Home / Romansa / Dosen Penyewa Rahimku / Malam Pertemuan

Share

Malam Pertemuan

Author: Kaya Raya
last update Last Updated: 2025-11-05 16:59:11

Gemercik air hangat yang menetes lewat shower kamar mandi terdengar merdu, memecah keheningan malam yang semakin larut.

Di atas kloset duduk yang tertutup, seorang pria tengah menengadah sembari terengah-engah. Matanya terpejam, menikmati hangatnya kamar mandi yang sunyi.

Tetesan air terdengar merdu, mengiringi erangan kecil yang terus keluar dari bibirnya tiap kali jemarinya menari-nari di bagian bawah tubuhnya.

Namun, sudah bermenit-menit jemarinya menari-nari di sana, kepuasan itu tidak kunjung tiba.

Timur, pemuda itu berdecak sebal sembari menyugar rambutnya. Sungguh, usaha yang sia-sia.

Sudah berapa kali ia melakukan cara ini untuk memuaskan hasratnya, namun tidak pernah ia merasakan kenikmatan sekalipun. Seolah tiap puncak yang ia raih, hanyalah sebuah uji coba yang tidak ada untungnya.

Meskipun ia sudah memancingnya dengan menonton video dewasa, namun tetap saja tiada yang bisa menandingi nikmatnya melakukan semua itu secara langsung.

Timur, ia bukanlah bujang lapuk yang kebelet kawin. Justru ia adalah duda muda, cerai mati dengan status anak satu. Usianya baru 26, dan libidonya sedang tinggi-tingginya.

Sayang, ia harus kehilangan belahan jiwanya secepat itu.

DRRT...

DRRRT...

Getar ponsel Timur membuyarkan lamunannya. Pemuda itu bangkit, lantas menuju wastafel untuk membasuh wajahnya yang kusut.

DRRT.. DRRRT.. Ponsel itu terus bergetar, membuat Timur kesal bukan main. Lagipula siapa yang berani meneleponnya malam-malam begini?

Dengan langkah lunglai, pemuda yang bertelanjang dada itu berjalan mendekati tempat tidur. Diraihnya benda pipih tersebut, ternyata ada nama Raka di sana.

Ya, Raka adalah sahabat sekaligus rekan kerjanya di kampus dulu. Timur sendiri adalah seorang dosen dan akademisi muda di bidang ekonomi. Namun setelah kematian Alana sang istri, ia memutuskan untuk resign sejenak.

cklik! Panggilan itu terhubung.

"Ngapain telepon gue malem-malem?" Ketus Timur.

"Gue udah resign dari kampus, gak usah nanyain kerjaan." Tolaknya.

"Bukan soal kerjaan, Tim. Tapi gue mau nawarin cewek." Ujar Raka, membuat Timur memutar bola matanya enggan.

Lagipula sudah ratusan kali Raka menawari jasa perempuan untuknya, tapi ia selalu menolak.

"Gak, gue gak minat. Gue matiin ya." Ancam Timur. Namun, jawaban Raka selanjutnya justru membuat Timur tertegun.

"Masih perawan, anak kuliahan, gak punya duit buat bayar semesteran makanya itu perawannya mau dijual."

"Tim, ini bukan soal pengkhianatan.. tapi soal kepuasan bathin manusia."

"Lo masih muda, libido masih tinggi, duit juga banyak.. gak usah sia-siain kesempatan, Tim." Ucap Raka, meyakinkan.

Timur sempat ragu sesaat, merasa semua itu tidak perlu untuknya. Namun penawaran Raka.. boleh juga.

"Virgin?" Ulangnya.

Raka mengangguk. "ORI, belum pernah dijamah orang."

"Gimana? Kalo mau, gue OK in sekarang." Tanya Raka.

Timur menghela napas pelan, sejujurnya ia malas harus bermesraan dengan perempuan lain, tapi hasrat yang terkungkung selama sebulan ini rasanya terlalu berat untuk ditahan lagi.

"Yaudah, bawain dia ke sini." Putus Timur.

**

Philia menatap gedung apartemen yang menjulang tinggi di hadapannya dengan tatapan kagum. Sungguh, selama ia lahir dan besar di Jakarta, tidak pernah sekalipun ia masuk ke gedung-gedung tinggi itu.

Tapi sekarang, ia justru diantarkan ke salah satu unit di atas untuk transaksi yang di luar akal sehat.

"Dia bayar kamu mahal, saya cuma kebagian dikit nih. Layani dia dengan baik, minta ganti gaya apapun harus nurut!" Julian mewanti-wanti, membuat Philia bergidik ngeri.

Jujur, semua ini adalah pengalaman pertamanya. Bagaimana mungkin ia yang bahkan pacaran saja tidak pernah, harus bercumbu dengan lelaki gila yang mau membeli kesuciannya seharga 45 juta?

