti, mencari nama Charles diantara sekian nama yang ada di sana. Ia berdecak kagum melihat pangkat dan jabatan baru yang akan diemban Charles sekarang. Masih muda dan sangat berprestasi di pekerjaannya.

***

Sebelum pulang, Vanya menemui Priska untuk minta izin masuk kerja agak siangan.

"Kenapa gak sekalian satu hari aja izinnya?"

"Gapapa, Mbak?” Vanya tak enak.

“Gapapa, santai aja.”

Di pos satpam, tampak Charles telah menunggunya. Ia menyudahi obrolannya dengan satpam dan mengikuti Vanya berjalan menuju mobilnya. Niat hati ingin membukakan pintu mobil untuk Vanya, namun terlambat Vanya keburu masuk menutup pintu.

Melihat ekspresi Vanya yang datar membuat Charles mengurungkan niatnya untuk menanyakan bisa tidaknya ia hadir di upacara besok. Rasanya ingin pasrah kalau besok ia harus datang sendirian ke upacara besok. Tapi yang ada ia bisa di bully habis-habis oleh teman bahkan atasannya.

Setibanya di rumah, Vanya mengubah ekspresi wajahnya saat Frans dan Erin ada. Ia tak ingin mertuanya itu tahu bahwa ia sedang bersitegang dengan Bapaknya Charlos.

"Kalian mandi sana dulu, biar kita makan malam," perintah Erin.

"Iya, Ma." Sahut Vanya dan Charles kompak.

***

"Besok Charles upacara kenaikan pangkat Ma," ucap Charles seraya melirik Vanya yang duduk melantai, bermain dengan Charlos. Ia sengaja mengatakan hal itu di depan semuanya, karena Erin pasti langsung bersemangat untuk mendandani Vanya, dengan memberikan beberapa perhiasannya untuk dipakai oleh Vanya. Dengan begitu, ia akan tahu, Vanya bisa atau tidak untuk hadir di acara besok.

Frans, Erin, dan juga Sandra langsung riuh bertepuk tangan dan mengucapkan selamat pada Charles.

"Gak usah, Ma," sahut Vanya singkat kala ibu mertua hendak memanggil orang yang biasa mendandani mereka.

"Loh kenapa?"

Charles sudah deg-degan menunggu jawaban Vanya. Khawatir Vanya akan bilang tidak bisa hadir besok.

"Kamu harus tampil cantik besok," ucap Erin lagi.

"Iya, Ma. Tapi Vanya make up sendiri aja.” Vanya tersenyum kecil. Akhirnya Charles dapat menarik nafas lega, tahu kalau besok dia upacara gak sendirian.

Vanya menggendong Charlos yang sudah tampak mengantuk.

"Ma, Vanya ke kamar dulu ya. Charlos udah ngantuk nih."

"Dadah sayang, Oma. Bobo ya," ucap Erin mencium pipi Charlos.

Baru beberapa langkah Vanya berjalan menuju kamar, Charles mengikutinya dari belakang.

"Ups," ucapnya. Hampir saja ia menabrak pintu kamar yang dengan cepat ditutup Vanya sebelum ia masuk. Untung saja yang lain tak melihat. Charles menarik nafas seraya masuk ke dalam kamar.

Suasana kamar yang biasa rasanya sejuk karena ac, kini tak terasa. Ia malah merasa kepanasan.

"Kamu mau kamar ini dinginnya kayak di kutub?" tanya Vanya ketus saat Charles menekan tombol remote ac.

"Kamu gak kepanasan?"

"Kurang dingin apa lagi sih acnya? Balikin kayak semula!" seru Vanya. Daripada berdebat dengan Aminya Charlos yang masih dalam keadaan marah, Charles menuruti saja perkataannya.

Vanya melepas botol dot yang telah habis dan meletakkannya di meja samping tempat tidur kemudian menyelimutinya.

“Perasaan ini sudah dingin” gumam Vanya dalam hati saat melihat Charles membuka baju dan menyisakan kaos dalamnya saja. Ia menahan diri untuk tidak mengomentari kelakuan Charles.

