MasukKillian sedang memeriksa laporan yang diberikan oleh petugas keamanan setempat. Setelah melalui banyak proses interogasi, bandit-bandit itu tetap mengatakan bahwa tidak ada yang memerintahkan mereka untuk melakukan penyerangan pada kelompok Killian. Itu semua murni karena keinginan pribadi dan bagian dari pekerjaan mereka.
“Nampaknya, pertemuan dengan anda adalah sebuah kecelakaan yang merugikan mereka,” kata salah satu petugas keamanan di kantor kecil itu. “Bandit-bandit itu memang sering berkeliaran dan membuat keributan dengan para pedagang yang lewat disana. Tapi, tak ada yang bisa kami lakukan selain membayar uang keamanan pada mereka. Selain memiliki banyak anggota , senjata yang mereka miliki cukup berbahaya,”
“Seharusnya kalian melaporkannya ke Ibukota. Baginda Raja akan mengirimkan bantuan yang diperlukan.”
Petugas itu meringis, “Kami sudah menghabiskan cukup banyak dana untuk membuat laporan keamanan ke Ksatria Elite. Setidaknya, ada tiga laporan yang telah kami kirimkan kesana.”
Killian berdecak sebal. Ksatria Elite di kerajaan, yang dipimpin oleh Pangeran Julian, itu memang jarang sekali menerima tugas yang berat. Mereka biasanya hanya berlatih tanding atau berpatroli di daerah Ibukota.
Sangat berbeda dengan ksatria yang berada dibawah komandonya, Ksatria Elang Putih, yang selalu aktif di garda terdepan. Entah untuk keperluan perluasan wilayah atau berjaga di daerah yang rawan konflik.
“Lain kali, kirimkan saja ke Elang Putih atau kau bisa membayar guild petarung untuk menyelesaikan masalah semacam ini.”
“Saya akan mengingatnya, Duke Lockhart.”
“Bagaimana dengan markas para bandit? Kalian sudah memeriksanya?”
“Iya, dengan bantuan para ksatria anda, kami bisa membereskannya. Semua barang-barang curiannya telah disita dan diserahkan pada hakim daerah untuk dikembalikan ke dewan kota. Sedangkan, racun-racun yang digunakan sudah dihancurkan.”
“Racun, ya? Apa kau sudah memeriksakannya ke tabib atau bagian farmasi? Mereka pasti bisa melacak darimana asal racun itu. Bandit-bandit itu tidak bisa baca tulis jadi mustahil mereka bisa meramu obat.”
“Masalah itu sudah ditangani lebih dulu. Kami sudah membatasi peredaran obat dan tabib kami juga mengawasi tanaman-tanaman beracun itu dengan lebih rinci. Mereka juga sudah membuat obat penawar tingkat lanjut. Hanya untuk berjaga-jaga kalau bandit-bandit itu mulai membuat masalah.”
“Kenapa tidak dari dulu mereka membuat penawarnya?”
Petugas itu memiringkan sedikit kepalanya, “Karena tabib kami baru saja mendapatkan resepnya dari istri anda, Duke.”
Dahi Killian berkerut. Tak menyangka jika istrinya sudah bertindak lebih cepat darinya. Tapi, tetap saja. Ia tak tahu apa tujuan Eleonora membantunya.
Laki-laki itu memang merasakan sesuatu yang mengesankan pada istrinya. Tapi, tentu saja ia tak bisa langsung mempercayai orang yang tak jelas ada di pihak mana. Eleonora mungkin saja sedang memasang jebakan dibalik wajah polosnya itu.
Killian tahu jika dibawah kepemimpinan sekarang, kondisi kerajaan Algresia bisa dikatakan buruk. Tingkat kemiskinan masih tinggi walaupun perekonomian berjalan normal. Sudah begitu harga kebutuhan pokok semakin mahal, imbas akibat besarnya pajak yang ditarik oleh kerajaan.
Rakyat dan fraksi bangsawan sepakat jika Pangeran Julian yang naik tahta, keadaan bisa menjadi lebih buruk lagi. Kalau bisa memilih, para bangsawan pasti akan setuju untuk mengangkat Killian sebagai raja di periode selanjutnya. Dengan kemampuan serta latar belakangnya, Killian adalah calon raja yang ideal.
