Share

Bab 3

Author: Indi Giadi
last update Huling Na-update: 2025-07-04 21:15:07

Reyhan berkali-kali melihat jam di pergelangan tangannya, namun seorang yang ditunggu tak kunjung datang. Ia duduk di bangku taman sendirian, melamun sambil sesekali menguap. Ia baru menyadari bahwa menunggu itu membosankan.

Baru kali ini ada seseorang yang berani-beraninya membuatnya menunggu. Biasanya dirinyalah yang ditunggu oleh orang lain. Pantas saja Gilang selalu menggerutu jika dirinya datang terlambat dari waktu yang dijanjikan.

Tak lama terdengar langkah kaki mendekat ke arahnya. Ia menoleh ke arah sumber suara dan benar saja, itu adalah suara langkah kaki seorang yang sedang ditunggunya.

“Jam 3 lebih 15 menit. Terlambat lima belas menit dari waktu yang dijanjikan!” Sambar Reyhan ketika orang itu baru saja berdiri di depannya.

“Maaf, terlambat!” Jawab Nadhira. Ya, Reyhan meminta Nadhira untuk datang menemuinya di taman sore ini untuk membahas rencana pernikahan mereka.

Reyhan melihat Nadhira dari rambut hingga kaki. Rambut kusut, kulit kusam, kaos oblong oversize, celana jeans yang warnanya sudah mulai pudar, sandal jepit. Penampilan yang sangat tidak menarik, bagaimana bisa dia membawa gadis seperti ini menghadap keluarga besarnya?

“Kenapa? Ada yang salah?” Tanya Nadhira ketika sadar Reyhan memperhatikan dirinya.

“Lo ga ada baju yang lebih feminim dari ini? Paling gak, biar kelihatan kalau lo perempuan gitu,” Reyhan malah balik bertanya.

“Maksud lo baju gue jelek? Gue terlihat seperti laki-laki begitu?” ucap Nadhira geram. Ia memang lebih nyaman berpakaian seperti ini. Pakai rok dan baju feminim membuatnya susah bergerak karena pekerjaannya sebagai pedagang kue keliling.

Reyhan menepuk jidatnya, sepertinya dirinya sudah salah bicara yang membuat Nadhira tersinggung. Reyhan berpikir sejenak, jika ia ingin Nadhira terlihat cantik, maka dirinyalah yang harus merubahnya.

“Ayo, ikut gue sekarang!” ajak Reyhan dan segera bangkit dari duduknya menuju parkiran mobil.

“Kemana?” Tanya Nadhira sambil sedikit berlari mengejar langkah Reyhan.

“Nanti lo akan tahu,” jawab Reyhan asal.

Nadhira akhirnya mengikuti langkah Reyhan tanpa bersuara. Percuma saja bertanya pada pria dingin ini, pasti tidak akan dijawab. Nadhira mengikuti Reyhan hingga pria itu masuk ke mobilnya. Nadhira masih diam di tempat, bingung apakah dirinya harus ikut masuk ke mobil Reyhan.

“Masuk!” Perintah Reyhan singkat.

Nadhira membuka pintu belakang mobil Reyhan dan hendak duduk di bangku belakang namun suara bariton Reyhan menggagalkannya.

“Duduk di depan! Lo kira gue supir lo?” seru Reyhan.

Nadhira akhirnya duduk di samping Reyhan sesuai perintah. Ia menghembuskan nafas kesal, ternyata pria ini galak juga. Menurutnya Reyhan kemarin tidak segalak ini, bahkan Reyhan bertingkah baik dan lembut seperti malaikat. Apa jangan-jangan pria ini punya kepribadian ganda?

Mobil Reyhan berhenti di sebuah pusat perbelanjaan membuat rasa penasaran Nadhira mengenai tujuan mereka terjawab. Nadhira merasa lega, awalnya ia mengira dirinya akan dibawa ke rumah Reyhan. Nadhira masih belum siap jika hal itu terjadi.

“Turun!” Perintah Reyhan lagi.

