Share

Surprise

Author: Lystania
last update Last Updated: 2025-08-10 16:00:07

Hari-hari berjalan seperti biasa, meski telah tidur terpisah selama kurang lebih satu bulan. Vanya tetap menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga dan istri. Ia tetap melayani suaminya. Seperti pagi ini, ia pun tak keberatan untuk mengantarkan Charles ke kantor.

Setelah menempatkan Charlos pada kursi khusus anak yang terpasang di kursi belakang, mereka meninggalkan rumah dan menuju kantor Charles.

"Kalian mau langsung pulang atau ada tujuan lain?" tanya Charles sebelum turun dari mobil.

"Mampir ke tempat Mama boleh kan?"

Charles mengangguk seraya membelai lembut lengan Vanya. "Kalian hati-hati ya."

***

Vanya berada di rumah Mama, hingga selesai jam makan siang. Seperti tahu anak dan cucunya akan datang, Mama memasak makanan kesukaan Vanya. Ia makan dengan lahap sementara Charlos diurus oleh Mama.

"Wuih, hebat nih cucu Oma makannya habis," ucap Mama girang sambil bertepuk tangan yang kemudian diikuti oleh Charlos. Mama kemudian membersihkan mulut Charlos dari sisa makanan dan memberinya air minum.

"Oh ya, mertua kamu apa kabar?"

"Mereka semua sehat Ma," sahutnya sambil berdiri membersihkan meja makan dan mencuci piring makan mereka tadi.

Perbincangan mereka berpindah ke ruang tamu depan.

"Kayaknya Mama besok mau ke Bandung."

"Ngapain, Ma? Kok mendadak?" tanya Vanya terkejut.

"Gak mendadak kok ini. Mama lupa bilang sama kamu."

Vanya manyun. "Berapa lama, Ma?"

"Belum tahu sih. Paling seminggu bisa juga lebih," sahut Mama.

“Ya ampun, pengen jalan-jalan juga” batin Vanya.

Seingatnya, terakhir jalan-jalan cuma ke Kebun Raya Bogor aja. Mau minta liburan sama Bapaknya Charlos, Vanya segan. Ntar dia minta timbal balik, lagian dia juga kelihatan sibuk. Beberapa hari ini dia pulang malam terus.

***

Vanya memarkirkan mobilnya di samping sebuah mobil tanpa plat berwarna putih yang juga terparkir di halaman rumah. Setelah menurunkan Charlos dari mobil, ia masuk ke dalam rumah dan mendapati Charles telah pulang dan duduk di ruang tamu sambil membaca koran. Ia tampak sudah segar dengan baju casual.

"Kamu sudah pulang? Baru jam empat." Vanya melirik ke jam di dinding.

"Di luar mobil siapa?" tanya Vanya lagi. Ia membiarkan Charlos duduk di samping Charles.

"Mobil buat kamu."

Vanya menautkan alisnya bingung mendengar ucapan Charles. Antara bingung dan senang bercampur jadi satu. Bingung dalam rangka apa sampai Charles membelikannya mobil dan tentunya hati senang mendapat hadiah itu.

"Buat aku?" Vanya mengkonfirmasi ulang. Takut salah dengar.

"Iya buat kamu. Jadi kalau mau ke mana-mana bisa lebih mudah," sahut Charles.

"Beneran? Kamu gak bercanda?" tanya Vanya lagi. Takut ia terlalu senang sekarang tapi di belakang hari ternyata ia diisengi oleh Charles.

Ia mengikuti Charles yang menggandeng Charlos, berjalan keluar rumah.

"Ngapain juga bercanda kalau bisa beneran." Charles menatap Vanya.

Mobil putih yang sudah dipastikan dengan harga lumayan itu, membuat Vanya takjub. Ia tak menyangka Charles memberikan hadiah yang sangat fantastis padanya.

"Kamu gak rekening gendut kan?"

Charles menarik pelan daun telinga Vanya. "Kamu sembarangan ya kalau ngomong. Rekening gendut katanya. Yang ada kamu yang aku bikin gendut nanti," goda Charles. Vanya melotot.

"Kalian mandi gih, biar kita keliling test drive," suruh Charles.

Bergegas ia membawa Charlos masuk dan memandikannya. Tiga puluh menit kemudian, Charlos juga Vanya sudah siap. Charles memberikan kunci mobil pada Vanya.

"Aku yang bawa?" Ia menerima kunci mobil dari tangan Charles.