Sayangnya, itu adalah hal yang mustahil. Selain karena Julian merupakan anak kesayangan sang Raja, keluarga Lockhart telah disumpah untuk selalu melayani anggota kerajaan dan terus bersikap netral di dunia politik.
Mata cokelatnya lantas melirik ke bekas luka bakar di pergelangan tangannya. Tanda yang mengingatkannya akan takdirnya serta perasaan benci pada sang raja yang telah merenggut kebebasan dan juga orang tuanya.
Meskipun ia ingin sekali melindungi dan mengayomi rakyat kerajaan, ia tetap akan mengangkat senjatanya jika mereka melakukan kudeta atau penghinaan pada anggota kerajaan. Killian akan melindungi anggota kerajaan dan melakukan tugas apapun yang diberikan, meskipun itu melawan hati nuraninya.
Itu adalah kutukan yang harus ia tanggung seumur hidupnya.
Lalu, datanglah puteri terbuang dalam kehidupannya, menawarkan sesuatu yang membuatnya gusar. Tawarannya untuk menggulingkan kerajaan memang sangat menggoda. Ia tak menginginkan tahta, melainkan kebebasan dari belenggu yang menjerat dirinya juga keluarganya selama ini.
Lagipula, ia tahu ada orang yang jauh lebih berhak untuk memerintah kerajaan ini. Seseorang yang sengaja dilupakan dari sejarah kerajaan…
Laki-laki itu memijat pelipisnya. Killian merasa seperti memelihara ular berbisa dan tak ada yang tahu kapan ular itu akan mematuk kakinya.
Atau mungkin saja, ular itu akan melindungi tuannya dari siapapun yang mencoba melukainya.
Sambil menggosok bekas lukanya yang terasa gatal, Killian menghela nafas kasar. Ia lantas berdiri dari kursinya dan berkata, “Kirim seluruh berkasnya ke bagian arsip setelah kau menghapus keterlibatan Duchess dalam kasus ini. Katakan kalau tabib kalianlah yang menemukan penawarnya. Kasus ini secara resmi sudah ditutup.”
*
Rocy datang membawakan satu mangkuk berisi buah beri liar yang ia temukan di hutan ke Eleonora yang sedang membaca buku tebalnya dengan tenang di bawah perlindungan pohon ek yang tua. Tangan pelayan itu gemetar saat berkata, :Yang Mulia, mohon maafkan kelancangan saya. Tapi, bisakah anda meminjamkan pengetahuan anda sedikit? Tabib Tua bilang beliau tidak bisa menyembuhkan penyakit saya dan beliau menyarankan untuk menanyakan hal ini pada anda. Bisakah… anda membantu?”
Eleonora meliriknya dan matanya terpaku arah leher pelayannya yang kini ditutupi dengan syal rajut panjang, hal yang mengganggu di musim panas itu, “Hmm, bisa saja. Tapi, untuk apa aku perlu melakukannya? Kalau kau tidak ada, aku bisa mencari pelayan lain.”
Rocy membelalakkan matanya. Terkejut karena reaksi dingin itu. Namun, itu tak membuatnya menyerah. Dia lantas mengeluarkan kartu as-nya, “Baginda Raja secara pribadi menunjuk saya sebagai pelayan anda. Saya diperintahkan untuk menemani anda di sepanjang hidup saya, Yang Mulia.”
“Kalau kau bekerja pada ayahku, maka mintalah bantuan padanya.”
Kali ini, pelayan itu tersentak. Eleonora biasanya menurut dan patuh seperti kerbau yang dicocok hidungnya jika mendengar nama ayahnya disebut. Dan tentu saja, Rocy tak bisa melakukannya. Karena sama seperti ucapan Eleonora, ia hanyalah pelayan yang bisa diganti begitu saja. Pelayan itu tentu tak mampu membayangkan kalau uang pensiun dan masa tua-nya yang nyaman hilang begitu saja. Rocy mulai memutar otak.
Rasa gatal di lehernya semakin tajam dan kulitnya mulai mengelupas hingga mengeluarkan nanah yang bau. Kedua tangan pelayan itu terkepal, “Yang Mulia, jangan salahkan saya jika Baginda marah pada anda. Sejak masa belia, saya sudah mengabdi untuk kerajaan, dengan dedikasi dan kesetiaan. Baginda Raja pasti akan melindungi saya.”