Nadhira membuka pintu mobil dan melangkahkan kaki menuju pusat perbelanjaan mengikuti Reyhan. Nadhira memandang ke segala arah, sudah lama sekali dirinya tidak berkunjung ke tempat ini. Dulu, ia sering diajak ke tempat ini oleh ayahnya ketika dirinya masih sekolah, ketika ayahnya masih sehat. Ternyata tempat ini jauh lebih megah dan indah daripada terakhir Nadhira ke tempat ini.

Reyhan berhenti di sebuah butik. Banyak gaun indah berjejer di dalamnya. Tidak hanya gaun, tas, sepatu dan aksesoris wanita lainnya juga tertata rapi.

“Masuklah, dan pilih baju dan aksesoris apapun yang kau suka!” ucap Reyhan yang membuyarkan kekaguman Nadhira akan butik tersebut.

Nadhira melangkahkan kaki dengan ragu. Ia melirik Reyhan, ternyata pria itu hanya menunggunya di depan. Ia membuka pintu butik itu, beberapa pelayan menyambutnya, namun terlihat perubahan ekspresi wajah pelayan ketika melihat Nadhira. Mungkin pelayan itu merasa Nadhira tidak cocok ada di butik ini.

“Mau cari apa mbak?” Tanya seorang pelayan.

“Em eh cari, em mau lihat-lihat dulu saja mbak,” jawab Nadhira terbata-bata. Ia juga bingung sebenarnya ia mau membeli apa di tempat ini.

“Baiklah, saya akan membantu jika ada kesulitan,” jawab pelayanan itu sambil mengikuti langkah kaki Nadhira.

Nadhira melihat sekeliling, gaunnya memang bagus-bagus. Ia bahkan bingung mau membeli yang mana, lagi pula ia merasa dirinya tidak cocok memakai gaun seperti ini.

Akhirnya Nadhira melangkahkan kaki menuju sebuah gaun berwarna hitam polos, tidak banyak aksen payet di bajunya namun terlihat mewah. Nadhira melihat bandrol harga yang ada di gaun itu dan betapa terkejutnya ia ternyata harganya jutaan rupiah. Nadhira reflek mengembalikan baju itu ke tempatnya. Jangankan membeli, menyentuhnya saja ia takut. Takut terjadi apa-apa pada gaun mahal itu.

“Mbak, sebentar saya mau keluar dulu,” ucap Nadhira pada pelayan yang dari tadi membuntutinya, membuat pelayan itu tertawa lirih. Seperti yang pelayan itu duga sebelumnya, pasti Nadhira tidak punya cukup uang untuk membeli gaun tersebut.

“Ada apa? Sudah dapat gaun yang kau suka?” Tanya Reyhan ketika mendapati Nadhira sudah keluar dari butik tersebut.

“Tidak, harganya terlalu mahal,” jawab Nadhira.

“Tidak perlu melihat harganya, jangankan membeli sebuah gaun, membeli butiknya saja gue bisa!” ucap Reyhan sombong.

Reyhan lalu menarik tangan Nadhira untuk kembali masuk ke butik itu, membuat pelayan yang tadi menertawakan Nadhira terdiam dan terpukau melihat ketampanan Reyhan.

“Pilihkan apapun yang cocok untuk gadis ini! Saya yang akan membayarnya!” perintah Reyhan kepada salah seorang pelayan dan pelayanan itu segera melakukan perintah Reyhan.

Setelah mendapatkan baju, tas dan sepatu yang diinginkan, Reyhan membawa Nadhira menuju sebuah salon kecantikan. Kali ini Reyhan mengantarkan Nadhira hingga masuk ke dalam salon tersebut.

“Buat gadis ini menjadi gadis yang paling cantik sedunia!” Perintah Reyhan kepada salah satu pelayan salon sebelum dirinya duduk di ruang tunggu.

Reyhan memainkan ponselnya hingga bosan, menunggu Nadhira tak kunjung selesai berdandan. Ia melirik jam di pergelangan tangannya, ternyata sudah hampir jam setengah 6 sore. Tak lama kemudian ia mendengar suara langkah kaki yang berhenti di depannya. Ia mendongak untuk melihat siapa yang datang dan betapa terkejutnya ia, seorang gadis cantik kini berdiri di hadapannya. Reyhan mengedipkan matanya berkali-kali ketika menyadari bahwa gadis cantik itu adalah Nadhira.