"Heh, ngerti gak kamu?"

"Layani dia sebaik mungkin! Harus agresif, harus binal! Jangan malu-malu, kalo sampai klien gak puas...kamu harus ganti rugi tiga kali lipat!" Ancam Julian.

Philia menelan ludah pahit, gawat. Seratus ribu saja ia tidak punya, bagaimana mungkin mengganti 45 juta dikali tiga?

"Baik, Bang." Janjinya.

Julian mengangguk puas. "Oke, ayo naik ke, atas." Ajaknya.

Keduanya lalu berjalan menuju lift, menunggu benda besi itu membawa mereka naik ke lantai 20 dimana unit apartemen calon pembeli berada.

**

TRINK!!! Pintu lift itu terbuka, Julian, Philia dan beberapa orang keluar bersamaan di lantai 20 apartemen Morison, Jakarta Selatan.

Karpet merah membentang di sepanjang koridor, membawa Julian dan Philia ke sebuah unit apartemen nomor 315.

"Ini tempatnya. Inget, harus BINAL!" Ujar Julian, kembali mengingatkan kata kunci yang merupakan inti utama dari pekerjaan Philia saat ini.

"Iya." Jawab Philia. Ia mengangguk paham, meskipun sembari menaikkan bagian atas bajunya, serta menurunkan bagian bawah bajunya. Atas bawah, saling tarik saking pendeknya pakaian Philia.

TINK... TONK...

Bel ditekan, menandai transaksi jual beli ini sudah tidak bisa dibatalkan lagi.

Tak berselang lama, pintu berwarna putih itu terbuka. Dari celah yang terbuka sedikit itu, sebuah kepala menyembul.

"Malam boss, mau anterin pesenan. Masih gress, ORI, kualitas dijamin OK." Ujar Julian, penuh percaya diri.

Pria di balik pintu itu hanya mengangguk samar, sepertinya ia sedang tidak sadar karena matanya merah, rambutnya acak-acakan dan tatapannya juga sayu.

"Oke." Ujarnya dengan suara yang berat.

Pria itu membuka pintu lebih lebar, lalu menggeser tubuhnya memberikan celah yang cukup untuk Philia masuk.

"Masuk." Titahnya.

Julian menyikut Philia, mengode gadis itu untuk segera masuk dan memulai pekerjaannya.

"Masuk! Buruan!" Bisiknya.

Philia terlonjak kaget, wajahnya terangkat pelan-pelan meskipun sambil menahan takut. Dan, ketika wajahnya terangkat ia bisa melihat dengan jelas siapa si pemilik apartemen sekaligus pembeli keperawanannya itu.

Timur, sosok yang sangat ia kenali. Bahkan, terlalu ia kenali.

"Siapa nama kamu?" Tanya Timur dengan suara berat dan serak.

Philia mengerjap beberapa kali, memastikan semua ini bukanlah mimpi apalagi imajinasi. Benar, dia adalah Timur. Tapi, kenapa ia tidak mengenali dirinya?

"Hey, siapa nama kamu?" Tanya Timur lagi.

Julian yang sudah sangat geregetan pun mendorong tubuh Philia agar sedikit maju. Dan, saat jarak antara Philia dan Timur sangat dekat.. jantung Philia berdegup begitu kencang.

Netra mereka beradu, meskipun sepertinya Timur sama sekali tidak mengenal dirinya.

"Phi...Philia." Jawabnya terbata.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dosen Penyewa Rahimku   Dia Masa Laluku

    "Lo tau nama gue? Lo kenal sama gue?" Tatapan Timur menusuk, penuh keraguan yang perlahan berubah jadi kejutan. "Tunggu, nama lo siapa tadi?" Pemuda itu mengangkat wajah Philia yang menunduk dengan jari telunjuknya. "Philia, kan?" Ia mengamati wajah itu dengan seksama. Mata yang bulat seperti kelereng, hidung yang mungil dan bibir yang tipis. Rasanya begitu familiar. Semakin dilihat, semakin mirip. Dan, idak salah lagi.. ia adalah... "Philia… Diana Miska?" Panggil Timur dengan suaranya terdengar dingin, tapi juga getir. Philia memejamkan mata, air matanya jatuh begitu saja dari kelopak matanya yang berpoleskan eyeshadow murahan. Ia tak bisa lagi menghindar. Perlahan ia mengangguk, meski tubuhnya bergetar hebat. DAR!!!! Petir besar menyambar, membuat hasrat Timur yang sudah meninggi mendadak terjun ke inti bumi. Sial. Bathinnya. Timur terkekeh, nada tawanya hambar dan penuh luka. Ia memutar tubuhnya sebentar, lalu meneguk langsung sisa wine dari botol. "Gila..

