Share

Dipinang Kakak Angkat
Dipinang Kakak Angkat
Author: Cacavip

1). Mempelai Pengganti

***

"Yudistira kabur."

Bagai disambar petir di siang bolong, itulah yang dirasakan Elliana setelah sebuah informasi buruk didapatkannya dari Athlas—sang papa yang kini berdiri persis di depannya.

Sudah cantik dengan kebaya putih juga sanggul bahkan siger, hari ini Elliana seharusnya menikah dengan Yudistira sang kekasih. Menyiapkan pesta selama dua bulan, acara siap digelar di sebuah hotel berbintang dan tanpa ada hambatan, semua berjalan dengan lancar sampai akhirnya beberapa waktu lalu—tepat pukul setengah sembilan, Elliana dihampiri kedua orang tuanya yang datang untuk memberikan kabar buruk.

Sang calon suami dan kedua orang tuanya tak kunjung datang.

Itulah kabar yang didapatkan Elliana dari kedua orang tuanya dan tentu saja hal tersebut membuat moodnya memburuk. Hampir menangis karena rasa takut yang datang menghampiri, Elliana berusaha bersikap tenang kemudian menunggu sang papa melakukan konfirmasi sampai akhirnya setelah beberapa menit berlalu,  pria itu kembali.

Bukan membawa kabar baik tentang Yudistira yang mungkin saja terjebak macet, sang papa justru datang memberikan kabar buruk tentang sang calon suami yang katanya kabur dan tak hanya Elliana, orang-orang di dalam kamar pun ikut terkejut usai mendengar pernyataan tersebut.

"Ka-kabur?" tanya Elliana dengan kedua mata berkaca-kaca. "Kabur gimana maksud Papa? Jangan bercanda deh, ini enggak lucu."

"Ya kabur, pergi," kata Pria itu dengan rahang yang juga mengeras karena tentu saja sekarang dia emosi. "Barusan Papa berhasil hubungin Papanya Yudis dan beliau bilang anak sialannya enggak ada. Enggak tahu kapan pergi, tapi yang jelas pagi-pagi banget dia udah enggak ada dan salah satu kopernya hilang."

"Enggak," sanggah Elliana sambil menggeleng. "Yudistira enggak mungkin kabur, Pa. Dia enggak mungkin pergi. Dia pasti datang karena dia mau nikahin aku. Dia udah janji dan-"

Tak selesai bicara, Elliana lebih dulu menangis dan tak lagi berdiri, perempuan itu kini duduk di ujung kasur dengan rasa sedih yang tentu saja datang. 

Ditinggal kabur sang calon suami, demi apa pun Elliana tak menyangka jika hal tersebut akan terjadi padanya karena hubungan dia dan Yudistira selama ini sangat baik. Meskipun awalnya dia dan pria itu dijodohkan, rasa cinta sudah lama muncul dan tak sebentar, hubungan mereka pun sudah berlangsung dua tahun sehingga sakit rasanya ketika sekarang—tepat di hari pernikahan mereka, sang calon suami pergi.

"Yudis ke mana, Ma? Dia enggak mungkin kabur," lirih Elliana yang kini tengah ditenangkan oleh sang mama, sementara sang papa sendiri sibuk membicarakan semuanya dengan anggota keluarga yang lain karena kaburnya calon suami Elliana jelas bukan masalah sepele. "Dia udah janji buat nikahin aku bahkan semalam dia masih hubungin aku. Coba tanya lagi, Ma, siapa tahu ada sesuatu terjadi sama Yudis."

"Tenang ya, sayang, kamu jangan nangis. Papa lagi coba cari solusinya dan Papa pasti lakuin yang terbaik. Jangan nangis ya."

"Gimana aku mau tenang kalau calon suami yang harusnya nikahin aku, enggak ada, Ma?" tanya Elliana. "Mau taruh di mana muka aku kalau orang-orang tahu aku ditinggal nikah sama calon suami aku."

Tak tahu harus menjawab apa, perempuan di samping Elliana itu hanya bisa menenangkan Elliana hingga sang suami yang pergi beberapa menit lalu untuk membicarakan semuanya, kembali dan tak diam, pria itu berkata,

"Papa udah hubungin Papanya Yudis lagi buat pastiin dan sampai sekarang Yudistira enggak ada," kata Athlas. "Barusan Papa bicarain semuanya sama keluarga besar dan mereka kompak minta Papa buat terus lanjutin pestanya karena nama baik keluarga kita dipertaruhkan kalau sampai pesta pernikahan Elliana batal. Tamu yang datang juga udah banyak."

"Mau lanjutin gimana kalau Yudistira aja enggak ada, Pa?" tanya Elliana. "Dia yang harusnya nikahin aku dan seka-"

"Kakak siap gantiin Yudistira."