"Iya. Masa Charlos yang bawa. Cepet."

Dengan sedikit ragu Vanya menekan tombol pada kunci mobil itu. Mereka masuk ke dalam mobil yang kursinya masih terbungkus plastik. Vanya termenung menatap setir mobil di depannya.

"Tapi ini gimana caranya?" Tanya Vanya dengan wajah bingung.

"Sama kayak mobil biasa Aminya Charlos. Itu pedal gas, itu pedal rem." Charles menjelaskan sedikit hal tentang mobil itu yang sebenarnya Vanya pasti sudah tahu.

"Ayo," ucap Charles yang telah memasang seatbelt.

Vanya menyalakan mesin mobil dan membiarkannya sejenak, sebelum mengeluarkan mobil dari halaman rumah. Sedikit deg-deg an, ia menekan pedal gas pelan setelah keluar dari komplek rumah.

"Ini mau kemana?" tanyanya pada Charles. Menyupiri Charles seperti ini membuatnya yang tadinya sudah gugup dengan mobil baru, jadi tambah gugup lagi.

"Kamu santai aja. Gak usah nervous kayak gitu. Kamu kayak orang yang baru bisa bawa mobil aja," ucap Charles.

"Nervous lah, mobil baru. Takut aku tuh," ucap Vanya. Ia menepikan mobil di kedai es krim yang waktu itu mereka tak jadi singgah. Jarak yang lumayan jauh dari rumah mereka sekarang.

"Tuh kan bisa, sampai sejauh ini," ucap Charles begitu mereka masuk ke dalam kedai itu. Vanya menarik baby chair dan mendudukan Charlos di situ.

"Iya, tapi kamu gak tahu kalau jantung aku mau copot gara-gara nyetir sejauh ini." Vanya menghela nafas. Melihat ekspresi Vanya yang seperti itu membuat Charles tertawa.

***

Charles menghampiri Vanya yang baru saja selesai menidurkan Charlos. Ia mengajak Vanya mengobrol santai di ruang tengah, karena tak mungkin mengajaknya mengobrol santai di kamar.

"Makasih ya mobilnya," ucap Vanya seraya duduk di samping Charles.

"Kamu suka kan?"

"Suka dong, masa iya gak suka. Tapi kamu gak berencana minta timbal balik kan?" selidik Vanya. Matanya mendelik menatap Charles tajam.

"Ya ampun kamu prasangka buruk terus. Tapi, kalau minta timbal balik emangnya boleh?" tanya Charles genit.

"Itu mah maunya kamu kan?"

"Loh, emangnya kamu gak mau?" Charles menatap Vanya seraya menggeser posisi. Duduk lebih dekat dengan Vanya.

“Mau tapi kamunya masih kaya gitu” gumam Vanya dalam hatinya. Ia menguap lebar sembari meminta izin untuk tidur lebih dulu, tapi tak diperbolehkan oleh Charles.

"Kamu kayaknya gak betah lama-lama sama aku,."

“Bukannya gak betah. Lama-lama sama kamu itu bahaya. Bisa bikin terjadi hal-hal yang tak diinginkan walau sebenarnya ingin’ batin Vanya.

"Oh iya, besok aku cuti lo," sambung Charles lagi. Dari nada ucapannya menyiratkan sesuatu keinginan.

"Berapa lama?"

"Satu minggu. Kamu mau kemana, Jalan-jalan?"

Seperti kebetulan, baru tadi siang Vanya berkata ingin jalan-jalan, sekarang Charles malah menawarinya.

"Jalan-jalan tapi kemana?"

"Terserah kamu. Kalau mau liburan keluar kota, hayuk. Mau jalan-jalan di sekitaran sini juga hayuk. Mau jalan-jalan ke kamar kita yang itu, aku juga hayuk banget," ucap Charles dengan tangan terarah menunjuk pintu kamar mereka.

"Modus."

"Kan namanya usaha." Charles tertawa.

"Jalan-jalan sama siapa aja?" tanya Vanya lagi.

"Terserah kamu mau ajak siapa. Ajak Mama boleh. Ajak Oma, Opa Charlos, sama Sandra juga boleh. Atau cuma kita berdua, juga boleh banget." Charles melingkarkan tangannya di pinggang Vanya.

"Modus lagi!" seru Vanya.