***

Menurut undangan upacara itu, upacara akan dimulai jam delapan pagi. Dari jam setengah enam Vanya telah bangun dan bersiap-siap. Setelah mandi, ia mengenakan baju ibu bhayangkarinya yang belum pernah dipakainya sama sekali ke acara resmi seperti ini. Hanya sekali pernah di cobanya, saat baju itu selesai di kecilkan.

"Pas aja kok," ucap Charles dari atas tempat tidur saat melihat Vanya di depan cermin berputar ke kiri dan ke kanan. Ia memandang Charles sinis kemudian duduk di depan meja rias. Mempoles wajahnya dengan make up agar terlihat lebih segar. Walaupun ia masih kesal dengan Charles, ia juga tak ingin tampil seadanya dan membuat malu Charles di depan teman dan juga atasannya, apa lagi di acara resmi seperti ini.

Charles tersenyum melihat Vanya yang telah selesai dan siap dengan pakaian bhayangkarinya. Namun senyumnya tak berarti, Vanya tetap acuh padanya dan meninggalkan kamar setelah mengangkat Charlos dari boxnya.

"Seumur-umur baru ini pertama kali ini dicuekin sampai berhari-hari."

Meskipun dicuekin, Vanya tetap menyiapkan seragam yang akan dikenakan Charles dan meletakkannya di atas tempat tidur. Selesai memakai seragamnya ia keluar kamar dan menghampiri yang lain di dapur.

"Gagah betul anak Papa." Puji Frans saat melihat Charles.

"Selamat ya, Sayang. Semoga semakin berkah semuanya ya, amin." Doa Erin yang diaminkan yang lain.

Sebelum berangkat, Erin memasangkan kalung di leher dan cincin di jari manis Vanya.

"Makasih ya, Ma," ucap Vanya. Senyum penuh ketulusan terpancar dari bibir Erin.

"Maaf ya, Vanya belum bisa jaga Charlos sepenuhnya dan masih ngerepotin Mama," ucapnya lagi.

"Gapapa, Vanya sayang. Kalian hati-hati ya." Erin melambaikan tangan Charlos pada Papa dan Aminya yang telah berada di dalam mobil.

"Yuk kita turun," ajak Charles saat mereka telah sampai di kantor Charles. Melihat orang yang lumayan banyak, membuat Vanya jadi gugup sendiri.

Di lapangan sudah banyak orang berbaris. Ada beberapa barisan sesuai baju yang dikenakannya.

"Yuk, Bu Charles kita baris di depan," ajak istri atasannya itu.

"Sini tasnya." Charles mengambil tas Vanya dari tangannya sebelum ia dan istri atasannya itu berjalan menuju lapangan. Bergabung dengan barisan ibu-ibu bhayangkari.

Tepat jam delapan pagi, upacara dimulai. Setelah beberapa pejabat memberikan sambutan, mulai lah nama-nama anggota yang menerima kenaikan pangkat dipanggil satu persatu didampingi pasangannya masing-masing.

"Selamat ya, semoga karirnya tambah sukses." Ucapan selamat diberikan atasannya untuk semua anggota yang mengikuti upacara ini.

"Dokumentasi dulu, Bang." Charles meminta tolong rekannya untuk memotret dirinya dan Vanya.

"Satu, dua, tiga," ucap rekannya memberi aba-aba.

"Sekali lagi," pinta Charles.

Sebuah kecupan mendarat di pipi Vanya saat rekannya tadi selesai menghitung.

"Ealaahhh, bisa aja nih Bang Charles," ledek rekannya sambil mengembalikan handphone Charles. Tak dapat protes karena sedang berada di kerumunan orang banyak, Vanya hanya bisa melayangkan cubitan di perut Charles.

Satu persatu orang meninggalkan lapangan dan pulang. Upacara telah selesai. Vanya melirik jam di tangan kanannya yang telah menunjukkan pukul setengah sebelas siang. Charles mengambil tas Vanya di ruangan depan dan mengantarkannya ke kamar mandi.

