Share

Anugerah Dari Tuhan

Hari yang ditunggu itu pun tiba aku melakukan USG betapa bahagianya aku saat mendengar dokter mengatakan bahwa jenis kelamin janinku laki-laki. Berkali-kali Mas Bagas menciumku. Kami sangat bersyukur setelah penantian yang panjang akhirnya Tuhan mengizinkan kami merawat bayi laki-laki.

“Maaf Bu, sepertinya ada sedikit masalah pada janin yang ibu kandung,” ucap Dokter.

“Maksudnya, Dok?” tanyaku

Jantungku mendadak berpacu sangat cepat. Ada apa dengan janinku?

“Ada abnormalitas pada janin ibu, terdapat kelebihan cairan di bagian belakang leher, ibu bisa lihat di layar USG,” ucap Dokter sambil tangannya  menunjuk ke layar USG.

“Saya enggak ngerti Dok, maksudnya bagaimana anak saya kenapa?” tanyaku tak sabar.

“Sabar sayang, biar dokter jelasin dulu,” Mas Bagas mencoba menenangkanku.

“Gini Bu ada kemungkinan janin ibu mengalami down syndrome, untuk lebih jelasnya lagi ibu bisa lakukan beberapa test, untuk hasil yang lebih akurat,” ucap dokter.

“Apa down  syndrome Dok?” tanyaku.

“Dek ini kan baru praduga ya Dok, belum pasti kan?” tanya Mas Bagas.

“Benar, untuk lebih pastinya kita bisa lakukan screening test Pak,” jawabnya.

“Mas dokter bilang down syndrome, Mas tau itu apa? Anak kita Mas...”

“Hei Sayang istigfar, belum pasti kok? Memangnya kenapa kalau anak kita down sydrome anak itu anugerah dek, apalagi anak kita laki-laki,” jawab Mas Bagas.

“Astaghfirrullahaladzim ya Allah, Mas ga bakal ninggalin aku kan kalau anak kita...”

“Berkali-kali Mas bilang anak itu anugerah, Mas ga akan ninggalin Adek cuma karena anak kita down syndrome, udah ah malu tuh sama dokter diliatin,” ucap Mas Bagas.

Kutatap Dokter yang berada di depanku dia hanya tersenyum, ah aku jadi sedikit malu karena terlalu terbawa perasaan.

“Maaf ya Dok kenapa ya kok bisa anak saya kena down syndrome?” tanyaku.

“Sampai sekarang belum diketahui penyebab pastinya, tapi kemungkinan besar karena kehamilan di usia lanjut, faktor genetik atau bisa juga pola hidup yang tidak sehat,” ucap Dokter.

“Tapi dok saya engggak punya riwayat keturunan down syndrome,” ucapku.

“Mas punya, Dek,” lirih Mas Bagas.

“Apa?” Aku tak percaya bagaimana mungkin siapa orangnya? kenapa aku tak pernah tahu?

“Kaka Mas pengidap down syndrome,” lirih Mas Bagas lagi.

“Kenapa aku tak pernah tahu bukannya Mas ga pernah punya Kaka?” Mas Bagas terdiam.

“Kita bicarakan ini nanti di rumah,” ucapnya.

Lidahku mendadak kelu, entah berapa banyak rahasia lagi yang keluarga Mas Bagas sembunyikan. Setahuku keluarga Mas Bagas hanya punya satu orang anak, entah di kemanakan anak itu.

“Kapan tes itu bisa dilakukan, Dok,” tanyaku.

“Besok bisa,” jawab Dokter.

“Baiklah saya akan datang lagi ke sini besok,” ucapku.  Sesuai janjinya Mas Bagas mulai menceritakan kalau kakaknya di buang ke panti asuhan saja kecil. Mas Bagas mengatakan kalau dia pun tahu hal ini saat usianya menginjak 17 tahun. Selama itu orang tuanya menyembunyikannya, karena mereka malu.

Bagaimana mungkin orang tua tega berbuat demikian pada darah dagingnya sendiri?

“Adek tahu Mas Dika di panti Asuhan bumi ceria, itu kakak Mas,” ucap Mas Bagas.

“Astaghfirrullah Mas, kenapa Mas membiarkan Mas Dika di sana kalau Mas sudah tahu ini semua?”

“Ayah melarang kita buat jemput Mas Dika,” jawabnya

“Terus kamu nurut?” tanyaku.

“Ayah ngancem kalau sampai jemput Mas Dika, Mas ga akan dianggap anak lagi.”

“Terus Mas nurut gitu aja?” tanyaku. Mas Bagas hanya mengangguk pelan.

“Ayah ngancem bakal ninggalin Ibu, makanya Mas ga lakuin itu,” ucapnya.

“Apa Mas  tahu kalau ibumu di poligami?” tanyaku.

“Apa maksudmu, Dek?” tanya Mas Bagas.

Aku pun menjelaskan apa yang Ibu katakan padaku saat kita bertemu di Cafe, bisa kulihat raut wajah Mas Bagas berubah penuh amarah.

“Aku pamit, Dek.”

“Mau ke mana Mas?” tanyanya.

“Kamu jaga anak-anak aja, aku ga bisa biarin ini,” ucapnya

“Jangan mengambil sikap saat emosi Mas!” Masih berusaha menenangkannya sebisaku.

“Selama ini Mas lakukan apa pun yang Ayah suruh  karena dia selalu mengancam akan meninggalkan ibu. Ibu enggak sekuat kamu, selalu saja tidak percaya diri mungkin karena latar belakang ibu yang bukan dari kalangan atas. Ibu tak pernah mau melawan, karena itulah aku selalu ingin melindunginya.”

“Aku enggak terima ini Dek, tolong jangan halangi Mas kali ini akan kuberi laki-laki brengsek itu pelajaran.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sri Mahayani
ya Allah baru inget pas part ini. dah pernah baca. tapi tunggu mpe part terakhir deh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status