Share

Bab 45

Author: Piemar
last update Huling Na-update: 2025-05-31 23:11:15

Baru saja Andini melangkah mundur dengan mata memanas, lift terbuka—dan keluar dari sana, Dewandaru Hadinata dengan tatapan datarnya yang khas. Di belakangnya, asisten pribadi membawa tablet dan ponsel, bergegas mengikuti.

Sekejap, Dewa menghentikan langkah. Matanya langsung menangkap sosok Andini yang sedang dihalangi oleh dua satpam. Nafasnya terhenti sesaat melihat wajah istrinya yang kusut, tertahan, dan nyaris menangis.

“Andini?” Dewa berseru.

Semua orang menoleh. Satpam refleks menunduk. Resepsionis langsung mematung.

“Om... eh, Mas Dewa...” ucap Andini lirih.

“APA yang kalian lakukan padanya?” suara Dewa rendah tapi tajam, seperti ancaman berlapis baja. “Dia istriku. ISTRIKU!”

Satpam langsung pucat. “Kami tidak tahu, Pak. Soalnya—penampilannya—kami pikir...”

“Jadi kalian nilai seseorang dari penampilan?” bentak Dewa.

Jelita maju beberapa langkah, berusaha meredam. “Om, maaf. Mereka hanya menjalankan SOP kok. Gak ada yang bermaksud—”

“Tutup mulutmu, Jelita.” Mata Dewa menatapnya
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 142 Perasaan yang aneh

    Andini, Dewa dan Naura, mereka bertiga berjalan menuju eskalator. Dewa menggandeng tangan Andini erat, seolah takut istrinya terseret arus para gadun, eh, para pengunjung mall. Sementara itu Naura berjalan di belakang sambil meremas ujung jilbabnya. Sebuah kebiasaan kalau sedang canggung sembari mengunyah permen kapas yang entah siapa yang beliin. Sadar diri, kali ini menjelma menjadi ngengat di antara sepasang suami istri itu.“Aku beneran nggak nyangka, loh, Pak Dewa bisa langsung nyamber ke food court gitu,” ucap Naura, berusaha terdengar santai tapi ujung bibirnya menahan senyum. Dewa menoleh sedikit, wajahnya masih datar. “Refleks. Aku pikir ada yang perlu diamankan.” Naura menahan tawa. “Diamankan dari apa? Dari dokter ganteng? Oh, berarti bener dong… eh—” ia buru-buru menutup mulutnya, merasa terlalu blak-blakan.Andini menepuk lengannya. “Nana, tolong… jangan kompor-komporin. Kebiasaan deh kompor beledug,” “Tapi kan…” Naura menunduk, suaranya mengecil, “seru, Din. Tadi tuh

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 141 Ada yang cemburu

    Naura baru saja menyuap potongan ayam saat seseorang mendekat ke meja mereka. “Permisi, mbak, boleh gabung? Meja penuh semua.”Naura langsung menegang. Tapi yang muncul ternyata hanya salah satu perawat IGD yang mereka kenal, Pak Wisnu. Seketika senyum tersungging di wajahnya. “Oh iya, silakan, Pak,” sambut Andini ramah.Naura ikut mengangguk, mencoba rileks lagi. Mereka ngobrol sebentar tentang shift jaga semalam, sambil sesekali tertawa kecil. “Eh, Bapak duluan ya. Soalnya istri Bapak telepon. Lain kali kita ngobrol lagi ya KOAS Naura dan Nona Andini.”Pak Wisnu tersenyum ramah pada Naura dan Andini.Untuk beberapa saat Naura menghela nafas panjang. Pun, Andini melihat raut wajah sahabatnya yang berubah-ubah mirip bunglon.Suasana kembali normal… sampai Naura mendengar suara berat yang terlalu familiar.Langkah sepatu sneaker. Nada bicara datar. Suara itu seperti hawa dingin yang tiba-tiba menurunkan suhu mall lima derajat. “Mario, kamu yakin mau di sini? Oh, ada meja kosong di—

