Beranda / Romansa / ENAK, PAK DOSEN! / 220. Senjata Makan Tuan

Share

220. Senjata Makan Tuan

Penulis: OTHOR CENTIL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-02 16:00:17

"Bagaimana? Jadi memecat saya?"

Raline tidak membiarkan keheningan itu berlanjut. Ia mendongak angkuh, menantang keputusan Damar.

Lalu, ia tatap wajah Damar yang memerah, sarat akan kemarahan yang kini harus ditahan.

Sedangkan Damar sudah memikirkan matang-matang apa yang harus ia lakukan. Ia tidak akan membuang waktu dan uang untuk memecat Raline.

Damar hanya perlu membuat Raline tidak betah bekerja di sini. Ia akan mengubah neraka Raline dari luar menjadi neraka yang lebih menyakitkan dari dalam.

"Tidak." Damar merespons dengan nada datar, senyuman tipis di wajahnya tidak mencapai mata. "Kamu boleh kembali. Silakan kerjakan pekerjaanmu sesuai kontrak yang berlaku."

Setelah bicara begitu, Damar mengibarkan telapak tangannya. Sebuah gestur penguasa yang mengusir bawahan. Ia pun melirik tajam pada Daisy yang nyaris saja dia pecat.

"Dan kamu, Daisy, kembalilah ke ruanganmu!"

“Baik, Tuan.”

Pelototan Dama
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • ENAK, PAK DOSEN!   221. Tubuhmu Canduku

    "Apa? Gak, gak! Saya gak mau!" seru Raline kepada Pak Carlos. Raline menyesal, ia ternyata baru saja menerima instruksi baru yang jelas-jelas berniat menyiksanya.Demi apa pun, Raline ingin pergi saja dari dunia ini daripada bergelantungan bak monyet di luar kantor dan membersihkan kaca.Raline tak berpengalaman. Dan bagaimana ia bisa melakukannya?"Kalau Pak Damar mau bunuh saya, katakan padanya untuk nembak saya aja!" Raline meludah setelah mengungkapkan kata-kata itu. Ia tetap mencari pembelaan diri. "Enak sekali dia meminta saya berbuat seperti ini? Apa dia pikir saya monyet yang bisa dia suruh-suruh bergelantungan mencari noda tidak jelas? Tidak, aku pokoknya tidak mau, Pak! Itu bahaya!"Raline frustrasi. Ia menyadari sepenuhnya bahwa alih-alih dekat dengan Damar, ia justru membahayakan diri sendiri. Kini, Raline bagai masuk ke mulut singa! Masuk ke dalam perangkap yang ia ciptakan sendiri dan tidak bisa keluar!S

  • ENAK, PAK DOSEN!   220. Senjata Makan Tuan

    "Bagaimana? Jadi memecat saya?" Raline tidak membiarkan keheningan itu berlanjut. Ia mendongak angkuh, menantang keputusan Damar.Lalu, ia tatap wajah Damar yang memerah, sarat akan kemarahan yang kini harus ditahan.Sedangkan Damar sudah memikirkan matang-matang apa yang harus ia lakukan. Ia tidak akan membuang waktu dan uang untuk memecat Raline. Damar hanya perlu membuat Raline tidak betah bekerja di sini. Ia akan mengubah neraka Raline dari luar menjadi neraka yang lebih menyakitkan dari dalam."Tidak." Damar merespons dengan nada datar, senyuman tipis di wajahnya tidak mencapai mata. "Kamu boleh kembali. Silakan kerjakan pekerjaanmu sesuai kontrak yang berlaku."Setelah bicara begitu, Damar mengibarkan telapak tangannya. Sebuah gestur penguasa yang mengusir bawahan. Ia pun melirik tajam pada Daisy yang nyaris saja dia pecat."Dan kamu, Daisy, kembalilah ke ruanganmu!"“Baik, Tuan.”Pelototan Dama

