Share

Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif
Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif
Author: Nath_e

Dibuang dihari Ulang Tahun

Author: Nath_e
last update Huling Na-update: 2025-07-14 12:31:03

Laura sudah menunggu selama satu jam.

Ia duduk di dalam kafe kecil dengan lilin ulang tahun yang menyisakan setengah dari panjangnya saja di atas slice kue red velvet pesanan Laura.

Gadis cantik itu gelisah, berusaha menghubungi Dave tapi ponselnya mati. Penampilan all out-nya malam ini, rasanya bakal sia-sia. Padahal Laura sampai harus pulang awal untuk menyiapkan acara makan malam spesialnya malam ini.

Laura melihat jam tangan untuk kesekian kali. Dave terlambat. Lagi.

Kali ini... ada rasa aneh yang bergelanyar di hatinya. Entah kenapa, insting Laura berkata Dave tidak akan datang.

Tepat ketika dia hendak meraih ponsel untuk menelepon, sepasang pria dan wanita melewati tempat duduknya. Seseorang yang sangat dia kenal berjalan mesra dengan seorang perempuan di pelukannya.

Laura membeku. Napasnya seakan hilang dari dadanya.

Itu Dave, dan wanita dalam pelukannya itu … Bella, teman sekantor Dave.

Hati Laura mencelos menyaksikan kemesraan keduanya. Dave yang setengah mabuk terlihat mencumbu Bella tanpa malu.

Aroma parfum mahal tercium saat keduanya berjalan didepan meja Laura. Itu aroma yang sangat dikenalnya, spesial diberikan pada Dave saat anniversary pertama mereka. Branded dan limited edition!

Laura bahkan harus merogoh kocek sangat dalam untuk memesan sebotol parfum keluaran produk ternama Paris itu.

Laura menahan diri tak ingin membuat keributan. Meski hatinya sakit sekali saat perempuan dengan heels tinggi, rambut pirang bergelombang, dan bibir merah menyala itu melumat bibir kekasihnya dengan penuh nafsu. Di hadapannya.

“Jalang sialan ..,” ucapnya menahan geram.

Mereka duduk tepat di meja seberang, dan tertawa lepas dengan tatapan bergairah tanpa menyadari kehadiran Laura.

Dave tidak melihatnya.

Atau … pura-pura tidak melihat.

Laura tak tahan lagi, ia memutuskan untuk mendekat.

“Dave?” suaranya kecil, hampir terselip di antara deru musik dan gelas kopi. “Apa yang kau lakukan?’

Pria brengsek itu akhirnya menoleh. Sekilas. Lalu menghela napas.

“Laura.”

Cuma itu. Tanpa senyum. Tanpa penjelasan.

“Aku … menunggumu, apa kau lupa janji kita hari ini?” Laura beralih menatap Bella yang segera menjauh dan bersikap canggung di sampingnya.

“Bella, apa yang kau lakukan dengan tunanganku?” Airmata Laura nyaris menetes.

Bella tersenyum kikuk, “Ah Laura, aku pikir kau … pergi keluar kota.”

“Keluar kota? Aku? Untuk apa?” Laura tak bisa lagi menahan diri. “Jadi … kalau aku keluar kota inikah yang kau lakukan Dave?”

Dave berdiri mendekati Laura, berusaha meraih tangannya. “Dengar Laura, ini salah paham. Aku pikir kau … kau itu ..,”

“Apa … aku kenapa? Kau tega melakukannya bahkan di hari anniversary kita?!”

“Dengar, Laura ini … tidak seperti yang kau kira. Ini hanya makan malam biasa.” Kilah Dave berusaha membela diri.

“Kau pria terbrengsek yang pernah aku kenal Dave,” suara Laura gemetar, bulir bening itu akhirnya tak terbendung lagi.

“Kita putus!”

“Laura, please! Jangan bersikap kekanak-kanakan seperti ini?!’ Dave meraih cepat tangan tangannya dan mendekapnya dalam pelukan.

Tapi panas dan sesak di hati Laura butuh lebih dari sekedar pelukan untuk bisa meredamnya.

“Minggu depan kita menikah, kau tidak bisa melakukan ini padaku?!”

Laura melepas paksa pelukan Dave. “Tidak bisa katamu, coba saja! Pernikahan itu tidak akan pernah berlangsung!”

Laura membuang cincin berliannya dan tepat jatuh ke dalam gelas wine Bella. Ia keluar dari ruangan yang begitu sesak baginya dengan derai air mata. Mengindahkan Dave yang berteriak di belakang sana.

“Oke, fine! Leave it! Kau terlalu banyak drama. Dan jujur aja, aku bosan dengan kenaifan mu!”

Kata-kata itu menampar keras Laura. Ia tak berbalik ataupun menoleh. Saat ini ia hanya ingin menjauh dan pergi dari Dave.