Belum selesai Elliana bicara, seorang pria lebih dulu buka suara—membuat atensi dia juga kedua orang tuanya tentu saja beralih. Bukan orang lain, pria berkemeja batik tersebut adalah Sagara—kakak angkat Elliana yang kini berdiri dengan raut wajah serius.

Bukan sembarang kakak angkat, Sagara sudah lama memiliki perasaan cinta pada Elliana dan tentunya tak sekadar menyimpan, pria itu sempat pula menyatakan cintanya pada sang adik angkat. Namun, ditolak karena Elliana hanya menganggapnya sebagai kakak. Tak lebih.

"Maksud Kakak apa?" tanya Elliana. 

"Ya karena Yudistira kabur dan kamu harus tetap menikah, Kakak siap gantiin dia buat nikahin kamu," ucap Sagara. "Kita bukan saudara sedarah dan khalayak ramai tahu status kita. Jadi  aku pikir enggak masalah kalau kit-"

"Enggak!" tolak Elliana dengan segera. "Kakak enggak bisa nikahin aku karena kita saudara. Aku sama kakak emang enggak ada hubungan darah, tapi aku udah anggap kakak seperti kakak kandung aku sendiri. Jadi mustahil kalau kita nikah. Jangan ngaco deh, Kak."

"Kenapa ngaco?" tanya Sagara. "Sekarang kakak tanya, kamu mau menikah sama siapa kalau Yudis enggak ada? Apa kamu enggak dengar ucapan Papa barusan? Nama baik keluarga besar kita tercoreng kalau pesta pernikahannya batal dan-"

"Aku enggak mau, Kak!" tolak Elliana lagi. "Aku enggak mau permalukan keluarga besar aku, tapi aku juga enggak mau nikah sama Kakak. Kita saudara, Kak, dan kit-"

"Bukan kandung," potong Athlas yang sejak beberapa detik lalu mencerna tawaran Sagara yang menurutnya bisa jadi solusi. "Saran Sagara menurut Papa cukup baik karena kamu sama dia bukan saudara kandung dan orang-orang tahu itu. Daripad batalin pesta, mendingan kamu nikah sama Kak Sagara dan-"

"Pa," desah Elliana. "Aku-"

"Ide bagus." Belum selesai Elliana buka suara, sebuah pendapat diberikan seorang pria yang tak lain adalah sang Paman. "Karena cari pengantin pengganti itu susah, enggak buruk kalau Sagara yang menikahi kamu. Dia baik dan kita semua tahu bagaimana tingkah laku Sagara. Jadi enggak ada salahnya kamu terima pertolongan Kakak kamu. Enggak mau, kan, bikin nama besar keluarga kita tercoreng? Bukan cuman nama keluarga besar, tapi nama kamu pun akan ikut jelek bahkan mungkin orang-orang akan meledek kamu Elliana. Mau emangnya?"

Tak menjawab, Elliana hanya memandang sang paman dengan perasaan yang tentu saja bingung hingga beberapa pernyataan dari anggota keluarga besarnya yang hampir semua mendukung Sagara membuat dia tentu saja terjepit.

Tak langsung menjawab, pada akhirnya Elliana meminta waktu pada semua orang agar dibiarkam sendiri di dalam kamar dan karena waktu terus berjalan, Elliana hanya diberikan kesempatan selama lima menit untuk berpikir.

"Ya Allah aku harus apa?" tanya Elliana setengah mendesah. "Aku cinta sama Yudistira, tapi aku juga sakit hati atas apa yang dia lakuin. Menikah dengan Kak Gara ... itu juga terlalu enggak masuk akal, tapi aku juga enggak punya opsi lain karena cuman dia harapan aku sama keluarga."

"Ah, aku harus apa?!"

Waktu lima menit akhirnya habis, Elliana dengan segera membuka pintu dan apa yang dia lakukan tentu saja menarik perhatian semua orang terutama sang papa yang kini langsung menghampiri untuk kemudian bertanya,

"Gimana Elliana, mau enggak kamu nikah sama Kak Sagara?"

"Iya aku mau, tapi aku juga punya syarat yang mau diajuin dan aku harap Papa setuju."

Mendengar ucapan sang putri, pria di depan Elliana tersebut tentu saja mengerutkan kening dan tanpa banyak menunda, dengan segera dia bertanya,

"Syarat apa memangnya?"

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Dwi MaRITA
ini skuel kisah sapa yak? #mom maap... baru donlot aplikasi ...
goodnovel comment avatar
Cacavip
alafyu too wkwkwk
goodnovel comment avatar
Dewi Dewi Dewi
eh ada anaknya bang peta disini eh pak atlas maksudnya ... gara, i Miss you ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status