*****

“Siapa wanita ini Reyhan?” Tanya Melani, mama Reyhan setelah mengetahui anak sulungnya itu masuk rumah bersama seorang wanita.

“Perkenalkan, dia adalah calon istri Reyhan, Nadhira,” jawab Reyhan mantap membuat semua orang yang ada di rumah tercengang.

Saat ini adalah jam makan malam, semua anggota keluarga sedang berkumpul di meja makan untuk persiapan makan malam. Rudi, Melani, dan Regina adik Reyhan, terkejut melihat Reyhan membawa seorang wanita ke rumah. Memang ini adalah yang mereka inginkan, namun mereka tidak menyangka jika Reyhan akan mendapatkan calon istri secepat ini.

“Selamat malam om, tante, Regina,” sapa Nadhira dengan ramah. Untung saja Reyhan sudah menjelaskan padanya anggota keluarga yang ada di rumah.

“Selamat malam, silahkan duduk Nadhira!” Jawab Rudi. Walaupun ia belum tahu siapa Nadhira sebenarnya, namun ia harus bersikap baik dengan gadis yang baru dikenalnya ini.

Reyhan dengan sigap menarik salah satu kursi, lalu mempersilahkan Nadhira untuk duduk. Setelah itu, ia menarik kursi dan duduk di sebelah kursi Nadhira.

Suasana seketika menjadi hening, tidak ada yang bersuara. Nadhira jadi merasa sangat gugup saat ini. Telapak tangannya dingin, ia merasa seperti sedang berada di ruang ujian wawancara dan dirinya yang menjadi peserta ujian.

Nadhira menarik nafas berat, walaupun tidak ada pertanyaan yang mereka lontarkan padanya, namun Nadhira merasa tatapan tajam mereka seperti menguliti tubuhnya dari ujung rambut hingga kaki.

“Mari kita makan bersama!” Ucap Rudi memecahkan keheningan.

Suara dentingan garpu, sendok dan piring menggantikan kesunyian. Mereka mulai sibuk menyantap makan malam mereka, namun tidak dengan Nadhira. Ia masih melihat menu makanan yang tersaji di atas meja, saking banyaknya makanan hingga dia bingung hendak mengambil yang mana.

Reyhan yang melihat Nadhira kebingungan, segera mengambilkan makanan ke piring Nadhira. Ia tahu gadis itu pasti merasa bingung dan canggung. “Makanlah, dari tadi siang kamu belum makan!” Ucap Reyhan lembut.

Nadhira menuruti perintah Reyhan, ia mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya walaupun ia sedikit kesusahan dengan penggunaan sendok dan garpu. Biasanya ia hanya memakai tangan untuk menyuap makanan, tidak perlu bantuan sendok, apalagi garpu.

“Reyhan, ikut mama! Mama ingin bicara sebentar,” Melani kembali membuka suaranya sesaat setelah ia menghabiskan makanannya. Ia lalu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menjauhi meja makan.

Reyhan segera bangkit untuk mengikuti mamanya, diikuti oleh Rudi yang berjalan di belakang Reyhan.

“Nemu dimana kamu perempuan kampung seperti dia Reyhan?” tanya Melani geram setelah dirinya, Reyhan dan Rudi berkumpul di ruang tamu.

“Papa dan mama kan ingin aku segera menikah, dia calon istri Reyhan ma!” Jawab Reyhan.

“Banyak wanita cantik dan berkelas di luar sana Reyhan, kenapa kamu memilih gadis kampung? Kamu memang berhasil mengubah penampilannya menjadi cantik dan modis, tapi tidak dengan gestur tubuh dan sikapnya. Gadis kampung tetap saja akan terlihat kampungan!” ejek Melani, ia tidak rela jika putra sulung yang dibanggakannya itu menikah dengan gadis kampung seperti Nadhira.

“Papa akan menjodohkan kamu dengan Aira, anak dari om Hendra. Aira sudah jelas asal-usulnya dan keluarganya, jelas dari keluarga terpandang. Segera sudahi hubungan kamu dengan Nadhira itu!” perintah Rudi.

Reyhan menelan ludahnya, Aira anak om Herman? Gadis agresif, sok cantik dan manja itu? Tidak, Reyhan akan menjadi tua mendadak jika menikah dengan Aira, membayangkannya saja sudah membuatnya jijik. Reyhan menghembuskan nafasnya berat, ternyata perkara mencari istri tidak semudah yang dibayangkannya.

