Share

Bab 4

Author: Indi Giadi
last update Last Updated: 2025-07-18 14:38:38

“Hai Rey, lama tidak bertemu denganmu!” Sapa Aira dengan senyum manis.

Reyhan langsung bergidik ngeri melihat senyum Aira, senyum yang menurut Reyhan terasa seperti ingin menerkamnya.

“Bagaimana Rudi, apakah sudah siap dengan perjodohan anak-anak kita?” Tanya Hendra dengan antusias.

“Ya, kebetulan sekali Reyhan ada di sini sekarang. Rupanya semesta mendukung perjodohan ini,” jawab Rudi sama antusiasnya.

“Bagaimana kabarmu Aira? Kamu terlihat sangat cantik malam ini!” Ucap Melani menyapa Aira.

“Seperti yang tante lihat, kabar Aira baik bahkan jauh lebih baik ketika Aira tahu akan dijodohkan dengan Reyhan,” ujar Aira masih dengan senyum sumringah.

“Kamu memang sangat pantas menjadi istri Reyhan, Aira!” Puji Melani lagi.

Reyhan sudah sangat muak mendengar percakapan itu, sepertinya ia harus pergi sekarang sebelum terlambat.

“Maaf, Reyhan tidak bisa menerima perjodohan ini. Seperti yang mama dan papa ketahui, Reyhan sudah punya calon istri,” ucap Reyhan dengan lantang.

“Apa maksud kamu Reyhan?” Sahut Rudi, ia tidak ingin dipermalukan oleh Reyhan dihadapan Hendra.

Reyhan segera pergi dari ruang tamu untuk menghampiri Nadhira di meja makan. Lebih baik ia pergi saja daripada harus berhadapan dengan Aira yang centil itu.

Reyhan melangkah tergesa-gesa agar segera sampai di meja makan, dan betapa kagetnya ia melihat Nadhira ternyata masih menikmati makanannya. Nadhira terlihat makan dengan nikmatnya menggunakan kedua tangannya, sendok dan garpu sudah tak terlihat lagi di depan Nadhira. Reyhan menggelengkan kepalanya melihat tumpukan tulang ayam di piring Nadhira hingga tidak ada daging sedikit pun yang tersisa.

“Nadhira, lo dari tadi belum selesai makan?” Tanya Reyhan heran.

“Hehehe, sayang lah ini masih banyak makanannya. Gue dari tadi ga bisa makan karena pakai sendok dan garpu! Sekarang sudah ga ada orang jadi bebas mau makan pakai tangan juga,” jawab Nadhira sambil menjilati jari tangannya. Nadhira memang menyingkirkan sendok dan garpu setelah Regina pergi dari meja makan dan meninggalkan dirinya sendirian. Saat itulah ia merasa bisa menikmati makanannya dengan nyaman.

“Cepat cuci tangan lo dan ayo kita pergi dari sini!” ucap Reyhan sedikit membentak.

“Hah? Sekarang?” Tanya Nadhira bingung.

“Udah buruan!” Bentak Reyhan lagi.

Nadhira segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju wastafel. Sayang sekali acara makan malamnya yang nikmat harus diganggu oleh Reyhan.

Reyhan segera menarik tangan Nadhira menuju ruang tamu, ia masih menggenggam tangan Nadhira dan tidak melepasnya.

“Dengan atau tanpa restu dari papa dan mama, Reyhan tetap akan menikah dengan Nadhira! Reyhan pamit!” Ucap Reyhan lantang lalu keluar dari rumah mewahnya, meninggalkan Aira dan Hendra yang masih diam tak percaya dengan ucapan Reyhan.

*****

Reyhan memarkirkan mobilnya di sebuah kafe mewah, tempat biasa dirinya nongkrong dengan Gilang. Saat ini pikirannya sedang sangat lelah, bahkan ia tidak terpikir untuk pulang ke rumah. Melihat kedua orang tuanya membuatnya semakin pusing.

