เข้าสู่ระบบ“Kalau kau tidak lari dari sini, maka kau akan menyesal seumur hidupmu!” Peringatan itu datang dari Dominic Ganeth Vesper, pria yang selalu diselimuti aura gelap dan berbahaya. Namun, bagi Cleora Danielle Addison, gadis cantik dengan kepala keras dan penuh harga diri, kata-kata itu terdengar seperti kesombongan yang tak pantas diindahkan Kemudian, satu keputusan sembrono berhasil membuat Cleora terjebak dalam malam yang panas dan memabukkan, malam yang seharusnya tidak pernah terjadi pada mereka Saat fajar menyingsing dan ia menyadari siapa pria itu sesungguhnya Cleora memilih melarikan diri. Ia berusaha menjauh sejauh mungkin, berharap jarak dapat memadamkan bara yang telah tercipta Namun, bagaimana cara ia benar-benar lari dari pria yang telah menorehkan jejak tak terhapus dalam dirinya? ‘Aku hamil ?’
ดูเพิ่มเติมMentari pagi menyinari Kota dengan lembut, menerobos celah-celah awan dan menyentuh lahan luas yang menjadi saksi bisu kejayaan keluarga Addison.
Di tengah hamparan hijau yang terawat sempurna, berdiri tiga bangunan megah yang menjadi simbol kekuasaan dan kemakmuran keluarga Addison. Di tengah-tengah, berdiri mansion utama, kediaman Lewis Addison, sang kepala keluarga, dan istrinya, Amartha. Di sebelah kanan mansion utama, berdiri kediaman Aaron Addison, putra kedua Lewis, bersama istrinya, Victoria, dan putri semata wayang mereka, Cleora. Sementara itu, di sebelah kiri, berdiri mansion Arthur Addison, putra pertama Lewis, bersama istrinya, Diana. Kawasan Addison adalah sebuah wilayah pribadi yang luas. Setiap mansion memiliki gerbang besar sendiri, memastikan privasi. Jarak antar mansion juga cukup jauh. Pagi itu, di kediaman Aaron Addison, aroma kopi dan roti panggang memenuhi udara. “Nona Cleora, sarapan sudah siap,” suara lembut Bibi Marry terdengar dari balik pintu kamar Cleora. “Emmmhhh, sebentar lagi,” gumamnya sambil menarik selimut. “Nona, Pagi ini anda ada jadwal pemotretan jika nona lupa,” lanjut bibi Marry yang seketika membuat Cleo membuka mata. “Ya ampun, sudah pagi? Aaah padahal aku masih ingin bermimpi menjadi supermodel terkenal,” gumam Cleora Danielle Addison sambil menggeliat manja di bawah selimut sutra. Dengan malas, Cleora bangkit dan berjalan ke arah cermin. “Astaga, lihatlah aku tetap cantik meski baru bangun tidur,” ujarnya sambil tersenyum pada bayangannya sendiri. “Tidak heran semua orang terpesona padaku.” “Bibi, pergilah aku akan mandi tak perlu menungguku!!” teriaknya dari dalam kamar. Bibi marry hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tingkah nona mudanya yang masih kekanak-kanakan di usianya yang ke dua puluh tiga tahun ini. Setelah selesai menghabiskan waktunya di kamar mandi, Cleora membuka lemari pakaiannya yang penuh dengan koleksi-koleksi mahal miliknya. “Hmm, hari ini aku harus tampil flawless. Pemotretan untuk brand parfum itu tidak boleh gagal,” pikirnya sambil memilih gaun mini berwarna baby pink yang dipadukan dengan high heels berwarna senada. Setelah selesai berdandan, Cleora keluar dari kamarnya dan berjalan menuju lift pribadi. Pintu lift terbuka, dan Cleora melangkah masuk. Saat pintu lift terbuka di lantai dasar, aroma harum masakan Victoria menyambut Cleora. “Selamat pagi sayang,” sapa Victoria dengan senyum manis. “Pagi, Ibu. Oh my God, Ibu terlihat stunning seperti biasa,” jawab Cleora sambil mencium pipi ibunya. “Kau juga, Sayang. Gaun itu sangat cocok untukmu,” puji Victoria. Aaron Addison, ayah Cleora yang sedang membaca koran, ikut