Tingtung tingtung..

Suara bel rumah Reyhan menghentikan percakapan antara Reyhan dan kedua orang tuanya. Rudi segera beranjak untuk membukakan pintu. Pandangan Reyhan tertuju pada pintu utama rumahnya, penasaran kira-kira siapa tamu yang datang di situasi yang tidak tepat ini.

“Herman, kau datang di waktu yang tepat. Ayo, silahkan masuk!” Ucap Rudi dengan senyum sumringah. Herman adalah rekan bisnisnya yang sudah sangat akrab dengannya.

Reyhan membelalak setelah tahu tamu yang datang ternyata adalah Herman bersama sang putri, Aira. Ia tidak menyangka rupanya papanya sudah merencanakan perjodohan ini dengan matang.

*****

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 5

    Nadhira membuka matanya perlahan, rasa lelah membuat dirinya cepat sekali tertidur. Nadhira segera duduk dan meregangkan badannya, ia melihat sekeliling dan terlonjak kaget ketika menyadari dirinya ada di atas kasur. Nadhira mencoba mengingat yang terjadi namun tetap tidak ingat. Bukankah dirinya tadi tidur di karpet bawah kasur karena Reyhan telah menguasai kasur? Reyhan, kemana pria itu? Apa jangan-jangan pria itu telah berbuat tak senonoh padanya lalu meninggalkannya begitu saja? pikiran negatif sudah memenuhi otak Nadhira. Nadhira segera memperhatikan seluruh tubuhnya, namun tidak ada yang mencurigakan. Dirinya tetap mengenakan pakaian dengan utuh, tidak ada tanda-tanda sesuatu yang buruk terjadi padanya. Nadhira beranjak dari kasur dan mencoba mencari keberadaan Reyhan, pria yang sudah menjadi suaminya itu dan ternyata sedang menikmati secangkir kopi di balkon kamar mereka. "Apa yang sudah lo lakuin ke gue?" tanya Nadhira tanpa basa-basi setelah menemukan Reyhan. "Apa s

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 4

    “Hai Rey, lama tidak bertemu denganmu!” Sapa Aira dengan senyum manis. Reyhan langsung bergidik ngeri melihat senyum Aira, senyum yang menurut Reyhan terasa seperti ingin menerkamnya. “Bagaimana Rudi, apakah sudah siap dengan perjodohan anak-anak kita?” Tanya Hendra dengan antusias. “Ya, kebetulan sekali Reyhan ada di sini sekarang. Rupanya semesta mendukung perjodohan ini,” jawab Rudi sama antusiasnya. “Bagaimana kabarmu Aira? Kamu terlihat sangat cantik malam ini!” Ucap Melani menyapa Aira. “Seperti yang tante lihat, kabar Aira baik bahkan jauh lebih baik ketika Aira tahu akan dijodohkan dengan Reyhan,” ujar Aira masih dengan senyum sumringah. “Kamu memang sangat pantas menjadi istri Reyhan, Aira!” Puji Melani lagi. Reyhan sudah sangat muak mendengar percakapan itu, sepertinya ia harus pergi sekarang sebelum terlambat. “Maaf, Reyhan tidak bisa menerima perjodohan ini. Seperti yang mama dan papa ketahui, Reyhan sudah punya calon istri,” ucap Reyhan dengan lantang. “Apa maks

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 3

    Reyhan berkali-kali melihat jam di pergelangan tangannya, namun seorang yang ditunggu tak kunjung datang. Ia duduk di bangku taman sendirian, melamun sambil sesekali menguap. Ia baru menyadari bahwa menunggu itu membosankan. Baru kali ini ada seseorang yang berani-beraninya membuatnya menunggu. Biasanya dirinyalah yang ditunggu oleh orang lain. Pantas saja Gilang selalu menggerutu jika dirinya datang terlambat dari waktu yang dijanjikan. Tak lama terdengar langkah kaki mendekat ke arahnya. Ia menoleh ke arah sumber suara dan benar saja, itu adalah suara langkah kaki seorang yang sedang ditunggunya. “Jam 3 lebih 15 menit. Terlambat lima belas menit dari waktu yang dijanjikan!” Sambar Reyhan ketika orang itu baru saja berdiri di depannya. “Maaf, terlambat!” Jawab Nadhira. Ya, Reyhan meminta Nadhira untuk datang menemuinya di taman sore ini untuk membahas rencana pernikahan mereka. Reyhan melihat Nadhira dari rambut hingga kaki. Rambut kusut, kulit kusam, kaos oblong oversize, celan

