Share

Jual Beli

Author: Kaya Raya
last update Last Updated: 2025-11-05 16:54:04

"Kamu... masih perawan?"

Philia mengangguk pelan. Jemarinya mencengkram ujung kaus yang ia pakai dengan gemetaran.

Tubuhnya menggigil karena rintik hujan sepanjang malam yang menghajar tubuhnya sejak tadi, membuatnya yang sudah rapuh semakin runtuh.

Julian, mucikari kelas kakap di Amore Bar dimana Philia berada tersenyum miring, seperti baru saja menemukan berlian di tumpukan debu.

"Mau dilepas berapa?" Tanyanya, dengan seringai kecil mengerikan.

Philia tak menjawab. Matanya kosong, tapi sorotnya menyimpan badai yang bergemuruh.

Di dalam kepalanya hanya ada dua alasan untuk melakukan semuan ini. Yakni bayangan sosok ibunya yang terbaring di kasur rumah sakit, serta bayangan ayahnya yang tengah meringkuk di penjara tanpa mampu mengajukan banding apalagi menyewa pengacara untuk meringankan kasusnya.

Philia tidak boleh gentar, tidak boleh menyerah. dengan yakin ia merogoh saku tasnya lalu mengeluarkan sebuah lembar tagihan rumah sakit. Ia membuka kertas itu, lalu membacanya.

"20.585.500." Jawabnya, sesuai angka tagihan pengobatan ibunya.

Mucikari itu tersenyum miring, sebuah angka yang murah bagi "ikan segar" seperti dirinya.

"Boleh tambah 2.500.000? Saya bisa kerja lebih banyak."

"Karena saya butuh uang." Lirihnya.

Julian mengangguk, sembari menjilat bibirnya dengan rakus.

"Jangankan nambah segitu, lebih juga boleh kalo kerja kamu oke."

"Tapi sebelumnya, saya tes dulu. Takutnya kamu perawan bodong." Julian maju, dan membuat Philia mundur ketakutan.

"EEh, gak usah takut."

"Yang meriksa si Mamih, cuma diraba. Semua harus jelas, kalo ternyata kamu janda ngaku gadis gimana?" Julian mengode Maya, "Mamih" di sana untuk memeriksa keperawanan Philia.

Mamih sendiri ditujukan kepada seseorang yang bertugas mengurus para tunasusila ini, dari mulai mengatur pakaian, riasan, sampai cara kerja yang baik dan benar.

Dan, meskipun takut namun Philia menurut. Ia dibawa ke ruangan lain, untuk diperiksa luar oleh Maya. Pemeriksaanya juga hanya diraba dan didorong dengan satu jari, saat sempit dan ada penghalang, tandanya benar selaput itu masih tersegel.

"Aman." Ujar Maya kepada Julian, mereka mengode dengan jempol tanda barang ini bagus sekali.

"Mulus, bersih, kasih naik harga aja boss." Bisik Maya.

Julian mengangguk paham.

"Oke..langsung dandanin dan kasih dia baju paling bagus. Saya tawarin malam ini juga, mumpung lagi rame." Titahnya yakin.

Dan, di ruangan inilah Philia kini berada. Sebuah kamar kecil dengan deretan gaun malam yang seksi dan mencolok mata. Sepertinya, ini adalah ruang ganti untuk para pekerja di sini.

"Pakai baju ini, cepetan ya. Tamu lagi rame, Mami banyak kerjaan." Maya menyerahkan sebuah gaun tanpa lengan yang bagian punggungnya terbuka.

Gaun itu lembut, harum dan berkilauan.

Philia menyentuh gaun itu ragu. Seterbuka ini? Jujur, ia malu.

"Hey, buruan! Mami mau kerja lagi, kamu ganti baju dulu sana!" Titahnya, nada bicaranya agak meninggi dan membuat Philia takut.

Tidak mau membuat orang-orang ini marah, akhirnya Philia bergegas mengganti pakaiannya di ruangan tersebut. Satu persatu baju lusuhnya ditanggalkan, berganti dengan dres hitam berkilau ini.

Sesaat ada rasa malu, namun detik berikutnya Philia kembali tegar dan yakin dengan pilihan hidupnya. Demi ayah dan ibunya, dan demi menyelesaikan masalah yang menyergap kebahagiaannya.

Hitungan menit, riasan mencolok sudah bercokol di wajahnya. Alis yang melengkung tebal, bulu mata yang lentik dan panjang, eyeshadow berkilauan, serta bibir yang merah ranum nampak asing di mata Philia.

Gadis itu menatap cermin, menatap sosok manusia putus asa yang sangat hina. Benarkah malam ini ia akan menyerahkan kesuciannya? Benarkah malam ini adalah hari terakhir ia menjaga marwahnya?

"Gak usah takut, diperawanin gak sesakit kelaparan karena gak punya uang." Ujar Maya, menyadari bahwa Philia sempat ragu dengan pilihannya.