Tiba-tiba Eleonora tertawa terbahak-bahak, “Rocy, orang itu bahkan membuang putrinya sendiri ke kandang singa. Mana mungkin ia akan melindungi pelayan sepertimu? Berani taruhan, Raja Algresia yang kau banggakan itu akan mengganti peranmu begitu aku mengirim satu surat yang mengatakan bahwa kau memiliki penyakit menular dan dengan berani, mencuri perhiasanku.”
Rocy membelalakkan matanya sambil memegangi lehernya yang terasa panas. Otaknya mulai menyadari bahwa rasa gatalnya itu datang setelah ia menggunakan kalung milik sang putri. Eleonora pasti melumuri sesuatu di perhiasannya sebagai bentuk proteksi dari pencuri. Menyadari bahwa ia sudah tertangkap basah, pelayan itu lantas berlutut dan memohon ampun, “Maafkan saya, Yang Mulia. Saya menyesal! Takkan lagi saya melakukannya.”
“Tentu saja kau tak bisa melakukannya karena kau dipecat. Kemasi barang-barangmu sekarang.”
“Mohon belas kasih anda, Yang Mulia. Berikan saya satu kesempatan lagi!”
Eleonora menghela nafas panjang, “Baiklah, aku akan berikan penawarnya untukmu. Tapi, ada syaratnya.”
“Baik, Yang Mulia! Saya akan melakukan apa saja!”
“Apa saja? Benarkah?” ucap Eleonora dengan senyum sinisnya. “Berikan peluit merpati itu padaku. Jangan menyangkal, Rocy. Kau pikir aku tak tahu kau diam-diam mengirimkan surat pada orang tuaku.”
Rocy menelan ludahnya dan merogoh sakunya. Majikannya yang ia kira lemah dan bodoh ternyata tahu atas pengkhianatannya. Pelayan itu menyerahkan peluit kayu kecil itu dengan lemas. Tiket menuju masa tua yang mapan itu sudah hancur lebur.
Eleonora mengelap peluit itu dengan saputangannya sebelum ia meniupnya. Tidak lama kemudian burung merpati abu-abu itu datang dan duduk di pundak Eleonora. Karena memiliki aroma rumput kering, ia disukai hewan-hewan secara alami. Mata cokelatnya menangkap selongsong kecil di kaki merpati itu dan ia menemukan sebuah surat kecil disana.
Saat ia membaca isi surat itu, Eleonora tersenyum dan menuliskan surat balasan yang singkat sebelum menyuruh merpati itu pergi. Merasa puas, ia lantas mengambil sebuah botol kaca kecil dari balik saku gaunnya. “Oleskan ke bagian luka sebanyak tiga kali sehari. Sekarang berkemaslah. Aku tak mau melihatmu lagi.”
Rocy menerima obat itu tanpa mengucapkan terima kasih dan dengan langkah lebar, pelayan itu pergi begitu saja. Dia lantas mengemasi pakaiannya dengan wajah cemberut. Gerakannya terhenti saat ia melihat kotak-kotak perhiasan yang ditata di dalam wagon.
Didorong rasa marah, ia mengambil semua kotak itu dan menjejalkannya ke dalam tas, “Aku tak mau keluar dengan tangan kosong. Anggap saja ini bentuk kompensasi karena dia telah mengacaukan rencanaku. Dasar waniita sombong!”
Setelah mengoleskan obat itu di lehernya, Rocy bergegas pergi meninggalkan perkemahan kecil itu begitu saja. Ia bahkan tak merasa repot untuk berpamitan pada majikannya.
Killian yang baru saja kembali dari kota dengan kudanya, mengernyitkan dahinya saat berpapasan dengan pelayan pribadi milik istrinya. Ia mengamati kepergian pelayan itu tanpa berniat untuk mencegahnya.
Sesampainya di perkemahan, Killian berdecak kesal saat melihat istrinya memunguti daun-daun liar diikuti prajuritnya yang membawa keranjang. Dia mengambil keranjang itu dengan kasar sebelum menyuruh prajurit itu pergi. Sambil mengerutkan dahi dan mendorong keranjang itu ke arah istrinya, ia berkata, “Dengan segala hormat, jangan ajak anak buahku untuk bermain rumah-rumahan, Yang Mulia. Biarkan mereka melakukan pekerjaannya.”