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 140 Main Petak Umpet

    “Astagfirullah, kamu ini, sabun mandi aja bisa lupa beli,” komentar Naura sambil meletakkan dua botol sabun ke dalam troli. Ia menggelengkan kepalanya ribut.Andini tersenyum kecut. “Makanya aku ajak kamu. Otakku lagi berantakan, Nana. Tapi hidup harus terus berjalan.”Cengkraman tangan Andini di trolly lebih kuat. Naura melirik sahabatnya yang tampak kelelahan. Meski senyum masih tergambar, tapi matanya tidak bisa bohong. Andini masih belum menerima perlakuan keluarga Dewa terhadapnya. Ia tidak mengeluh. Ia lebih memilih mengalihkan perasaan itu.“Duh, Din… kamu tuh butuh liburan, bukan belanja bulanan.” Tak henti-hentinya, Naura menggoda Andini. Bahkan demi menemani sahabatnya berbelanja, ia membolos dari RS dengan alasan yang dibuat-buat.“Kalau aku liburan, nanti yang nyuci piring siapa?” balas Andini, mencoba bercanda.Naura terkekeh, lalu merangkul lengan sahabatnya. “Kalau kamu tinggal nyuci air mata aja, biar aku yang urus belanjaan.”Andini tertawa kecil. Setidaknya Naura se

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 139 Opposite Attract

    Dipta segera menekan tombol interkom, tiga kali. Tidak ada suara balasan, hanya statis hampa. Ia beralih ke tombol darurat, bunyi nyaring menggema, menusuk, tapi tetap tak membangkitkan respons.Naura berdiri diam di sebelahnya, menggigit bibir bawahnya. Ia mulai dilanda gelisah. Sesaat ia hanya memandangi angka lantai yang membeku di panel digital.Satu menit. Dua menit. Tiga menit berlalu.Dengan gerakan pasrah, ia menghela napas panjang lalu perlahan duduk di lantai lift, menyandarkan punggung ke dinding. Roknya ia rapikan dulu sebelum akhirnya bersandar. Dipta melirik. Keningnya mengernyit. “Kamu ngapain?”Naura menengadah, tenang. “Ya duduk. Masa

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 138 Terjebak berdua di lift

    Kantin siang itu tak terlalu ramai. Aroma sop buntut dan ayam bakar menguap dari balik etalase makanan. Suara alat makan beradu samar-samar, bercampur dengan siaran radio lokal yang menyenandungkan lagu-lagu dari berbagai genre dari sudut ruangan.Naura meletakkan nampan berisi dua porsi makan siang di atas meja. “Nih, spesial rumah sakit. Jangan dibandingin sama masakan chef bintang lima lo di KL.”Andini tersenyum lelah, “Siapa coba yang bandingin. Ojo dibanding-bandinge kali! Aku di sini nggak nyari rasa, Na. Cuma butuh tempat yang nyaman.”Naura menyingkirkan kursi dan duduk di hadapan sahabatnya. “Gotcha! Kamu dapet itu. Aku adalah tempat ternyaman untuk sahabatku. Aku adalah … tempat kamu berpulang. Aku adalah … tempat kamu bersandar tapi .. aku bukan atm berjalan.”Naura berkata dengan nada seorang sastrawan meskipun diakhiri dengan candaan. Andini tertawa tipis. Tapi tawanya cepat memudar saat teringat kembali apa yang sudah ia lewati di keluarga Hadinata.Naura memperhatikan

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 137 Peluk Rindu dan Tatap yang Diam

    Di dalam kabin yang hangat, Andini memandangi kaca jendela mobil mewah, melihat pantulan dirinya sendiri. Matanya sembab—tapi ia sudah hapus air mata itu di kamar mandi sebelum pulang. Betapa tidak, setiap kali bertemu dengan anggota keluarga Hadinata pasti ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Dewa yang menyetir, sesekali melirik istrinya.“Kamu capek, Sayang?” tanya Dewa. Padahal pertanyaan yang sebenarnya adalah, apakah semua baik-baik saja atau tidak?Andini menoleh, lalu tersenyum kecil. “Nggak. Cuma lapar.”Dewa tertawa pelan. “Tadi kamu makannya juga dikit banget. Padahal Ibuk masak rendang favoritku.”Andini hanya mengangguk.Padahal, satu suapan saja sudah membuatnya ingin muntah. Bukan karena makanannya, tapi karena omongan mereka yang masih menggema di kepalanya.“Dia itu cuma gadis miskin numpang nama…” “Mana bisa gadis kayak gitu dampingi Dewa? Rania sudah bilang, Freya lebih cocok untuk Dewa. Freya dan Andini bagai langit dan bumi,”Di dalam mobil, keheningan kemba

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status