"Ya habisnya kamu nanya terus. Pokoknya terserah kamu. Gimana maunya kamu aja. Kalau mau liburan ke luar kota, biar aku hubungi travelnya. Buat atur jadwalnya."

Vanya terdiam sejenak. Berpikir kira-kira kota mana yang cocok untuk liburan dengan membawa anak kecil.

"Kalau ke Malang boleh?" Cetus Vanya.

"Boleh. Boleh banget. Maunya kapan kita berangkat?"

"Sebentar aku tanya Mama dulu," ucap Vanya. Ia meminjam handphone Charles kemudian mencoba menghubungi Mama. Meski ia tahu Mama besok akan ke Bandung, ia tetap ingin mengajak Mama. Siapa tahu Mama berubah pikiran. Namun sampai tiga kali dihubungi oleh Vanya, tak ada jawaban dari Mama.

"Mungkin Mama sudah tidur. Coba besok kamu telpon lagi."

Vanya mengembalikan handphone Charles ke atas meja sembari mengangguk.

"Aku tidur dulu ya," ucap Vanya berusaha melepaskan tangan Charles yang sedari tadi melingkar di pinggangnya. Walau sebenarnya Charles masih kangen dengan suasana seperti ini, dengan berat hati ia membiarkan Vanya berjalan menjauh darinya dan masuk ke kamar Charlos. Di dalam hatinya, sudah mulai bertekad akan terus mencoba hingga ia bisa mendapatkan hati Aminya Charlos.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUDA POLISI BUCIN   Masih Liburan

    Di restoran hotel mereka tengah menikmati sarapan pagi, sambil menunggu di jemput oleh Mas Andi. Vanya yang sedang mengantri mengambil salad buah, melihat seorang laki-laki dengan setelan jas hitam tersenyum ke arahnya.“Indra ya” gumam Vanya tak takun."Vanya," sapanya saat tiba di depan Vanya."Indra!" seru Vanya. Wajahnya tampak sumringah melihat Indra. Teman kuliahnya dulu yang tampak sangat berbeda sekarang."Sama siapa kamu kesini? Gak ngabarin deh kamu," ucap Indra akrab."Iya. Handphone aku sempat error, jadi banyak nomor kontak yang hilang."Merasa Vanya terlalu lama hanya untuk mengambil salad buah, Charles menyusul dan melihat Vanya tengah asyik berbincang dengan orang lain. Dalam hatinya bertanya-tanya siapa lelaki yang sedang berbicara dengan Vanya itu."Eh, Ndra. Ini kenalin suami aku, Charles." Saat menyadari kedatangan Charles, Vanya reflek memperkenalkan suaminya yang tampan itu. Mereka berjabatan tangan sebentar, sebelum Charles menggand

  • DUDA POLISI BUCIN   Liburan Dimulai

    Vanya telah siap sejak pukul enam pagi, berbanding terbalik dengan Charles yang masih tidur dengan pulasnya. Ia kemudian menggoyang-goyang pelan badan Charles, berusaha membangunkannya."Hoahh…." Mulut Charles menguap lebar sembari mengucek-ngucek matanya."Ayo, kamu siap-siap. Kita berangkat dari rumah Mama kan?""Sepagi ini kamu sudah cantik aja," puji Charles."Terimakasih pujiannya," sahut Vanya."Charlos mana?" tanya Charles seraya turun dari ranjang, memberi kesempatan agar Vanya bisa merapikan bantal dan selimut yang berantakan."Masih tidur. Paling sebentar lagi dia juga bangun."Selesai membereskan tempat tidur, Vanya melangkah ke arah lemari hendak menyiapkan pakaian untuk Charles."Bahagianya aku, kita mau liburan." Sebuah pelukan dari Charles membuat Vanya menghentikan aktivitas tangannya yang tengah mencari pakaian untuk Charles kenakan."Mandi lah, biar kita makan terus ke rumah Mama," uca