Eleonora mengabaikan keluhan suaminya dan menerima keranjang itu denga senyum lebar,“Senang melihatmu, Killian. Bagaimana penyelidikannya? Kau menemukan sesuatu yang bagus?”
“Itu bukan urusanmu dan jangan mencoba membelokkan topik pembicaraan!”
“Jangan kaku begitu. Lagipula, aku merasa bosan dan kesepian karena pelayan pribadiku sudah meninggalkan aku.”
“Kau mengusirnya? Kau biarkan dia pergi sambil membawa kotak-kotak perhiasan itu?”
“Oh! Dia membawanya? Bagus sekali. Semua berjalan seperti yang aku mau.”
Kerutan di dahi Killian terlihat semakin dalam, “Apa maksudmu?”
Eleonora tersenyum lebar saat membayangkan wajah pelayannya yang pucat setelah menyadari kebodohannya. Sebelum pernikahan, Eleonora telah menyuruh seorang pelayan untuk membuat tiruan untuk beberapa perhiasannya ke pengrajin istana dengan alasan untuk melindungi perhiasan dari pencuri yang mungkin akan ditemuinya di tengah perjalanan panjang.
Sementara perhiasannya yang asli telah dia simpan di koper besar yang selalu ada di dekatnya, dibawah tumpukan buku dan pakaian.
Rocy sudah memakan umpahnnya. Tapi, kejutan untuk pelayannya tak berhenti sampai sana. Eleonora telah memastikan bahwa ia telah menyiapkan balasan yang setimpal untuknya. Perempuan itu menggelengkan kepalanya sambil menyunggingkan senyum yang lebar untuk suaminya,“Bukan apa-apa. Kau pasti lelah. Biarkan aku menyeduh teh herbal untukmu.”
Sementara itu, Rocy bergerak menuju toko barang antik dan menyerahkan kalung air mata malaikat di atas meja, “Berikan seratus koin emas padaku.”
Laki-laki tua yang duduk dibalik meja konter itu mengernyitkan dahinya saat melihat kalung tersebut. Ia melihat wajah Rocy sekilas sebelum berkata, “Tunggulah disini sebentar, Nona.”
Rocy mengangguk dan membiarkan lelaki tua itu keluar dari toko. Pelayan itu tahu jika toko barang antik yang bangunannya akan roboh ini pasti tak memiliki uang tunai secara langsung. Ia yakin bahwa pria tua itu mungkin pergi ke bank untuk mengambil uang.
Perempuan itu lantas duduk tenang sambil mengoleskan salep lagi di lehernya. Ia baru saja membayangkan pakaian-pakaian bagus dan sebuah rumah di pinggiran kota. Seratus koin emas bisa membuatnya hidup enak selama beberapa tahun. Ia juga tak perlu bekerja lagi karena sisa perhiasan yang ia curi itu setidaknya memiliki nilai keseluruhan sebesar seribu koin emas.
“Itu dia orangnya!”
Rocy tertegun saat melihat pria pemilik toko itu datang dengan membawa dua orang pengawal. Tiba-tiba salah satu pengawal itu menarik tas bawaan Rocy dan menggeledahnya di tempat.
Saat menemukan beberapa kotak perhiasan, pengawal itu mengangguk dan berkata pada rekannya, “Borgol dia.”
“Hei, tunggu! Aku tidak bersalah! Duchess Lockhart telah menyuruhku untuk menjual perhiasan ini. aku adalah Rocy Mida, pelayan pribadinya!”
Ucapan itu membuat kedua pengawal itu bertukar pandang. Sementara pria tua pemilik toko itu berdecak kesal, “Mana mungkin Duchess memiliki perhiasan palsu! Bandulnya saja dibuat dari kaca murahan!”
“Palsu? Tidak mungkin! Aku tahu, kau berusaha menipuku agar bisa menjualnya sendiri,’kan?”
“Astaga! Kalau begitu, bawa saja semua perhiasan ini! Dengan kualitas seburuk ini, aku tidak sudi membawanya!”