menyapa putrinya. “Selamat pagi, Putriku. Siap untuk menaklukkan dunia hari ini?” “Tentu saja, Ayah. Dengan pesona dan bakatku, tidak ada yang tidak mungkin,” jawab Cleora dengan nada percaya diri. “Ayah selalu mendukungmu, Sayang. Tapi ingat, jangan terlalu narsis,” goda Aaron. “Narsis itu perlu, Ayah. Kalau bukan aku yang memuji diri sendiri, siapa lagi?” jawab Cleora sambil tertawa. “Tentu saja ayah dan ibu yang akan melakukannya, jangan lupakan kakek dan nenek mu, mereka akan dengan senang hati memujimu setiap harinya,” balas Victoria; tentu saja mereka semua akan dengan senang hati memuja Cleo setiap harinya. “Ibumu benar,” lanjut Aaron, membuat Cleo memutar bola mata malas dengan tingkah keluarganya yang sangat fanatik pada dirinya. “Oh ya, Sayang. Tadi malam Paman Arthur menelepon. Dia ingin mengajak kita makan malam bersama di mansionnya akhir pekan ini,” kata Victoria. “Makan malam? Sounds fun! Aku akan ikut. Siapa tahu aku bisa bertemu dengan pria tampan dan kaya di sana,” jawab Cleora dengan nada menggoda. “Cleora!” tegur Aaron. “Tenang saja, ayah. Aku hanya bercanda. Tapi kalau ada yang cocok, kenapa tidak?” jawab Cleora sambil mengedipkan mata. Saat Cleora menikmati sarapannya, pikirannya melayang pada pemotretan hari ini. Ia ingin memberikan yang terbaik dan membuktikan dirinya sebagai model yang sukses. “Ngomong-ngomong, Ibu, Ayah, aku dengar Kakek sedang kurang sehat. Apa aku harus menjenguknya?” tanya Cleora sambil mengoleskan selai stroberi di atas roti panggangnya. Victoria menghela napas pelan. “Kakek memang sudah semakin tua, Sayang. Tapi jangan khawatir, Nenek mu selalu menjaganya dengan baik. Kalau kau ingin menjenguknya, jangan datang di malam hari.” “Aku hanya merasa tidak enak, sudah lama aku tidak mengobrol dengan Kakek,” jawab Cleora. “Kakekmu itu memang keras kepala, Sayang. Tapi dia sangat menyayangimu. Dulu, kau adalah cucu kesayangannya,” kata Aaron sambil tersenyum. “Dulu? Memangnya sekarang tidak?” tanya Cleora dengan nada bercanda. “Tentu saja masih, Sayang. Kau selalu menjadi cucu kesayangan Kakek,” jawab Aaron sambil mencubit pipi Cleora dengan gemas. “Baiklah, nanti setelah pemotretan, aku akan menyempatkan diri untuk menjenguk Kakek,” putus Cleora. Setelah selesai sarapan, Cleora berpamitan kepada kedua orang tuanya. “Aku berangkat dulu ya, Ibu, Ayah. Doakan aku sukses hari ini!” “Tentu saja, Sayang. Hati-hati di jalan,” jawab Victoria sambil mencium kening Cleora. “Semangat, Putriku! Tunjukkan pada dunia bahwa kamu adalah yang terbaik!” kata Aaron memberikan semangat. “Ck kau terlalu berlebihan!!” kesal Victoria pada suaminya. “Ayolah sayang, tidak ada yang berlebihan untuk putri kita tercinta,” jawabnya membuat Victoria mendengus malas. Cleora melangkah keluar dari mansion dan masuk ke dalam mobil sport mewahnya yang sudah menunggunya di depan pintu. Di sana sudah ada James, sopir pribadinya, yang sudah membukakan pintu untuknya. “Selamat pagi, Nona Cleora,” sapa James dengan sopan. “Pagi, James,” jawab Cleora. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan kawasan Addison. Cleora menyalakan musik kesukaannya dan mulai bersenandung mengikuti irama. Di sisi lain kota, jauh dari kemegahan kawasan Addison, berdiri kediaman keluarga Vesper. Tidak seperti mansion-mansion Addison yang terbuka dan ramah, kediaman Vesper tampak lebih tertutup dan misterius. Tembok tinggi mengelilingi seluruh area, seolah menyembunyikan rahasia kelam di dalamnya. Keluarga Vesper adalah kekuatan yang tak tertandingi. Jauh melampaui Addison, mereka mengendalikan jaringan bisnis global yang mencakup teknologi, keuangan, dan properti. Di bawah kepemimpinan kalkulatif Dominic Vesper, pengaruh mereka terus tumbuh, menjangkau hingga ke pemerintahan dan dunia kriminal. Pagi itu, di ruang makan kediaman Vesper, suasana terasa tegang dan suram. Abraham Vesper, sang kepala keluarga, duduk di ujung meja dengan wajah muram. Di sampingnya, duduk Adam Vesper, putranya, dan Jasmine, istrinya yang pendiam. Di ujung meja yang lain, Dominic Vesper menyesap kopinya dengan tenang. Kehadiran mereka semua tidak mampu mencairkan suasana yang dingin dan mencekam. “Sudah tiga tahun, Adam. Tiga tahun Alice mengurung diri di kamarnya. Apa yang sudah kau lakukan untuk membujuknya keluar?” tanya Abraham dengan suara berat. Adam menghela napas, matanya berkilat marah. “Aku sudah mencoba segalanya, Ayah. Psikiater, hadiah, semua percuma. Bajingan itu sudah merusak putriku.” Kilasan balik menghantam benak keluarga Vesper, membawa mereka kembali ke masa lalu yang kelam. Nicholas Addison, dengan senyum menawan yang kini terasa menjijikkan, selalu ada di sekitar Alice. Awalnya, hanya tatapan kagum dari kejauhan, lalu sapaan canggung di pesta-pesta keluarga. Namun, obsesi itu tumbuh menjadi sesuatu yang mengerikan. Nicholas mulai menguntit Alice, mengiriminya hadiah-hadiah aneh, dan muncul di tempat-tempat yang sering dikunjungi Alice. Alice yang polos dan baik hati tidak menyadari bahaya yang mengintai. Suatu malam, setelah pesta ulang tahun Alice, Nicholas berhasil menyusup ke kamarnya. Dengan paksa, ia merenggut kesucian Alice, menghancurkan jiwanya berkeping-keping. Kejadian itu terulang berkali-kali, meninggalkan luka yang tak tersembuhkan di hati Alice dan dendam membara di hati keluarganya. Jasmine hanya menunduk, air mata diam-diam menetes di pipinya. Ia tidak sanggup membayangkan penderitaan putrinya. Abraham mengepalkan tangannya. “Ini semua salah Nicholas Addison! Dia harus membayar atas apa yang sudah dia lakukan!” “Aku akan membunuhnya,” desis Adam dengan suara rendah namun penuh amarah. “Aku akan membuatnya menyesal telah lahir ke dunia ini.” Dominic meletakkan cangkir kopinya dengan perlahan, tatapannya setajam pisau. “Nicholas Addison akan ditemukan. Itu prioritas utama.” “Benarkah?” tanya Abraham dengan nada meragukan. “Kau selalu sibuk dengan bisnismu, Dominic.” “Alice adalah adikku satu-satunya,” jawab Dominic dingin. “Tidak ada yang lebih penting dari dirinya.” Adam mengangguk setuju. “Kita harus membuat Lewis Addison menyesal telah menyembunyikan cucu bejatnya itu.” “Aku sedang mencari tahu di mana mereka menyembunyikannya,” kata Dominic. “Tapi kita harus berhati-hati, Lewis Addison bukan orang bodoh.” “Aku tidak peduli! Aku ingin Nicholas Addison ditemukan secepatnya!” geram Abraham. “Kesabaran adalah kekuatan,” kata Dominic. “Kita harus merencanakan semuanya dengan matang.” “Adam, aku ingin kau meningkatkan keamanan di sekitar mansion ini. Aku tidak ingin ada orang asing yang mendekati Alice,” perintah Abraham. “Tentu, Ayah. Akan kuperketat penjagaan,” jawab Adam. Suasana di ruang makan kembali hening. Abraham Vesper menatap kosong ke arah jendela. Pikirannya dipenuhi dengan dendam dan keinginan untuk membalas dendam. Ia bersumpah akan membuat keluarga Addison membayar semua penderitaan yang telah mereka sebabkan kepada keluarganya. Adam mengepalkan tangannya erat-erat; ia tidak akan membiarkan Nicholas Addison