  • DUDA POLISI BUCIN   Persiapan

    "Kayaknya gak bisa deh, hari ini sampai beberapa hari kedepan Mama di Bandung. Di rumah Yuda.""Berarti lain kali harus atur jadwal dulu sama Mama ya," ucap Charles. "Gak gitu juga sih tapi jangan mendadak kaya gini juga. Gapapa kalian liburan aja ya. Nanti bawa oleh-oleh kabar baik ya," ucap Mama.Charles senyum-senyum mendengar ucapan Mama di telpon. Vanya yang dari tadi berdiri di depan connecting door, berjalan mendekat menanyakan apa yang mereka obrolan. Walaupun sebenarnya, Vanya sudah tahu Mama gak bakal bisa ikut liburan dengannya, tetap saja ia sedih mendengar jawaban dari Charles."Jadi mau gimana?" tanya Charles.Vanya mengangkat kedua pundaknya."Lain kali kita atur jadwal lagi kalau mau ajak Mama jalan," ucap Charles. Vanya mengangguk sambil mengajak Charlos ke ruang tamu untuk sarapan.Setelah menempatkan Charlos di kursinya, Vanya menyiapkan makanan untuk Charlos."Kalau kata Omanya Charlos barusan aku telpon, mereka excited buat libur

  • DUDA POLISI BUCIN   Surprise

    Hari-hari berjalan seperti biasa, meski telah tidur terpisah selama kurang lebih satu bulan. Vanya tetap menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga dan istri. Ia tetap melayani suaminya. Seperti pagi ini, ia pun tak keberatan untuk mengantarkan Charles ke kantor. Setelah menempatkan Charlos pada kursi khusus anak yang terpasang di kursi belakang, mereka meninggalkan rumah dan menuju kantor Charles."Kalian mau langsung pulang atau ada tujuan lain?" tanya Charles sebelum turun dari mobil."Mampir ke tempat Mama boleh kan?"Charles mengangguk seraya membelai lembut lengan Vanya. "Kalian hati-hati ya."***Vanya berada di rumah Mama, hingga selesai jam makan siang. Seperti tahu anak dan cucunya akan datang, Mama memasak makanan kesukaan Vanya. Ia makan dengan lahap sementara Charlos diurus oleh Mama."Wuih, hebat nih cucu Oma makannya habis," ucap Mama girang sambil bertepuk tangan yang kemudian diikuti oleh Charlos. Mama kemudian membersihkan mulut Char

  • DUDA POLISI BUCIN   Pisah Ranjang

    Rumah baru dengan satu lantai dan halaman yang cukup luas itu, penuh dengan keluarga Vanya dan juga Charles. Setelah mengucap doa dan syukur, mereka bergantian menikmati makanan yang telah tertata rapi di meja panjang. "Cuman makan sayur aja? Kamu diet," ucap Nana saat melihat piring yang dipegang Vanya. "Mau diet apa coba, Kak. Vanya sudah gini," ucap Vanya sambil melihat badannya. Gak gemuk gak kurus juga sih."Iya kamu gak usah diet-diet ya, tapi jangan juga sampe bablas," timpal Mama."Iya, Ma," sahut Vanya.Jarum jam mulai menunjuk ke pukul tiga sore, saat beberapa keluarga sudah mulai pamit pulang. Dengan didampingi Vanya, Charles mengantarkan keluarganya yang pamit pulang. Ia juga mengucapkan terimakasih kepada mereka, karena telah bersedia hadir di acara ini. Vanya dibantu Bu Sum, membereskan meja makan kemudian membawa beberapa piring dan gelas yang kotor ke dapur."Bu Vanya di depan saja, biar saya yang bereskan, Bu," ucap Bu Sum saat melihat

  • DUDA POLISI BUCIN   Air Mata

    Sepanjang jalan Charlos yang duduk di pangkuan Erin terus berdecak kagum melihat gedung-gedung tinggi dan ramainya kendaraan di jalan raya. Rona wajahnya sama dengan cuaca pagi ini, sangat cerah. Seperti tahu ia akan berkunjung ke makam ibunya saja. Empat puluh lima menit perjalanan, mereka akhirnya tiba di pemakaman umum tempat Kirana beristirahat untuk selamanya."Mobilnya Charles," ucap Erin seraya menunjuk mobil besar dengan warna hitam yang terparkir di bawah pohon."Iya, Ma," jawab Vanya sambil menoleh."Sayang, kamu duluan ya. Biar Mama beli bunga dulu," suruh Erin. Dengan menggendong Charlos, Vanya masuk ke area pemakaman yang dipenuhi pepohonan. Ia melangkahkan kaki pasti menuju pusara Kirana, istri pertama suaminya itu."Hai sayangku yang akan selalu mengisi hatiku," sapa Charles sambil mengusap nisan bertuliskan nama istri pertamanya itu. Sapaan yang terdengar jelas di telinga Vanya. Yang akan selalu mengisi hati ku.Kalimat itu berputar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status