Kepala Rocy terasa berkabut saat pengawal itu berkata, “Kami sudah mendapatkan banyak laporan tentang sindikat pemalsuan perhiasan. Tidak kusangka ada yang berani menjualnya di siang bolong begini.”
Perempuan itu tertegun. Ia memang pernah mendengar adanya kasus tersebut dan tak hanya rakyat jelata, para bangsawan pun banyak yang tertipu karena perhiasannya memiliki kualitas yang bagus hingga menyerupai aslinya. Namun, hingga sekarang, kelompok penipu itu tak bisa ditangkap. Jejak mereka menghilang bagai asap.
Kerajaan telah menawarkan banyak hadiah bagi mereka yang bisa menangkap para penipu tersebut. Baginda Raja sendiri memerintahkan untuk memberikan hukuman mati bagi mereka yang terlibat.
Rocy memucat saat pengawal itu mendorongnya ke pintu, “Tidak, ini salah paham! Aku adalah pelayan milik Duchess Lockhart! Aku tidak bersalah! Aku bukan penipu!”
Salah satu pengawal itu mendorong tubuhnya dengan keras hingga ia menabrak pintu, “Simpan teriakanmu, Nona. Kau bisa jelaskan semuanya di kantor.”
Killian sedang memeriksa laporan yang diberikan oleh petugas keamanan setempat. Setelah melalui banyak proses interogasi, bandit-bandit itu tetap mengatakan bahwa tidak ada yang memerintahkan mereka untuk melakukan penyerangan pada kelompok Killian. Itu semua murni karena keinginan pribadi dan bagian dari pekerjaan mereka.“Nampaknya, pertemuan dengan anda adalah sebuah kecelakaan yang merugikan mereka,” kata salah satu petugas keamanan di kantor kecil itu. “Bandit-bandit itu memang sering berkeliaran dan membuat keributan dengan para pedagang yang lewat disana. Tapi, tak ada yang bisa kami lakukan selain membayar uang keamanan pada mereka. Selain memiliki banyak anggota , senjata yang mereka miliki cukup berbahaya,”“Seharusnya kalian melaporkannya ke Ibukota. Baginda Raja akan mengirimkan bantuan yang diperlukan.”Petugas itu meringis, “Kami sudah menghabiskan cukup banyak dana untuk membuat laporan keamanan ke Ksatria Elite. Setidaknya, ada tiga laporan yang telah kami kirimkan kes
Kerutan di dahi Killian semakin dalam saat melihat ekspresi terkesima dari para tabib-tabib yang sedang memeriksa luka para pengawal. Tabib yang paling tua dari mereka lantas mendekatinya dan berkata, “Anda tidak perlu khawatir, Duke Lockhart. Berkat pertolongan pertama yang tepat, racun-racun ini bisa diatasi sebelum nyawa mereka terancam. Proses pemulihannya juga akan terjadi semakin cepat. Jadi, besok lusa anda sudah bisa melanjutkan perjalanan dengan nyaman.”“Begitu ya.”“Saya tidak menyangka jika anda memiliki kemampuan pengobatan yang baik. Menggunakan daun yarrow yang sudah ditumbuk sebagai pertolongan pertama adalah ide yang jenius. Sekaligus pilihan yang sangat murah hati. Tanaman itu cukup langka dan memiliki harga cukup mahal karena agak sulit dibudayakan, tapi anda rela menggunakannya untuk pengawal anda.”Killian tersenyum kecut, “Itu perbuatan El--, istriku.”“Istri… anda?” tanya Tabib itu heran, tak menyangka jika Duke Lockhart ternyata sudah menikah. “Jika anda berk