“Kenapa tidak langsung balik ke rumah sakit?” Tanya Nadhira heran ketika tahu Reyhan menghentikan mobilnya di kafe ini.

“Gue pusing, butuh sedikit minum biar lebih rileks,” jawab Reyhan. Ia memang butuh alkohol untuk menenangkan pikirannya.

“Sepertinya, keluarga lo ga suka ya sama gue?” Tanya Nadhira memberanikan diri. Ia tahu karena tatapan tajam keluarga Reyhan ditambah lagi mereka meninggalkan Nadhira begitu saja sendirian di ruang makan.

“Hmm, nyokap gue emang sangat teliti memperhatikan wanita!” Ucap Reyhan.

“Lalu, kenapa lo tidak menikah saja dengan perempuan tadi? Sepertinya orang tua lo suka dengan perempuan tadi. Ia juga cantik dan anggun!” Tanya Nadhira lagi.

“Gue yang ga suka dia!” Jawab Reyhan singkat.

“Silahkan mau pesan apa?” Tanya pelayan kafe mengalihkan percakapan Reyhan dan Nadhira.

“Wine, seperti biasa ya!” Jawab Reyhan.

“Baik, mbaknya mau apa?” Tanya pelayan itu kepada Nadhira.

“Es teh saja mbak,” jawab Nadhira yang kemudian disambut tawa oleh sang pelayan.

“Beri dia milktea saja!” Sahut Reyhan cepat lalu pelayan itu pergi setelah mencatat pesanan Reyhan.

“Memangnya ada yang salah dengan es teh?” Tanya Nadhira ketika melihat ekspresi dari pelayan tadi.

“Nadhira, disini tidak ada es teh!” Jawab Reyhan kesal. Gadis ini membuatnya semakin pusing.

“Padahal es teh kan enak,” jawab Nadhira masih tidak percaya.

“Mana KTP dan data diri lo! Gue mau daftarkan ke KUA!” Ucap Reyhan mengalihkan pembicaraan.

Nadhira segera menyerahkan data diri yang dia bawa kepada Reyhan sebelum lelaki itu berubah menjadi monster yang kejam.

Reyhan menerima KTP Nadhira dan betapa kagetnya ia setelah melihat tahun lahir Nadhira. “Lo masih umur 20 tahun?” tanya Reyhan.

“Iya, kenapa?” Jawab Nadhira bingung.

“Lo udah kelihatan seperti 30 tahun!” Jawab Reyhan jujur yang membuat Nadhira geram.

Reyhan mengerutkan keningnya. Bisa-bisanya ia akan menikah dengan bocah yang bahkan usianya lebih muda daripada adik kandungnya.

*****

Suasana ramai terlihat di hotel Santika, hotel bintang lima yang Reyhan sewa untuk acara pernikahannya dengan Nadhira. Walaupun Reyhan mengadakan acara dengan sederhana dan hanya mengundang sedikit tamu undangan, namun dekorasi pelaminan tetap terlihat sangat mewah. Bau harum bunga semerbak memenuhi seluruh ruangan.

Reyhan sudah siap mengenakan jas putih dan menunggu penghulu datang, seperti permintaan ayah Nadhira, pernikahan ini akan sah menurut agama dan ayah Nadhira sendiri yang akan menikahkan mereka.

“Gila lu bro, akhirnya nikah beneran lo!” Goda Gilang ketika melihat Reyhan sudah siap mengenakan jas pengantin.

“Gue harus totalitas demi jabatan CEO PT. Adhitama Group!” Jawab Reyhan singkat.

“Dapat calon istri cantik lagi, gue juga mau dong! Kalau lo nemu cewek cantik di jalan lagi, kasih tau gue!” tambah Gilang. Awalnya Gilang juga terkejut ketika Reyhan tiba-tiba menyuruhnya untuk membantu mempersiapkan acara pernikahan juga mengurus operasi calon mertuanya. Dan Gilang lebih terkejut lagi ketika tahu calon istri Reyhan adalah Nadhira, perempuan dengan latar belakang yang jauh berbeda dengan Reyhan. Untung saja cantik, begitu batin Gilang ketika pertama kali bertemu dengan Nadhira.