Langit mulai menangis mengiringi Laura yang melangkah gontai tanpa tujuan. Di hari ulang tahunnya, Laura harus menelan pil pahit.

“Seharusnya aku mendengar kata-kata mereka … seharusnya aku tahu jika Dave hanya menginginkan uang dan warisan ayah. Seharusnya aku … aaaaaaargh!”

Laura berhenti, mendongak ke atas dan meluapkan kekesalannya. Yah, semua sudah terlambat untuk disadari tapi belum terlambat untuk mundur.

Puas melampiaskan kekesalannya, ia kembali berjalan ditengah lebatnya hujan.

Mobil-mobil melintas cepat. Sorot lampu menusuk mata. Dan suara-suara klakson yang memekakkan telinga.

Laura tak peduli tubuhnya mulai.menggigil, lututnya lemas, dan ia mulai kehilangan kendali atas dirinya. Seketika Laura ambruk di tengah trotoar.

Tapi seseorang menangkapnya sebelum Laura benar-benar jatuh.

Bukan orang asing. Tapi bukan juga orang yang dikenalnya.

Lelaki itu memakai setelan hitam. Wajahnya tajam dan dingin. Matanya kelam, tapi menyala samar tertimpa sorot lampu jalan yang temaram.

Laura tidak sempat bertanya siapa dia karena dunianya berubah gelap dalam hitungan detik.

Suara dering ponsel membangunkan kesadaran Laura. Ia membuka mata perlahan. Untuk sesaat, Laura tidak menyadari keadaan sekitar.

Lalu samar terdengar suara seorang lelaki yang tengan berbicara dengan seseorang.

Saat itulah, Laura sadar bahwa dirinya berada di kamar mewah yang asing.

Kasur empuk. Dinding putih bersih. Tirai beludru biru tua. Dan bau... kayu manis dan tembakau halus.

“Astaga, dimana ini?!”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif    Nanochip dan dilema

    "Nanochips!” Brian membulatkan mata birunya, menoleh cepat pada Dominic. “Nanochips ... kau menanamkannya pada Laura bukan?” Ryu Jin dan Cassandra ikut menoleh, raut wajah kedua wanita itu bak mendapat pencerahan. “Benar, kenapa kita tidak memikirkan hal ini. Dom, kau melakukannya bukan?” Cassandra menimpali “Aku …,” Dominic bingung menjawab. “Kalau dia memilikinya kita bisa menemukan posisi Laura! Bukankah terintegrasi dengan sistem mu? Artinya kita bisa melacaknya dengan bantuan satelit." Ryu Jin yang biasanya datar mendadak girang. Dominic berdehem kecil, ia mengusap tengkuknya, masih bingung hendak memulai darimana. “Tentang itu … aku,” Dominic melirik ke arah Brian yang menunggunya. Ia menarik nafas panjang, sudah menduga pertanyaan ini akan muncul. “Aku tidak pernah menanamkan nano chip pada para petinggi atau pasangan mereka termasuk Laura, termasuk kalian." Brian bertanya, “Kenapa? Bukankah setiap pengikutmu akan tertanam chip itu untuk mengontrol mereka, termasuk aku

  • Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif    Semangat yang memudar

    Seminggu berlalu dan pencarian Laura masih terus dilakukan. Hari demi hari rasanya seperti neraka bagi Brian. Setiap hari Brian hanya berputar di lingkaran gelap yang sama, laporan tanpa hasil, jejak samar, dan kabar buruk yang belum bisa dipastikan kebenarannya.Setiap penemuan mayat tanpa identitas membuat darah Brian berdesir. Ia takut bakal menemukan Laura di kamar jenasah.Lucas datang dengan wajah muram, membawa kantong plastik bening. Ia menaruhnya di atas meja. Di dalamnya terdapat kalung berlian milik Laura—masih dengan GPS aktif—bersama pakaian dan perhiasan lain yang tampak kotor dan berdebu.“Kami menemukannya di pinggiran jalan hutan pinus, sekitar dua kilometer dari batas wilayah,” ucap Lucas pelan.Brian menatap benda-benda itu lama sekali, matanya merah berair. Bibirnya bergetar tanpa suara. “Hanya ini?! Lalu Laura?!” tanyanya serak sambil menggenggam kalung Laura.Lucas menunduk penuh penyesalan. “Maaf, Tuan.”Brian memjamkan matanya, menahan emosi yang nyaris tumpah

  • Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif    Terjebak antara cinta dan ketidakwarasan

