Share

Permintaan Oma

Penulis: Brata Yudha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-16 14:57:46

Kemuning tidak tahu pasti pukul berapa dirinya sadar. Yang jelas, begitu membuka mata, ia langsung tahu kalau dirinya sudah berada di kamarnya sendiri. 

Rasa dingin yang tadi menggigit tubuhnya kini menghilang, tergantikan oleh rasa hangat yang berasal dari selimutnya. Ternyata pakaiannya sudah diganti.

Kemuning tidak panik, karena orang pertama yang dilihatnya adalah seorang wanita paruh baya. Seseorang yang dikenalnya. Bi Yuyun. Pasti wanita itu yang mengganti pakaiannya. 

"Ning, kamu udah sadar. Apa yang dirasain?" tanya Bi Yuyun dengan raut khawatir. 

Kemuning tersenyum getir. Ternyata masih ada yang peduli padanya. 

"Syukurlah kamu udah sadar, Ning. Tadi kamu pingsan," kata Bi Yuyun lagi. 

Kemuning mengangguk. Ia kembali mengingat-ingat kejadian sebelumnya. Tadi, ia seperti melihat sosok pria yang mobilnya hampir menabraknya di jalan raya. Tapi, sepertinya dia hanya berhalusinasi. Mana mungkin pria itu ada di rumah ini?

Melihat Kemuning yang malah melamun, membuat Bi Yuyun tak lagi banyak bertanya kepada gadis tersebut. Sepertinya gadis itu sedang ada masalah, dan Bi Yuyun ingin memberinya ruang untuk menenangkan diri. 

"Ya udah, kamu istirahat dulu saja, Ning. Oh, ya, sudah makan malam belum?" 

Kemuning menggeleng pelan. Tadi, ibunya memintanya membeli tiga bungkus makanan untuk dinikmati bersama Anggi. Sebelum mereka sempat makan bersama, kejadian pahit itu keburu terjadi. Ia sampai tak sempat makan malam. 

Bi Yuyun menatap Kemuning kasihan. Sebenarnya ia penasaran apa gerangan yang membuat keadaan Kemuning sampai seperti ini. Namun, ia juga tak tega mendesak Kemuning untuk bercerita sekarang. Kondisi gadis itu masih terlihat lemah. 

"Kalau gitu mending kamu makan dulu. Bibi ambilkan, ya." 

Kemuning cepat-cepat menggelengkan kepalanya. "Nggak usah, Bi. Besok aja." 

"Kamu sakit, Ning. Makan dulu, habis itu minum obat." 

"Tapi aku lagi nggak nafsu makan, Bi." 

Bi Yuyun menghela napas panjang. "Emangnya kamu habis dari mana sih, Ning? Kok hujan-hujanan gitu?" tanyanya dengan suara pelan. Mau tak mau akhirnya bertanya karena benar-benar penasaran. 

Kemuning tak menjawab. Sikap diamnya membuat Bi Yuyun jadi semakin khawatir. Apakah Kemuning sedang punya masalah besar? Itulah yang ada dalam benaknya. 

"Ning?" 

"Aku...." 

Kemuning malah teringat lagi dengan perselingkuhan calon suami dan adiknya. Wajahnya jadi semakin murung. Bi Yuyun akhirnya urung memaksa gadis itu menjawab pertanyaannya. 

"Ya udah, kalau kamu nggak mau makan nasi, seenggaknya makan roti, ya. Biar bisa minum obat, Ning. Inget, Ning. Kita itu kerja di rumah orang. Nggak boleh sakit lama-lama. Nanti Oma siapa yang ngurus kalau kamu sakit."

Bi Yuyun sengaja menegur Kemuning agar gadis itu mau mengisi perutnya. Untungnya, Kemuning mengangguk paham. 

"Iya, Bi."

Bi Yuyun menghela nafas lega. "Ya udah. Itu rotinya ada di atas bufet. Dimakan, ya. Bibi istirahat dulu. Besok harus bangun subuh-subuh." 