Tak lama kemudian penghulu datang, semua sudah bersiap duduk di meja pelaminan termasuk Affandi, ayah Nadhira. Affandi sudah menjalani operasi pemasangan ring jantung tiga minggu yang lalu dan kini sudah sehat kembali.

Nadhira masih berada di ruang rias pengantin, menunggu waktu untuk keluar setelah akad nikah selesai. Nadhira memperhatikan bayangan dirinya di cermin, dirinya memang terlihat sangat cantik dengan gaun putih yang dikenakannya.

Nadhira memegang jantungnya yang terasa berdetak lebih kencang, ia tidak tahu apakah hari ini adalah hari spesialnya atau tidak, yang jelas mulai hari ini statusnya akan berubah menjadi istri Reyhan.

“Saya terima nikah dan kawinnya Nadhira Rianti binti Affandi dengan mas kawin tersebut, tunai!”

Terdengar suara Reyhan dengan lantang mengucapkan akad nikah. Itu artinya kini saatnya Nadhira keluar untuk menemui Reyhan, suaminya.

Nadhira berjalan perlahan diiringi musik romantis. Detak jantungnya bertambah tak karuan ketika melihat banyak orang di depan sana yang menyaksikan dan menunggu kehadirannya.

Reyhan tercengang ketika melihat Nadhira berjalan perlahan menghampirinya. Tak dipungkiri Nadhira memang terlihat sangat cantik ketika dirias seperti ini, jauh berbeda dari Nadhira sebelumnya. Matanya hampir tak berkedip melihat kecantikan wanita yang kini sudah sah menjadi istrinya itu.

Nadhira menghampiri Reyhan, lalu mencium tangan lelaki itu pertanda ia menghormati lelaki yang sudah menjadi suaminya itu. Nadhira merasakan Reyhan menatapnya begitu lekat, tatapan yang tak pernah Reyhan lakukan padanya sebelumnya, setelah itu Reyhan perlahan mendekatinya dan mencium keningnya lembut. Tak terasa air mata Nadhira luruh, entah kenapa ia merasa terharu. Walau bagaimanapun, pernikahan ini sah dan benar-benar terjadi.

Setelah akad nikah, acara selanjutnya adalah sesi foto bersama. Melani tampak cemberut tidak ikhlas ketika berfoto bersama pengantin dan besannya di pelaminan. Sebenarnya, Melani dan Rudi tetap tidak setuju dengan keputusan Reyhan menikahi Nadhira, namun mereka tidak punya pilihan lain. Reyhan harus segera menikah agar jabatan CEO jatuh pada Reyhan, jadi terpaksa Melani dan Rudi menuruti saja permintaan Reyhan, daripada Reyhan tidak mau menikah sama sekali.

*****

Acara selesai, tamu undangan sudah pulang. Para keluarga dan kerabat juga sudah meninggalkan tempat acara. Kini tersisa Reyhan dan Nadhira saja, berdua menempati salah satu kamar hotel sebagai hadiah pernikahan dari pihak hotel. Mereka mendapatkan hadiah gratis menginap untuk satu malam di malam pertama pernikahan.

Nadhira mengedarkan pandangan pada seluruh ruang kamar, begitu takjub dengan keindahan kamar hotel ini. Jauh berbeda jika dibandingkan dengan kamar di rumahnya. Bahkan, kamar Nadhira mungkin hanya seluas kamar mandi yang ada di kamar hotel ini.

Sebuah ranjang besar berdiri megah di tengah ruangan. Di atas kasur dipenuhi bunga mawar merah membentuk hati, begitu kontras dengan sprei yang berwarna putih bersih. Puluhan lilin kecil juga berjajar di atas kasur, menambah kesan romantis pada kamar ini.