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 2

    Reyhan mengemudikan mobilnya dengan kencang, agar segera sampai di tempat tujuannya. Kali ini dia tidak sendiri, namun ada seorang yang duduk di sampingnya yang baru ia ketahui bernama Nadhira. Reyhan tadi pagi sengaja keluar dari kantor setelah rapat untuk mencari udara segar. Pikirannya sangat kacau, ucapan Gilang mengenai istri bayaran memenuhi otaknya. Mungkin ide Gilang ada benarnya juga, namun siapa yang akan ia jadikan istri bayaran ? Reyhan melirik ke arah Nadhira, gadis itu terlihat kusut dan murung. Hidungnya merah terlihat seperti habis menangis, namun gadis itu selalu mengusap matanya ketika air mata itu mulai jatuh, sehingga tidak nampak linangan air mata di pipinya. “Apa sih lihat-lihat?” seru Nadhira ketika mengetahui Reyhan melirik ke arahnya. “Pede amat lo! Siapa juga yang lihat lo? Tuh gue lihat spion di samping lo!” Jawab Reyhan mengelak karena malu ketahuan mencuri pandang ke arah Nadhira. Reyhan tertawa dalam hati, bagaimana bisa gadis galak seperti Nadhira i

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 1

    Reyhan berjalan memasuki ruang kantornya dengan malas. Semangatnya hari ini untuk rapat tiba-tiba hilang. Ucapan papanya yang menyuruhnya untuk segera menikah begitu mengganggu pikirannya. Ia masih berpikir keras bagaimana caranya dia bisa menikah dalam waktu dekat. Tok tok tok Terdengar suara pintu diketuk oleh seseorang, "Masuk!" Ucap Reyhan menjawab ketukan pintu tersebut. "Rey, ini berkas yang harus lo sampaikan nanti dalam rapat," ucap Gilang dengan menaruh setumpuk dokumen di hadapan Reyhan. Reyhan masih melamun, bahkan tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh Gilang. "Woy, mikir apaan sih? Sampai gue dicuekin!" Protes Gilang karena tak kunjung mendapatkan jawaban Reyhan. Jangankan menjawab, melihat berkas yang disodorkan saja tidak. "Menurut lo, dimana tempat yang bisa dikunjungi untuk mencari istri?" Tanya Reyhan. Mendengar pertanyaan aneh Reyhan, Gilang langsung tertawa terbahak-bahak. "Kesambet apaan lo tiba-tiba mikir nyari istri?" Tanya Gilang. "Bokap gue nyuru

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Prolog

    Dentuman musik keras memekakkan telinga. Bau alkohol menyeruak ke seluruh ruangan. Lampu berkelap-kelip, redup dan berwarna-warni menyala bergantian. Orang-orang terlihat berjoget dan menikmati musik di tengah ruangan, termasuk seorang pemuda tampan yang masih mengenakan jas kerjanya. Tubuhnya bergoyang sesuai irama musik sembari tangannya memeluk pinggang seorang wanita, tangan satunya memegang segelas alkohol yang disukainya."Rey, asyik banget lo!" Seru seorang pemuda di sampingnya.Pemuda yang dipanggil Rey tadi hanya menoleh sekilas lalu menyunggingkan senyum miringnya. Ia tau temannya itu pasti usil jika melihatnya bersenang-senang di klub malam seperti ini. "Yoi bro, asyikin ajalah mumpung masih muda," sahut Reyhan tanpa melihat temannya itu.Ya, dia adalah Reyhan Adhitama. Seorang Direktur Utama PT. Adhitama Group. Perusahaan besar yang terkenal sukses di kalangan pengusaha. Perusahaan keluarga turun temurun yang diwariskan dari kakeknya Adhitama Bagaskara."Tuh baju ganti dul

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status