"Iya, makasih, Bi." 

Bi Yuyun mengangguk lalu beranjak ke kasurnya. Tinggallah Kemuning yang memaksakan diri memasukkan sedikit roti ke dalam mulutnya. Hanya agar ia bisa minum obat dan besok bisa bekerja dengan baik. Bagaimanapun, Kemuning memiliki tanggungjawab pekerjaan. 

Roti itu hanya habis setengah. Ia kembali merebahkan diri di kasurnya. Memikirkan masa depannya yang entah akan seperti apa. 

Keesokan paginya saat adzan shubuh berkumandang, Kemuning terbangun dalam keadaan tubuh yang sudah lebih baik. Ia sholat dan berdoa. Sedikit menangis karena hampir saja melakukan sebuah dosa besar semalam dengan berniat mengakhiri hidupnya di jalan raya. 

Setelah sholat, Kemuning bersiap-siap untuk memulai pekerjaannya. Ia kemudian pergi ke kamar Oma untuk mengecek keadaan wanita tua tersebut. 

"Permisi, Oma," seru Kemuning sambil mengetuk pintu kamar. 

"Ya. Masuk." 

Kemuning kaget dan bingung. Mengapa yang menyahut malah suara laki-laki? Namun, karena sudah mendapatkan izin, Kemuning tetap masuk ke kamar tersebut. 

Begitu sampai di kamar, Kemuning terkejut bukan main. Pria yang duduk di sisi kasur Oma itu, bukankah dia adalah pria yang sama dengan orang yang semalam berdebat dengannya di jalan raya? 

"K-kamu...." ucap Kemuning tercekat. Ia menunjuk pria itu dengan jari bergetar.

Kalau begitu, artinya yang semalam itu bukan mimpi? Pria itu benar-benar ada di rumah ini. Pikir Kemuning. 

Oma Reni, sang majikan tersenyum. "Kalian saling kenal?" tanyanya. 

Kemuning langsung menggelengkan kepalanya, begitu juga pria tersebut. 

Oma geleng-geleng kepala melihat kekompakan kedua orang itu. Ia lantas memanggil Kemuning untuk mendekat. 

"Sini, Kemuning. Biar Oma kenalkan dengan laki-laki ganteng ini." 

Kemuning melangkah ragu mendekati Oma, sementara si pria hanya memasang wajah datar, tak terpengaruh dengan godaan sang Oma yang menyebutnya tampan. 

"Kenalin, Ning. Ini cucu Oma. Namanya Samudra. Dia udah lama tugas di Lebanon, nggak pulang-pulang. Betah dia di sana. Sampai lupa punya Oma," kata Oma Reni memperkenalkan pria yang ternyata adalah cucunya tersebut. 

Kemuning bergeming. Ia ingat pernah mendengar Oma bercerita tentang cucunya. Sudah hampir empat tahun lamanya ia bekerja di rumah ini, memang tak pernah sekalipun Kemuning melihat cucu Oma pulang. Yang tidak ia sangka, orang itu ternyata adalah pria yang sempat berdebat dengannya semalam. 

"Ternyata masih ingat juga dia jalan pulang," kata Oma Reni menambahkan. 

"Iya, Oma. Alhamdulillah kalau sudah pulang." Kemuning akhirnya merespon ucapan majikannya itu.

"Nah, kebetulan kalian ada di sini, Oma mau bicara penting sama kalian." 

Baik Kemuning maupun pria itu sama-sama mengernyitkan kening mereka. 

"Mau bicara apa, Oma?" tanya Kemuning. 

Oma Reni tersenyum, lalu meraih tangan Kemuning. Menggenggamnya erat. "Sebenarnya..., ini adalah keinginan Oma yang sangaaat Oma impikan. Oma mau kalian menikah.”

"Hah?"