“Cepat bersihkan wajahmu dan ganti pakaianmu!” Perintah Reyhan begitu keluar dari kamar mandi, membuyarkan rasa takjub Nadhira akan kamar ini.

Nadhira baru tersadar dirinya masih mengenakan gaun pengantin yang membuatnya sesak, ditambah lagi ekor gaun yang panjang membuatnya susah bergerak. Ia harus membuka gaun ini sebelum pergi ke kamar mandi, tapi ia kesulitan untuk membukanya karena begitu banyak aksen tali yang ada di punggungnya.

“Tolong bantu gue melepaskan gaun ini!” Pinta Nadhira kepada Reyhan dengan malu-malu. Tidak ada orang lagi selain Reyhan yang bisa membantu.

Reyhan akhirnya mendekati Nadhira untuk membuka ikatan tali di punggung Nadhira. “Ribet amat sih bukanya!” gerutu Reyhan ketika ia sedikit kesusahan untuk membuka ikatan yang banyak itu.

“Siapa juga yang memilihkan baju ini, lo kan yang milih!” Protes Nadhira, memang gaun ini dibeli atas pilihan Reyhan.

Reyhan terdiam, gaun ini memang indah namun ia tidak menyangka jika memakainya harus serumit ini. Perlahan baju Nadhira akhirnya terlepas dan memperlihatkan punggung mulus Nadhira. Nadhira dengan cepat menahan baju di dadanya agar tidak melorot.

“Lo ga pakai daleman?” Teriak Reyhan ketika melihat punggung mulus Nadhira.

“Ga boleh tadi sama yang rias, kelihatan jelek katanya nanti!” Jawab Nadhira malu.

“Yaudah buruan sana ke kamar mandi! Ganti baju lo!” Omel Reyhan lagi.

“Ambilin baju ganti dong di tas gue, gue lupa belum ambil tadi!” Perintah Nadhira lagi, ia tidak mungkin mengambil baju sendiri, tangannya sudah ia gunakan untuk menahan baju kembennya.

Reyhan mengambil tas Nadhira dengan malas. Baru di hari pertama pernikahan saja, gadis ini sudah merepotkannya. Ia membuka tas lusuh Nadhira, ada beberapa pakain di sana. “Baju yang mana?” Tanya Reyhan.

Nadhira hendak menjawab namun diurungkan. Ia tidak mau Reyhan melihat isi tasnya yang juga ada pakaian dalamnya di dalam tas itu. Sungguh ia sangat malu jika sampai Reyhan melihatnya.

“Berikan saja tasnya, biar gue bawa ke kamar mandi!” Jawab Nadhira. Reyhan menurut saja, ia menyerahkan tas itu kepada sang pemilik.

Nadhira sudah memegang tas nya di tangan kanannya, dan tangan kirinya memegang baju di dadanya. Ia hendak melangkah ke kamar mandi namun ekor baju itu ternyata menyusahkannya. Ia melirik Reyhan, lelaki itu memang masih memperhatikannya.

“Apalagi?” Tanya Reyhan ketika sadar Nadhira melirik ke arahnya.

“Bantu aku angkat ekor gaun ini, susah sekali jalannya, berat!” Jawab Nadhira yang lagi-lagi memerintah Reyhan.

Reyhan menuruti permintaan Nadhira dengan menggerutu. Kenapa wanita untuk ganti baju saja seribet itu?

Akhirnya Nadhira sampai juga di kamar mandi, ia merasa lega terbebas dari gaun pengantin yang sesak dan berat itu. Nadhira mengganti bajunya dengan kaos oblong dan celana pendek kesukaannya. Ia juga membasuh wajahnya untuk membersihkan riasan yang dirasa tebal dan berat. Hari ini sangat melelahkan dan ia berencana untuk segera tidur di kasur yang terlihat empuk tadi.

Nadhira membuka pintu kamar mandi, hendak bersiap untuk tidur di kasur yang nyaman itu namun betapa terkejutnya ia ternyata Reyhan sudah lebih dulu terlelap di atas kasur itu. Jika Reyhan tidur di sana, lalu ia harus tidur dimana? Apakah dirinya harus tidur satu ranjang bersama Reyhan?