"Kalo ada yang mau beli perawan kamu dengan harga mahal, bagus. Karena jaman sekarang, perawan itu murah-murah. Gratis juga banyak."

"Semoga kamu laku besar, enak kok.. tinggal tidur doang bisa dapet duit." Ujarnya sembari berlalu.

Philia termenung, meresapi kalimat Maya yang ada benarnya. Sesakit-sakitnya kehilangan keperawanan.. lebih sakit lagi hidup miskin tanpa uang sama sekali.

Lagipula untuk apa mempertahankan kesuciannya? Toh Philia tidak pernah berminat untuk menikah suatu hari nanti. Daripada sia-sia, lebih baik ia jual saja.

CKLIK!!

Pintu ruangan saat itu terbuka, berbarengan dengan Julian yang masuk sembari bertelepon.

"Barang bagus boss, masih muda.. yah 20 tahunan lah. Masih kuliah dia, cuma nunggak..makanya mau jual perawan." Julian bertelepon, sembari masuk dan memeriksa kondisi Philia.

Apakah kondisinya sudah siap jual atau belum. Ternyata, sudah siap. Gadis itu nampak cantik dan pangling, berbeda sekali dengan kondisinya saat pertama kali datang ke sini.

"Wah, kalo barang sih dijamin ORI pabrikan, boss."

"Masih gress, pulen, barang bagus ini.. saya gak pernah nawarin yang begini, biasanya langsung diambil pejabat."

"Gimana? 35 juta angkut ya? Garansi lima hari, bebas pakai asal bayar di muka."

Philia membelalak, mendengar angka yang disebutkan sangat jauh dari harga yang ia sebutkan.

"Gimana? Angkut gak? Kalo deal, saya bawa sekarang juga nih." Julian menatap Philia, lalu mengangkat alis tanda bahwa ia punya kabar bagus.

"Gimana boss? Hah? mau tanya dulu? Ah.. jangan lama-lama boss, cepet laku nih. Kalo boss gak ambil sekarang, saya jual sama yang lain ya?" Ancam Julian.

Sebuah trik murahan.

Pria kurus itu terus menawar, mencoba memberikan banyak penawaran yang menguntungkan dua belah pihak. Namun sepertinya keputusan pihak sana masih sama yakni ingin diskusi dulu.

Dengan kesal, Julian mematikan panggilan tersebut.

"Hah, dasar cowok miskin. Duit segitu doang pake mikir-mikir. Padahal ini kan barang bagus!" Julian bersungut-sungut kesal, karena kesepakatan di depan mata justru harus tertunda.

Ia duduk di atas kursi, membakar rokok dan menghembuskan asapnya ke udara untuk mengusir kesal.

Malam itu, hujan di luar terasa makin deras. Dan di tengah dinginnya udara, ada seorang gadis yang gelisah menunggu hasil kesepakatan yang dijanjikan calon pembelinya.

Dan, entah doa siapa yang dikabulkan, ponsel Julian kembali berdering. Dengan gerakan cepat, pria itu langsung mengangkat panggilan.

"Boss, gimana? Deal gak?" Tanya Julian, tidak sabar. Netranya berbinar, lidahnya menjulur, ujung bibirnya basah dan wajahnya sumringah ketika mendengar jawaban dari seberang sana.

"45 juta? Pemakaian seminggu?"

"DEAL!!!" Ucapnya, membuat Philia sontak menegang.

Jadi, ia sudah laku? Ia benar-benar akan menyerahkan kesuciannya?

Siapa orang itu? Bagaimana perangainya dan.. apakah Philia mampu melewati malam ini dengan baik-baik saja?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dosen Penyewa Rahimku   Dia Masa Laluku

    "Lo tau nama gue? Lo kenal sama gue?" Tatapan Timur menusuk, penuh keraguan yang perlahan berubah jadi kejutan. "Tunggu, nama lo siapa tadi?" Pemuda itu mengangkat wajah Philia yang menunduk dengan jari telunjuknya. "Philia, kan?" Ia mengamati wajah itu dengan seksama. Mata yang bulat seperti kelereng, hidung yang mungil dan bibir yang tipis. Rasanya begitu familiar. Semakin dilihat, semakin mirip. Dan, idak salah lagi.. ia adalah... "Philia… Diana Miska?" Panggil Timur dengan suaranya terdengar dingin, tapi juga getir. Philia memejamkan mata, air matanya jatuh begitu saja dari kelopak matanya yang berpoleskan eyeshadow murahan. Ia tak bisa lagi menghindar. Perlahan ia mengangguk, meski tubuhnya bergetar hebat. DAR!!!! Petir besar menyambar, membuat hasrat Timur yang sudah meninggi mendadak terjun ke inti bumi. Sial. Bathinnya. Timur terkekeh, nada tawanya hambar dan penuh luka. Ia memutar tubuhnya sebentar, lalu meneguk langsung sisa wine dari botol. "Gila..