"Selamat ya, Bang Charles. Makan-makan dimana kita, Bang?" Siapa lagi kalau bukan Tere. Ia sengaja bermanja-manja dengan Charles meskipun tahu Vanya ada.

"Makan di rumah masing-masing kayaknya enak deh," sahut Charles yang bersamaan dengan keluarnya Vanya dari kamar mandi. Tere memandang jutek pada Vanya kemudian berlalu meninggalkan mereka.

***

"Makasih ya, sudah mau datang di upacara tadi," ucap Charles sebelum Vanya turun dari mobil.

"Hemm …" sahut Vanya sambil keluar dari mobil Charles.

'Harus ngapain supaya dia maafin aku' pasrah Charles. Bingung harus bagaimana mengambil hati Vanya lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUDA POLISI BUCIN   Insiden

    Charles masih sibuk mengerjakan laporannya, padahal ini sudah jam lima sore. Belum lagi waktu perjalanan Bandung Jakarta yang memakan waktu beberapa jam bila ditambah dengan kemacetannya. Sambil terus menyelesaikan laporannya, ia terus melirik jam di layar laptopnya. Tak tahu kenapa hati sedikit gusar. Maunya ingin cepat pulang saja.Di kantor Vanya.Ia baru saja selesai absen pulang. Sebelum pulang ia mampir ke toko mainan yang baru buka di dekat kantornya, membelikan mainan mobil-mobilan untuk Charlos."Makasih ya, Mbak," ucap Vanya sambil menenteng bungkusan berwarna biru itu. Setibanya di depan rumah, Vanya turun dari mobil dan membuka pagar rumah."Ami … Ami …" teriak Charlos dari depan pintu rumah saat melihat Vanya yang barusan turun dari mobil tadi.Teriakan Charlos bertambah kencang saat Vanya menunjukkan bungkusan plastik pada Charlos. Senyum yang mengambang di bibir Vanya, berubah menjadi ekspresi sedikit takut saat melihat Charlos hendak menuruni

  • DUDA POLISI BUCIN   Tiada Artinya

    "Maaf Pak, Bapak silahkan duduk dulu." Vanya tetap berusaha tenang menghadapi nasabah yang datang dan langsung marah-marah padahal ini masih pagi. Saat Vanya mulai bicara hendak memberikan pilihan, nasabah itu bangkit berdiri dan mengambil pistolnya yang sedari tadi ia letakkan di atas meja. Tak perlu waktu lama petugas keamanan dan beberapa orang langsung mengamankan nasabah itu."Bapak silahkan ke sebelah sini," ucap satpam yang berjaga di sana dengan dibantu dua orang nasabah yang kebetulan berprofesi sebagai polisi, mengarahkan ke ruangan Pak Tri."Sakit tuh nasabah," komentar Tyas. "Kamu gak apa-apa kan?" tanya Tyas lagi."Gapapa," sahut Vanya. Ia meninggalkan mejanya sebentar, menuju toilet.Dari dalam ruangan Pak Tri, dua polisi yang ikut mengamankan nasabah tadi memperhatikan Vanya.Setelah dijelaskan oleh Pak Tri, nasabah yang mengamuk tadi akhirnya paham dan meminta maaf karena telah membuat kegaduhan di kantor ini. Ia meninggalkan tempat itu dengan di

  • DUDA POLISI BUCIN   Masih Kesal

    Ia tak bicara sama sekali saat Charles mengantarnya kerja. Memandangnya saja pun tidak. Rasa kesal dan sakit di hatinya teramat menumpuk. Ia turun dari mobil dan menutup pintu dengan sedikit kencang. Charles hanya bisa menghela nafas melihat hal itu. Selesai morning briefing, Vanya dan yang lain kembali ke unit masing-masing. Ia duduk di kursinya dan mengambil handphonenya.'Pesan apa ini' tanyanya dalam hati melihat pesan yang dikirimkan Charles kemarin malam.'Besok, upacara kenaikan pangkat' gumamnya. Matanya membaca dengan teliti, mencari nama Charles diantara sekian nama yang ada di sana. Ia berdecak kagum melihat pangkat dan jabatan baru yang akan diemban Charles sekarang. Masih muda dan sangat berprestasi di pekerjaannya. ***Sebelum pulang, Vanya menemui Priska untuk minta izin masuk kerja agak siangan."Kenapa gak sekalian satu hari aja izinnya?""Gapapa, Mbak?” Vanya tak enak.“Gapapa, santai aja.”Di pos satpam, tampak Charles telah m