Upacara pernikahan berjalan persis seperti yang diingat Eleonora. Ia memakai gaun pengantin dengan potongan sederhana dan rambutnya disanggul rapi. Wajahnya yang tertutupi dengan cadar putih berjaring-jaring itu tidak menampakkan ekspresi khusus saat Raja Normand menuntunnya hingga ke altar.Killian telah menunggunya dengan setelan militer berwarna putih. Rambutnya disisir ke belakang dan ia mengulurkan tangannya untuk menariknya mendekat. Membuat Eleonora tiba-tiba memikirkan ucapan terakhir yang ia dengar saat suaminya itu dieksekusi.Apa maksudnya dengan melindungiku? Selama ini, Killian tak pernah memperdulikanku. Ia bahkan tak pernah menyentuhku, membuatku menjadi bahan olok-olokan sebagai istri yang tak diinginkan. Jadi, apa sebenarnya yang coba ia lindungi?Saat Pendeta memulai prosesi janji pernikahan, jantung Elelonora berdebar. Suara Killian terdengar tegas saat berkata, “Saya bersedia menikahi Eleonora Keller Elgresia dan menemaninya di kala susah dan senang, sakit maupun s
Sama seperti di kehidupan pertamanya, Raja Normand secara pribadi mengundangnya ke ruang kerjanya, tepat setelah acara makan malam selesai.“Saya menghadap matahari kerajaan Elgresia. Semoga Dewa selalu memberkati kita semua,.”Raja Normand melihatnya dengan pandangan lembut dan perhatian yang dibuat-buat, “Eleonora, anakku. Bukankah waktu berjalan dengan sangat cepat? Sekarang, kau sudah dewasa dan akan menikah dengan orang yang jauh dariku. Kami pasti akan merindukanmu.”Di masa lalu, ucapan itu berhasil membuat Eleonora tersentuh. Tapi sekarang, ia telah melihat segalanya dengan jelas, “Saya harap Yang Mulia selalu dalam keadaan sehat.”Agar aku bisa melumatmu hidup-hidup, tambahnya dalam hati.“Kau sungguh baik sekali,” balasnya setelah menghela nafas. “Aku tak bisa membayangkan kalau kau berada di tempat sejauh itu tanpa ada orang yang kupercaya. Karena itu, aku akan mengirim seorang pelayan pribadi untukmu.”“Itu tindakan yang berlebihan, Yang Mulia. Saya yakin kastil Lockhart m
Duke Killian Lockhart duduk di bangku panjang yang terletak di dekat taman istana yang dirawat dengan baik, menunggu calon istri yang baru ia temui sekali saat dekrit kerajaan diumumkan.Setelah membantu memenangkan perang di daerah perbatasan, alih-alih mendapatkan kenaikan pangkat atau wilayah kekuasaan, Raja Normand malah memberinya hadiah yang paling tidak ia inginkan. Seorang istri.Killian tentu tak bisa menolak perjodohan tersebut karena ia tak sudi dieksekusi karena dianggap sebagai pembelot yang melawan perintah raja. Meski begitu, ia yakin jika raja pasti telah merencanakan sesuatu. Mungkin, pernikahan ini semata-mata hanya bertujuan untuk memperkuat kekuatan kerajaan.Atau untuk sesuatu yang lain. Sesuatu yang jahat dan tak akan ia sukai. Dan jika melihat perangrai raja, Killian lebih mempercayai kemungkinan terakhir.Mata-matanya telah memberikan laporan lengkap. Eleonora merupakan anak haram sang raja dengan seorang penari yang tidak diketahui bagaimana nasibnya.Perempua
Eleonora Keller Lockhart selalu membenci musim dingin.Tapi kali ini, rasa benci itu kian bertambah saat dua pengawal kerajaan menyeretnya keluar dari kastil Lockhart yang telah ia tinggali selama lima tahun ini, menuju alun-alun kota yang ramai. Para penduduk kota melihatnya sambil berbisik-bisik.Perempuan itu tak lagi mengangkat dagunya sebagai seorang Duchess, melainkan sebagai saksi dari pelaku pemberontakan kerajaan yang merupakan suaminya sendiri, Duke Killian Eglias Lockhart.Killian yang dulu selalu berpenampilan rapi dan selalu dielu-elukan sebagai pahlawan medan perang yang gagah berani, kini nampak lesu dan letih dengan kedua tangan yang diikat di belakang punggungnya. Pakaiannya compang-camping dan wajah tampannya tersamarkan dengan luka memar akibat proses interogasi yang kejam.Saat Eleonora bertemu pandang dengan suaminya, ia tak menemukan amarah atau dendam disana. Melainkan sebuah ketenangan yang luar biasa.Perempuan itu merasakan sesuatu yang menyesakkan bergerak d