  • Dosen Penyewa Rahimku   Saling Mengenal

    Pintu apartemen tertutup, menandai dimulainya malam panjang yang mungkin akan penuh tantangan. Philia berdiri di ambang pintu meremas jemarinya sendiri dengan perasaan gusar. Ia masih berdiri di sana, kaku sekali. "Masuk." Titah Timur. Dengan gerakan canggung, Philia beranjak dari ambang pintu, berjalan menuju area tengah apartemen tersebut. Nampak Timur berjalan sempoyongan, menuju lemari pendingin guna membawa sebotol minuman keras untuk menemani malam yang panjang ini. CKLAK!! Timur membuka tutup botol wine dengan gerakan kasar, lalu menuangkannya ke gelas kristal yang sudah menunggu di atas meja. Dalam sekali teguk, cairan merah itu langsung habis, meninggalkan noda di sudut bibirnya. Sorot matanya semakin berat, campuran antara mabuk dan luka yang tak kunjung sembuh. Ia meletakkan gelas dengan suara kencang di atas meja, lalu berdiri mendekati Philia. Tatapannya menelisik tubuh gadis itu dari ujung rambut hingga kaki. "Jangan cuma berdiri. Saya bayar mahal, jadi j

  • Dosen Penyewa Rahimku   Malam Pertemuan

    Gemercik air hangat yang menetes lewat shower kamar mandi terdengar merdu, memecah keheningan malam yang semakin larut. Di atas kloset duduk yang tertutup, seorang pria tengah menengadah sembari terengah-engah. Matanya terpejam, menikmati hangatnya kamar mandi yang sunyi.Tetesan air terdengar merdu, mengiringi erangan kecil yang terus keluar dari bibirnya tiap kali jemarinya menari-nari di bagian bawah tubuhnya. Namun, sudah bermenit-menit jemarinya menari-nari di sana, kepuasan itu tidak kunjung tiba. Timur, pemuda itu berdecak sebal sembari menyugar rambutnya. Sungguh, usaha yang sia-sia. Sudah berapa kali ia melakukan cara ini untuk memuaskan hasratnya, namun tidak pernah ia merasakan kenikmatan sekalipun. Seolah tiap puncak yang ia raih, hanyalah sebuah uji coba yang tidak ada untungnya. Meskipun ia sudah memancingnya dengan menonton video dewasa, namun tetap saja tiada yang bisa menandingi nikmatnya melakukan semua itu secara langsung. Timur, ia bukanlah bujang lapuk yang

  • Dosen Penyewa Rahimku   Jual Beli

    "Kamu... masih perawan?"Philia mengangguk pelan. Jemarinya mencengkram ujung kaus yang ia pakai dengan gemetaran.Tubuhnya menggigil karena rintik hujan sepanjang malam yang menghajar tubuhnya sejak tadi, membuatnya yang sudah rapuh semakin runtuh.Julian, mucikari kelas kakap di Amore Bar dimana Philia berada tersenyum miring, seperti baru saja menemukan berlian di tumpukan debu."Mau dilepas berapa?" Tanyanya, dengan seringai kecil mengerikan.Philia tak menjawab. Matanya kosong, tapi sorotnya menyimpan badai yang bergemuruh.Di dalam kepalanya hanya ada dua alasan untuk melakukan semuan ini. Yakni bayangan sosok ibunya yang terbaring di kasur rumah sakit, serta bayangan ayahnya yang tengah meringkuk di penjara tanpa mampu mengajukan banding apalagi menyewa pengacara untuk meringankan kasusnya. Philia tidak boleh gentar, tidak boleh menyerah. dengan yakin ia merogoh saku tasnya lalu mengeluarkan sebuah lembar tagihan rumah sakit. Ia membuka kertas itu, lalu membacanya."20.585.500

  • Dosen Penyewa Rahimku   Gadis Putus Asa

    Tes...tes...tes... Hujan di malam itu belum reda, justru rintiknya semakin deras menghantam aspal jalanan. Dari atas jembatan, seorang gadis pecundang memandang nanar kendaraan yang berlalu lalang di bawah sana. Entah akan kemana tujuan mereka semua, yang jelas sama seperti dirinya yang juga punya tujuan. Tapi, bedanya tujuan gadis ini adalah sebuah kematian. Ia mencengkeram kencang pagar pembatas, merasakan dinginnya besi lengkap dengan baunya yang khas. Philia Diana Miska, gadis berusia 24 tahun itu harus menghadapi kenyataan pahit bahwa ia tercipta sebagai manusia gagal segalanya. Ayahnya dipenjara, namun bukan karena kesalahannya sendiri. Tapi karena membela dirinya yang hampir dirudapaksa oleh seseorang, preman pasar yang mabuk di malam sial itu. Pria itu dibunuh di depan matanya sendiri, oleh sosok pria yang selama ini mengayomi dan menyayangi dirinya. Tak main-main, Ayahnya dijatuhi hukuman mati karena terbukti melakukan tindakan pembunuhan berencana. Sementara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status