  • DUDA POLISI BUCIN   Lagi dan Lagi

    Sebelum akhir pekan benar-benar berakhir, hari Minggu ini Charles mengajak jalan-jalan keluarganya. Mereka telah siap di dalam mobil, hanya tinggal menunggu Charles yang katanya sakit perut."Vanya lihat dulu ke dalam ya Ma," ucap Vanya tak telah melihat yang lain telah menunggu. Vanya keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamar. Berkali-kali diketuk tak ada sahutan dari dalam. Vanya memberanikan diri membuka pintu kamar mandi yang ternyata tak di kunci."Loh, kosong? Dia dimana?" Vanya bingung mendapati kamar mandi yang kosong. Ia keluar kamar dan melihat Charles berjalan dari arah dapur."Kamu ngapain dari kamar?""Kamu yang ngapain dari dapur?" tanya Vanya sambil menutup pintu kamar."Dari kamar mandi belakang, sakit perut.""Kirain kamu di kamar. Ayo cepet, sudah ditunggu," ajak Vanya.Alhasil jam setengah sembilan pagi mereka baru mulai jalan. Berharap jalanan menuju kesana tidak macet dan antrian masuk ke Kebun Ray

  • DUDA POLISI BUCIN   Tidak Cemburu

    Vanya mengirim screenshot percakapan grup kepada Charles. Percakapan grup istri-istri polisi yang tengah berencana untuk membentuk arisan di luar arisan yang setiap bulan rutin dilakukan, meskipun Vanya belum pernah sekalipun bergabung.Ikut aja, nanti tiap bulan aku yang transfer uang arisannya."Baik bener suami," bisiknya sambil membalas pesan Charles.Uang arisan sebanyak lima ratus ribu itu lumayan untuk Vanya, walau gajinya masih bisa menutupi tapi rasanya sedikit berat. Tapi kalau Charles sudah bilang bahwa dia yang akan membayarkannya, dengan senang hati diterimanya. Selama ini untuk masalah gaji Charles, Vanya tidak pernah mencampurinya. Ia juga tidak pernah meminta jatah pada Charles karena merasa gajinya lebih dari cukup. Sebagian gaji yang diterimanya, Vanya beri untuk Mama karena ia tahu, gaji pensiunan almarhum ayahnya hanya cukup untuk keperluan setiap bulan saja. Dan itu sudah jadi komitmennya dengan Yuda juga.***Sebelum pulang ke rum

  • DUDA POLISI BUCIN   Adu Mulut

    Dengan sigap Charles menarik Vanya sebelum Vanya benar-benar terjatuh dari tempat tidur."Kamu tidur kayak main kungfu aja. Kalau gak cepet aku tarik, pasti sudah jatuh kamu," ucap Charles."Untung cuma mimpi." Vanya mengatur nafasnya. "Mimpi apa?" tanya Charles."Gak mimpi apa-apa kok.""Kalau gak mimpi apa-apa kenapa sampai mau jatuh dari tempat tidur?" Charles tetap ngotot bertanya. Penasaran."Bukan apa-apa," jawabnya sambil berbalik membelakangi Charles. Mencoba untuk tidur lagi, karena jam baru menunjukkan pukul setengah dua belas malam."Atau jangan-jangan kamu mimpiin aku ya," goda Charles sambil mencolek telinga Vanya."Enggak. Pede banget sih kamu," ucap Vanya seraya memuk pelan tangan Charles."Terus mimpi apa? Mimpi hamil ya?" tebak Charles."Enggak, enggak, enggak." Dengan cepat Vanya membantah."Jadiin kenyataan aja mimpi kamu yuk." Perkataan Charles membuat Vanya bergid

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status