Kemuning dan pria itu sama-sama terkejut bukan main. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dikhianati Sersan Dinikahi Komandan   Tamat

    Hasilnya positif.Kemuning menatap testpack di tangannya dengan tak percaya. Ada dua garis biru yang terlihat, menandakan bahwa ia benar-benar hamil. Mata Kemuning berkaca-kaca. Tanpa sadar ia menyentuh perutnya yang lain. Kemuning mengusap-usapnya dengan gerakan melingkar. Apakah ini hadiah dari Tuhan setelah penantiannya?“Aku akan jadi seorang ibu...” gumamnya haru. Air mata menetes di pipinya. “Pantas aja selama beberapa hari terakhir aku sakit-sakitan terus. Siklus haidku juga absen dua bulan ini. Ternyata aku hamil.”Kemudian Kemuning langsung mengambil ponselnya. Ia sudah berjanji untuk mengabari Bi Yuyun tentang hasilnya. Kemuning dengan segera keluar dari kamar mandi dan memfoto testpack tersebut. Senyum merekah di bibirnya, tidak sabar berbagi kabar membahagiakan ini dengan Bi Yuyun.“Assalamualaikum, Bi.”“Waalaikumsalam. Ya Allah, terima kasih. Kemuning benar-benar hamil,” ucap Bi Yuyun di seberang telepon. Dari suaranya, wanita itu terdengar sangat bahagia.Kemuning menga

  • Dikhianati Sersan Dinikahi Komandan   I Love YouTube Too

    Sepulangnya dari rumah sakit, wajah Kemuning sangat murung. Perasaannya campur aduk antara kebahagiaan dan kesedihan karena insiden tadi. Kemuning tidak berbicara sepatah kata pun sepanjang perjalanan ke rumah dan hal itu membuat Samudera khawatir. Mobil mereka akhirnya memasuki rumah besar itu. Kemuning keluar lebih dulu dan menatap Samudera yang masih di dalam mobil. "Mas, aku ke kamar dulu, ya."Samudera menyusul turun dan menghampiri Kemuning. "Kamu yakin baik-baik saja, Ning? Di jalan tadi kamu—""Aku mau tidur," potong Kemuning cepat. Dia menghela napas panjang. "Makasih ya, Mas, buat malam ini. Aku minta maaf karena belum bisa jawab, tapi kasih aku waktu mikir dulu.""Itu bukan masalah besar." Samudera mengangguk paham. "Ya sudah, kamu istirahat saja. Selamat malam.""Malam, Mas."Kemuning pun masuk ke kamarnya dan menutup pintu dengan bunyi decitan lirih. Samudera menatap pintu kamar Kemuning sesaat, merasa gelisah di hatinya. Ia tidak banyak bicara sebelum pergi ke kamarnya

  • Dikhianati Sersan Dinikahi Komandan   TBC

    “Mas, aku boleh lihat ke luar, ‘kan? Aku pengen tahu apa yang terjadi,” pinta Kemuning dengan panik.Samudera mengerutkan kening. Ia menangkap pergelangan tangan Kemuning sebelum gadis itu meninggalkan tempat duduknya. “Nggak perlu. Kamu jangan terlibat sama adik kamu lagi. Kita cukup tahu situasinya dan lihat dari sini.”“Tapi, Mas. Aku khawatir Anggi kenapa-napa.”“Kamu nggak ingat apa yang Anggi lakukan sama kamu?” gerutu Samudera sambil mengeratkan genggaman tangannya. “Dia sudah berusaha mencelakai kamu, Ning. Dan sepertinya keberadaan dia di restoran ini juga karena mau berbuat ulah lagi. Saya nggak akan mengizinkan kamu bertemu Anggi lagi.”Bahu Kemuning merosot lesu. Kata-kata Samudera sudah final dan tidak bisa diganggu gugat. Ia kembali duduk di kursinya dengan cemas. Matanya tidak bisa fokus pada makanannya di depannya dan berulang kali melirik ke luar jendela resto. Beberapa pelayan terlihat mengintip keramaian yang semakin tak terkendali itu. Samudera menatap Kemuning lam