    “Jangan pernah berpikir Brian akan datang untuk menyelamatkan dirimu, Laura. Aku tidak suka wanita pembangkang jadi sebaiknya kau menjaga dirimu baik-baik atau kau … akan menerima akibatnya.”Peringatan Rafael Ortega sedikit menciutkan nyali Laura. Ia bertanya dalam hati benarkah Brian tidak akan menemukannya, lalu bagaimana nasibnya dan bayi dalam kandungannya di masa depan?“Kau salah besar Rafael … dia pasti akan menemukanku.” Balas Laura meski ia tak yakin dengan kalimatnya itu.Rafael menatap Laura takam, dengan jarak hanya sejengkal, Laura bisa merasakan beratnya tarikan nafas mantan koleganya itu.Rafael Ortega tersenyum sinis, ia sedikit menjauhkan tubuhnya dan membuka laci bagian atas nakas disamping ranjang.“Benarkah itu? Jangan membuatku tertawa Laura.”Rafael mengambil kotak beludru hitam dari dalam laci. Di dalamnya, terdapat sebuah cincin berkilau, cincin pernikahan.Laura terbelalak saat Rafael meraih tangannya dengan kasar. Jemarinya yang dingin memaksa membuka gengga

  • Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif    Obsesi Sang dokter radiologi

    Laura terbangun perlahan, kelopak matanya terasa berat. Kepalanya berdenyut, mulutnya kering, dan perutnya terasa aneh. Butuh beberapa saat sebelum ia sadar dirinya tidak lagi berada di balkon restoran Paris.Yang pertama menyambut pandangannya adalah langit-langit tinggi dengan dinding batu berwarna gelap. Lampu gantung kristal berkilau pucat, memantulkan cahaya remang.Ruangan itu luas, tetapi sunyi, nyaris terlalu sempurna—seperti sebuah vila kuno yang dipugar untuk menyimpan rahasia.Laura terhenyak. Gaun malam yang dipakainya sudah berganti dengan gaun satin putih polos. Potongannya sederhana tapi mengekspos jelas bagian atas tubuhnya.Semua perhiasan yang dikenakan mulai dari cincin, kalung, gelang, bahkan anting kecil pemberian Brian—hilang. Seolah setiap penanda dirinya sudah dilucuti. Laura panik karena dalam kalung itu terdapat penanda GPS untuk melacak keberadaannya.Ia meraba perutnya dengan gemetar, memastikan bayinya masih ada. “Dimana ini … apa yang terjadi sebenarnya?

  • Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif    Penculikan yang sempurna

    Malam hari di kota Paris menyimpan daya magisnya sendiri. Menara Eiffel berkilau dengan ribuan cahaya, sementara musik akordeon jalanan mengalun lembut dari kejauhan. Di balkon restoran bergaya klasik, Laura bersandar pada kursi, kedua tangannya mengusap perutnya yang masih datar. Senyum kecil muncul di wajahnya—ia merasakan kebahagiaan.Brian menatapnya penuh kasih. “Kau ingin sesuatu lagi? Dessert, mungkin?” tanyanya.Laura menggigit bibir, matanya berputar seolah berpikir keras. “Sebenarnya ada …” ujarnya ragu.“Apapun untukmu,” sahut Brian cepat.Laura menarik napas dalam-dalam. “Aku ingin sup ramen pedas dengan kaldu tulang sapi dan taburan rumput laut… seperti yang pernah aku makan di Tokyo dulu.”Brian terdiam. Ramen? Di Paris? Malam-malam begini? Ia tahu itu hampir mustahil—bahkan restoran Jepang yang tersisa di distrik ini sudah tutup. Tapi melihat tatapan penuh minat Laura membuatnya tak bisa menolak permintaan itu.“Baiklah.” Brian meraih tangan Laura dan mengecupnya. “A

  • Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif    Nasehat dari Ryu Jin

    "Biarkan dia menenangkan diri, adik kecil!” “Lepaskan,” desis Brian, ia menatap kesal pada Ryu Jin yang menahannya. “Dia sedang marah. Aku harus—” “Justru karena dia marah, kau sebaiknya tidak mengejarnya sekarang,” potong Ryu Jin tenang. “Kau hanya akan menambah keruh suasana.. Biarkan aku bicara dengannya dulu.” Ryu Jin balas menatap Brian. “Ryu benar, Brian. Ikuti kata Ryu, dia sangat ahli menenangkan hati wanita.” Dominic yang datang bersama Ryu Jin ikut bicara. “Tapi…,” Tatapan tajam Ryu Jin yang tajam seolah hendak membunuh Brian dengan katananya dalam sedetik. Ia mengalah dan membiarkan wanita cantik itu berjalan tenang menyusul Laura. Ryu Jin menemukan Laura tengah duduk di bangku taman di bagian atas gedung rumah sakit. Matanya terlihat basah, menyadari Ryu Jin mendekat Laura mengusap pipinya dari jejak airmata. “Udara di sini memang lebih segar daripada di dalam,” Ryu Jin seolah bicara pada dirinya sendiri. Ia menarik nafas panjang dan menutup matanya, m

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status