  • ENAK, PAK DOSEN!   219. Lihat, Siapa Yang Akan Bertahan

    "Mau apa kamu ke sini, hah?" Wanita yang mendongak itu ternyata adalah Raline.Damar mendelik, matanya memancarkan amarah dan kejengkelan yang luar biasa. Ia tak suka Raline kembali mengusik kehidupannya. Kemarin, Raline meminta Profesor Bima—ayahnya—untuk meluluhkannya dengan drama bunuh diri. Dan kini, Damar justru dipertemukan dengan Raline lagi. Bedanya, Raline kini tampil dalam balutan seragam Petugas Kebersihan atau Office Girl!"Sial benar hidupku! Kenapa hidupku selalu dibayangi oleh wanita gila ini?!" batin Damar.Sedangkan di hadapannya agak ek bawah, Raline memasang wajah tak bersalah yang sempurna. Dia tersenyum kecil, seringai tipis yang hanya bisa dilihat oleh Damar. "Oh, maaf, Tuan. Saya hanya bekerja karena membutuhkan uang. Em, mohon maaf saya lupa menaruh—""Shut up! Apa katamu tadi? Bekerja? Hah! Mustahil kamu bekerja di sini!" Damar berdecih jijik. Ia tak percaya Raline sudi bekerja sebag

  • ENAK, PAK DOSEN!   218. Mau Kamu!

    Penyesalan Damar cepat berlalu, digantikan oleh gairah yang dipicu oleh aroma lemon fresh yang menenangkan itu. Lalu, ia mendekat, pandangannya penuh kerinduan."Aku merindukanmu, Yang," bisik Damar penuh rasa candu pada istrinya.Damar segera menyerang Diana dengan kelembutan yang memabukkan. Ia menarik istrinya ke tengah ranjang dan mulai menciumi Diana dengan dalam dari bibir, turun perlahan ke leher, hingga mencapai garis dada.Lalu, Damar menciumi leher dan dada Diana, meninggalkan bekas merah samar di kulit yang terhisap kuat, jejak hasrat yang tak tertahankan.Diana sendiri tidak tahan. Ia pun mulai meraba punggung Damar. Tangan Diana turun dan mengusap kejantanan Damar yang mengeras di balik bathrobe itu, memicu rintihan pelan dari Damar."Eungh!" Diana mendesah pelan. Meskipun Diana sempat mual, sentuhan Damar yang penuh hasrat dan kehangatan itu memicu gairah yang tertahan lama. Kini, Damar tetap memberinya sentuhan yang terasa memabukkan, ber

  • ENAK, PAK DOSEN!   217. Pay Me With Your Body

    Kini, Damar mendekat, membelai wajah Diana penuh kasih. Lalu, ia bertanya, "Ya, Yang? Ada apa?"Diana berbisik di telinga suaminya, dan seketika itu juga, Damar syok. "Apa?" bisik Damar, suaranya tercekat, kaget karena mengira ada berita buruk. Tapi ternyata, ini berita lebih buruk lagi Diana mengulangi, matanya sedikit memelas karena mual. Ia masih memencet hidung dan menggeleng lemah, "Mas, tidur di kamar sebelah aja. Mas bau! Sumpah, Mas. Aku mual loh deketan sama Mas.”“Ya ampun, Yang!” Damar terdiam. Syoknya berubah menjadi rasa tidak percaya yang mendalam. "Kamu suruh Mas tidur di luar? Setelah semua yang Mas lakuin hari ini?""Ya iya lah, 'kan bau! Aku gak tahan banget! Bau yang menusuk, Mas! Aku gak bisa tidur sambil menahan mual begini, Mas. Mas mau aku kesiksa semalaman, ya?!"Meski kesal, tapi Damar tetap memelankan suaranya. Ia tahu, Diana sedang emosional dan juga labil. "Yang, kok gitu sih! Ini kamar kita!" protes

  • ENAK, PAK DOSEN!   216. Eneg Lihat Mukamu

    "Hm, baru pulang, Mas?" Diana malam ini menyambut Damar di depan pintu. Namun, alih-alih memberikan ciuman selamat datang dan pelukan hangat seperti pagi tadi, ia justru menutup hidung dengan telapak tangannya.Entah kenapa, Diana mual sekali mencium bau badan Damar yang terasa begitu menusuk hidung sensitifnya malam ini."Ya, Yang. Kerjaan banyak sekali akhir-akhir ini. Kamu tahu sendiri, proyek yang di lokasi X baru mulai." Damar mengangguk. Ia melangkah mendekat, lalu ia memegangi pundak istrinya. Ia curiga saat Diana menutup hidung. "Kamu kenapa, Yang? Bau apa? Papa ada bangkai di rumah?"Diana menggeleng disertai dengan ekspresi yang sangat menderita. "Mual, Mas. Badan Mas bau ih, jangan dekat-dekat."Mendengar ucapan istrinya, Damar sedikit tersinggung. Lalu, ia segera menurunkan telapak tangan dari bahu Diana. Ia segera mencium ketiaknya sendiri secara refleks. Namun, ia tak mencium bau apa pun selain aroma sab

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status