  • Dikhianati Sersan Dinikahi Komandan   I Love U

    Akhirnya, Anggi mengikuti mereka. Ia kembali menaiki ojek onlinenya dan meminta supaya diantarkan mengikuti mobil Samudera pergi. Anggi menduga, Samudera dan Kemuning hanya pergi untuk membeli sesuatu di luar. Tak mungkin juga Samudera akan mengajak Kemuning ke acara-acara penting. Namun, setelah mengetahui tujuan mereka, Anggi tidak bisa menyembunyikan perasaan irinya.Ternyata Samudera mengajak Kemuning ke sebuah restoran mewah yang sering dikunjungi orang-orang kaya. Hati Anggi terasa panas. Kenapa Samudera mau-mau saja membawa Kemuning ke tempat sebagus ini? Apa sih istimewanya kakaknya itu?Anggi membayar ojek onlinenya dengan kesal dan menyuruhnya pergi. “Enak banget hidup Mbak Kemuning mujur mulu. Kenapa sih dia nggak menderita aja? Dia nggak pantes dapetin ini semua,” gerutu Anggi sambil mengepalkan tangan. “Nggak bisa dibiarkan. Aku harus melakukan sesuatu buat batalin apa pun yang mereka lakukan sekarang. Mbak Kemuning nggak boleh merasa bahagia di atas penderitaanku!”Saat

  • Dikhianati Sersan Dinikahi Komandan   Aku Bukan Pelakor

    Ternyata yang datang adalah Clea. Kemuning mengernyit heran. Ia membuka pintunya lebih lebar, tetapi belum mempersilakan Clea masuk. "Mbak Clea, ada apa ya?"Clea menyilangkan tangan dengan sombong. Matanya menelusuri bagian depan rumah besar itu sebelum mendarat pada sosok Kemuning. Padahal gadis ini sangat biasa-biasa saja. Bagaimana bisa Samudera menikahi wanita dari kasta rendah sepertinya? "Aku mau ketemu Sam. Di mana dia?"“Mas Sam nggak ada di rumah, Mbak. Dia masih kerja.”“Oh gitu, ya.” Clea menyeringai kecil, mendekati Kemuning dengan senyum licik di bibirnya. “Kalau begitu, aku mau bicara sama kamu.”“Tapi, kayaknya kita nggak ada perlu. Saya lagi sibuk, Mbak. Maaf—“Namun, Clea sama sekali tidak mendengarkan ucapan Kemuning. Gadis itu justru menabrak bahu Kemuning dengan kasar lalu memaksa masuk ke dalam rumah. Kemuning tidak bisa mencegahnya. Clea terlihat terbiasa di rumah itu bahkan duduk di sofa seperti seorang ratu.Kemuning mendesah sabar. Tangannya terkepal kuat,

  • Dikhianati Sersan Dinikahi Komandan   Sudah Jatuh Tertimpa Masalah

    “Kok bisa berdarah sih!? Ya ampun, padahal sebelumnya nggak pernah kayak gini!” seru Anggi sembari mengelap sudut mulutnya yang berdarah. Tangannya gemetar hebat. Dia benar-benar tidak menyangka batuk yang belakangan ini dia derita akan sampai separah ini. Anggi buru-buru melompat dari kasur kemudian berlari ke kamar mandi. Dia menyalakan kran dan segera membasuh mulutnya yang berdarah. Blus putihnya yang tadinya bersih pun kini ternoda merah gelap.Anggi sangat kalut. Sebenarnya kepalanya sudah pusing, tetapi ia memaksakan diri untuk membersihkan sisa-sisa darah di tubuhnya. Selesai mencuci wajah, Anggi berganti baju dengan kaos santai dan kembali ke kamar. Ia duduk di pinggiran ranjang sambil merenung. Tubuhnya semakin terasa lemas dan dia mulai menebak-nebak apa hal yang sebenarnya dia alami.“Aku mau periksa tapi nggak ada duit. Minta ibu juga ujung-ujungnya cuma dijanjiin,” gumam Anggi muram. Ia tak pernah membayangkan hidupnya akan sampai kekurangan uang begini.Namun, Anggi har

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status