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 12

    Reyhan sampai rumah lebih awal, ia kepikiran untuk mencari rumah yang akan ditinggalinya dengan Nadhira, siang ini ia berniat mengajak Nadhira keluar untuk memilih rumah yang diinginkan. "Reyhan tumben kok jam segini sudah pulang? Pasti kamu masih sakit ya?" tanya Melani heboh ketika melihat Reyhan yang sudah di rumah sebelum jam 3 sore. "Engga kok ma, Reyhan ada janjian rapat dengan klien sore ini di kafe dan Reyhan mau mengajak Nadhira," jawab Reyhan yang lagi-lagi berbohong. Ia masih belum siap berkata jujur kepada mamanya itu tentang rencananya pindah rumah. "Kenapa harus mengajak Nadhira? Biasanya juga sendiri," protes Melani. "Karena klien juga membawa keluarganya," jawab Reyhan santai. "Tapi benar kan kamu sudah baikan?" tanya Melani lagi, memastikan anaknya itu benar-benar dalam kondisi baik. "Ya ma, mama ga perlu khawatir!" jawab Reyhan lalu segera menuju kamarnya. Reyhan membuka pintu kamar, kamar dalam kondisi gelap dan sepi. Kemana Nadhira? Reyhan dengan sega

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 11

    Reyhan duduk di meja kerjanya, rapat dengan dewan direksi baru saja usai. Sebenarnya ia masih sedikit pusing, namun rapat ini penting untuk dirinya sehingga ia memaksakan diri untuk berangkat ke kantor. Tiba-tiba ponsel Reyhan berbunyi, Reyhan melirik ke layar ponsel, ternyata mamanya yang menelpon. "Reyhan, kamu sakit apa nak?" Tanya Melani sesaat setelah Reyhan mengangkat teleponnya. "Reyhan ga sakit kok ma!" jawab Reyhan sedikit berbohong. "Nadhira bilang semalam kamu muntah-muntah, apa sekarang sudah sembuh?" Tanya Melani lagi masih panik. "Oh, cuma muntah sedikit saja ma, sekarang sudah baikan," jawab Reyhan santai, ternyata Nadhira yang mengadukan kepada mamanya. "Pasti karena semalam kita makan masakan Nadhira itu, pantas saja mama juga merasa sedikit mual. Pasti Nadhira tidak bersih masaknya. Gitu kok dibilang enak!" omel Melani malah menyalahkan Nadhira. "Bukan ma, semalam Reyhan beli nasi goreng super pedas, jadinya perut Reyhan terasa panas, akhirnya muntah-mu

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 10

    Nadhira memandangi tubuh Reyhan yang tidur lelap, entah berapa botol yang diminum pria itu hingga tak sadarkan diri. Nadhira jadi tidak bisa tidur, namun ia hanya mondar-mandir tidak tahu apa yang hendak dilakukan hingga akhirnya ia tertidur di atas ranjang bersama Reyhan. Hueekk hueekk Nadhira terbangun setelah mendengar suara orang muntah-muntah. Ia baru sadar bahwa dirinya tertidur di atas ranjang bersama Reyhan, Nadhira mengucek matanya dan melihat jam dinding yang ternyata masih jam 3 pagi."Ngapain lo tidur di sini? hueekk huekkk!" omel Reyhan sambil muntah-muntah."Ih jorok banget sih lo! muntah di kamar mandi kek!" protes Nadhira yang baru sadar bahwa Reyhan yang muntah-muntah."Gue mual banget!" jawab Reyhan.Nadhira akhirnya turun kasur untuk mengambilkan minum Reyhan. Reyhan langsung menerima air dari Nadhira dan meminumnya."Minggir sana, gue mau beresin nih sprei!" Perintah Nadhira ketika melihat sprei yang penuh muntahan Reyhan."Ga perlu, nanti biar bi Surti yang memb