  • Dosen Penyewa Rahimku   Saling Mengenal

    Pintu apartemen tertutup, menandai dimulainya malam panjang yang mungkin akan penuh tantangan. Philia berdiri di ambang pintu meremas jemarinya sendiri dengan perasaan gusar. Ia masih berdiri di sana, kaku sekali. "Masuk." Titah Timur. Dengan gerakan canggung, Philia beranjak dari ambang pintu, berjalan menuju area tengah apartemen tersebut. Nampak Timur berjalan sempoyongan, menuju lemari pendingin guna membawa sebotol minuman keras untuk menemani malam yang panjang ini. CKLAK!! Timur membuka tutup botol wine dengan gerakan kasar, lalu menuangkannya ke gelas kristal yang sudah menunggu di atas meja. Dalam sekali teguk, cairan merah itu langsung habis, meninggalkan noda di sudut bibirnya. Sorot matanya semakin berat, campuran antara mabuk dan luka yang tak kunjung sembuh. Ia meletakkan gelas dengan suara kencang di atas meja, lalu berdiri mendekati Philia. Tatapannya menelisik tubuh gadis itu dari ujung rambut hingga kaki. "Jangan cuma berdiri. Saya bayar mahal, jadi j

  • Dosen Penyewa Rahimku   Malam Pertemuan

    Gemercik air hangat yang menetes lewat shower kamar mandi terdengar merdu, memecah keheningan malam yang semakin larut. Di atas kloset duduk yang tertutup, seorang pria tengah menengadah sembari terengah-engah. Matanya terpejam, menikmati hangatnya kamar mandi yang sunyi.Tetesan air terdengar merdu, mengiringi erangan kecil yang terus keluar dari bibirnya tiap kali jemarinya menari-nari di bagian bawah tubuhnya. Namun, sudah bermenit-menit jemarinya menari-nari di sana, kepuasan itu tidak kunjung tiba. Timur, pemuda itu berdecak sebal sembari menyugar rambutnya. Sungguh, usaha yang sia-sia. Sudah berapa kali ia melakukan cara ini untuk memuaskan hasratnya, namun tidak pernah ia merasakan kenikmatan sekalipun. Seolah tiap puncak yang ia raih, hanyalah sebuah uji coba yang tidak ada untungnya. Meskipun ia sudah memancingnya dengan menonton video dewasa, namun tetap saja tiada yang bisa menandingi nikmatnya melakukan semua itu secara langsung. Timur, ia bukanlah bujang lapuk yang

  • Dosen Penyewa Rahimku   Jual Beli

    "Kamu... masih perawan?"Philia mengangguk pelan. Jemarinya mencengkram ujung kaus yang ia pakai dengan gemetaran.Tubuhnya menggigil karena rintik hujan sepanjang malam yang menghajar tubuhnya sejak tadi, membuatnya yang sudah rapuh semakin runtuh.Julian, mucikari kelas kakap di Amore Bar dimana Philia berada tersenyum miring, seperti baru saja menemukan berlian di tumpukan debu."Mau dilepas berapa?" Tanyanya, dengan seringai kecil mengerikan.Philia tak menjawab. Matanya kosong, tapi sorotnya menyimpan badai yang bergemuruh.Di dalam kepalanya hanya ada dua alasan untuk melakukan semuan ini. Yakni bayangan sosok ibunya yang terbaring di kasur rumah sakit, serta bayangan ayahnya yang tengah meringkuk di penjara tanpa mampu mengajukan banding apalagi menyewa pengacara untuk meringankan kasusnya. Philia tidak boleh gentar, tidak boleh menyerah. dengan yakin ia merogoh saku tasnya lalu mengeluarkan sebuah lembar tagihan rumah sakit. Ia membuka kertas itu, lalu membacanya."20.585.500

  • Dosen Penyewa Rahimku   Gadis Putus Asa

    Tes...tes...tes... Hujan di malam itu belum reda, justru rintiknya semakin deras menghantam aspal jalanan. Dari atas jembatan, seorang gadis pecundang memandang nanar kendaraan yang berlalu lalang di bawah sana. Entah akan kemana tujuan mereka semua, yang jelas sama seperti dirinya yang juga punya tujuan. Tapi, bedanya tujuan gadis ini adalah sebuah kematian. Ia mencengkeram kencang pagar pembatas, merasakan dinginnya besi lengkap dengan baunya yang khas. Philia Diana Miska, gadis berusia 24 tahun itu harus menghadapi kenyataan pahit bahwa ia tercipta sebagai manusia gagal segalanya. Ayahnya dipenjara, namun bukan karena kesalahannya sendiri. Tapi karena membela dirinya yang hampir dirudapaksa oleh seseorang, preman pasar yang mabuk di malam sial itu. Pria itu dibunuh di depan matanya sendiri, oleh sosok pria yang selama ini mengayomi dan menyayangi dirinya. Tak main-main, Ayahnya dijatuhi hukuman mati karena terbukti melakukan tindakan pembunuhan berencana. Sementara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status