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 9

    "Gue mau bikin perjanjian sama lo!" ucap Reyhan yang membuat Nadhira bingung."Perjanjian apa?" Tanya Nadhira."Peraturan dalam rumah tangga kita!" Jawab Reyhan tegas.Peraturan rumah tangga? Sebenarnya Nadhira ingin tertawa mendengar perkataan Reyhan. Apakah hubungannya dengan Reyhan ini masih bisa disebut dengan rumah tangga?"Peraturan apa itu?" Tanya Nadhira lagi."Tunggu sebentar!" ucap Reyhan lalu berjalan menuju meja di samping tempat tidurnya. Ia membuka laci meja dan mengambil dua lembar kertas beserta dua pulpen di sana. "Sekarang tulis aturan apa saja yang lo inginkan dalam pernikahan kontrak kita ini! Gue juga nulis di kertas ini!" ucap Reyhan menjelaskan kepada Nadhira.Nadhira menerima kertas tersebut, ia berpikir sejenak apa yang akan ia tulis di kertas itu. Nadhira melirik ke arah Reyhan, rupanya pria itu sudah sibuk menulis, kertasnya sudah hampir penuh. Nadhira segera menulis di kertas miliknya sebelum Reyhan protes karena kertasnya kosong."Gue sudah selesai!" ucap

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 8

    Reyhan mengguyur tubuhnya, berharap dinginnya air bisa menghilangkan rasa lelah yang dirasakannya. Setelah selesai mandi, ia keluar dari kamar mandi dan menemukan secangkir kopi sudah tersaji di atas meja. Reyhan menyunggingkan senyum tipisnya, pasti Nadhira yang meletakkan kopi di sana. Namun sosok wanita itu tidak ada di kamar, kemanakah perempuan itu? Reyhan menyeruput kopinya, ternyata rasanya lezat. Berbeda dengan kopi yang biasa dibuatkan oleh pembantunya. Reyhan kemudian berjalan keluar kamar, mencari keberadaan istrinya itu. Reyhan tertegun ketika menemukan Nadhira, ternyata Nadhira berada di dapur, memasak bersama para pembantunya. "Kamu lihat kan Reyhan tingkah istrimu itu?" Tanya Melani mengagetkan Reyhan yang sedang memperhatikan Nadhira dari jauh. "Ada apa ma?" Jawab Reyhan santai. "Dia itu lebih senang bergaul dengan pembantu daripada dengan mama atau Regina," Keluh Melani. "Oh ya? mungkin karena Nadhira masih baru di rumah ini. mungkin masih canggung ma," jawa

  • Dinikahi Sang Pewaris Tahta   Bab 7

    Nadhira meregangkan tubuhnya, ia tak menyangka jika menyiram tanaman saja rasanya sangat melelahkan. Apalagi taman di rumah Reyhan cukup luas. "Sudah non, biar saya saja yang membereskan," ucap Bi Imah ketika melihat Nadhira akan membereskan peralatan taman. "Eh ga papa Bi, biar saya bantu," ucap Nadhira tersenyum ramah. "Tuan Reyhan beruntung sekali punya istri yang cantik dan ramah seperti non Nadhira," puji Bi Imah. "Aduh bibi, bisa aja!" jawab Nadhira malu-malu. "Sudah, non Nadhira masuk saja. Ini sudah siang, nanti saya akan kirimkan makan siang ke kamar tuan Reyhan," ucap Bi Imah. "Lho, apa ini sudah waktunya makan siang bi?" tanya Nadhira heran. "Belum non, maksudnya saya dan yang lain mau masak dulu, nanti kalau sudah siap saya antar ke kamar," jawab Bi Imah sambil tersenyum. "Bolehkah aku bantu masak bi?" Tanya Nadhira antusias mendengar ucapan Bi Imah. "Eh jangan non, ini sudah tugas kami sebagai ART di rumah ini. Non Nadhira tidak perlu repot-repot," tola

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status