lolos begitu saja. Ia akan memburu bajingan itu sampai ke ujung dunia dan membuatnya membayar dengan nyawanya. Dominic berdiri dari kursinya. “Aku punya pekerjaan yang harus diselesaikan,” katanya. Dengan langkah tenang, Dominic meninggalkan ruang makan, meninggalkan Abraham dan Adam yang dipenuhi dengan amarah dan dendam. Di balik ketenangannya, Dominic menyimpan rencana yang rumit dan berbahaya. Ia akan melakukan apa saja untuk melindungi adiknya, bahkan jika itu berarti menghancurkan seluruh keluarga Addison.Keesokan paginya, mentari pagi menyelinap masuk melalui celah-celah tirai, menerangi ruangan dengan cahaya keemasan yang lembut. Cleora menggeliat pelan di atas tempat tidur, merasakan kehangatan yang nyaman menyelimutinya.Ia membuka matanya perlahan, dan pemandangan pertama yang menyambutnya adalah wajah pria semalam yang tertidur lelap di sampingnya. Rambutnya yang hitam berantakan menutupi sebagian dahinya, namun rahangnya yang tegas tetap terlihat jelas.Cleora tersenyum kecil, mengingat kejadian semalam. Ia tidak pernah menyangka akan menghabiskan malam dengan pria asing, apalagi dengan cara yang begitu intim. Namun, ia tidak menyesalinya.Pria ini membuatnya merasa diinginkan, dicintai, dan hidup. Ia membuatnya merasa seperti wanita seutuhnya.Tanpa sadar, tangannya terulur untuk menyentuh wajahnya. Ia membelai pipinya dengan lembut, merasakan tekstur kulitnya yang halus.“Sangat tampan.”Pria itu menggeliat pelan, lalu membuka matanya. Ia menatap Cleora dengan tatapan yang sam
“Dominic menatap gadis itu lama, ada sesuatu yang aneh dalam dirinya malam ini, entah karena alkohol atau karena instingnya sebagai laki-laki, malam ini seperti ada rasa penasaran yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.Selama ini, wanita-wanita yang ditemui atas perintah ibunya selalu sama seperti tipikal gadis pada umumnya: cantik, sopan, dan berusaha menyenangkan di hadapannya.Namun, gadis di depannya berbeda.Matanya berani, tajam, bahkan dalam keadaan mabuk sekalipun, ia tetap memancarkan aura yang berbeda.Dominic menyandarkan satu tangan di meja di sampingnya dan sedikit mencondongkan tubuh ke arah Cleo.“Siapa namamu?” tanyanya perlahan, suaranya benar-benar membuat Cleo merinding.Cleo menatapnya dengan senyum kecil yang sulit diartikan, “Untuk apa? Lagipula kau akan lupa besok pagi.”Jawaban itu membuat Dominic mengerutkan kening tipis, tapi di sudut bibirnya muncul bayangan senyum yang tak bisa ia tahan.Jarang sekali ada yang berani bicara seperti itu padanya.Cleo mengang
“Arrghhhh, semua orang sangat gila! Mereka semua gila, Anne,” gumam gadis berambut cokelat yang tergerai indah.“Aku tidak bisa mendengarmu, Cleo! Berhentilah, ini sudah terlalu banyak!” teriak gadis dengan rambut sebahu di hadapannya.“Ck, kau sangat membosankan,” protesnya.“Cleo, sebaiknya kita kembali saja,” pinta Anne, sahabat sekaligus asisten pribadi Cleora Daniella Addison.Keduanya kini tengah berada di sebuah klub malam. Inilah dunia Cleo. Sebagai anak tunggal dari Aaron Addison dan Victoria Wilson, dia sering kali merasa kesepian.‘Kau sudah mendengarnya? Tuan muda Vesper akan kemari malam ini!’‘Benarkah? Bagaimana penampilanku?’Sayup-sayup terdengar suara para gadis di belakang mejanya yang menyebut marga seseorang, membuat Cleora berdecak.“Tidak di rumah, tidak di sini, nama keluarga itu selalu disebutkan,” gerutunya sebal sambil memejamkan mata.Di lain tempat, Dominic baru saja memasuki ruangan khusus miliknya di klub tersebut. Malam ini ia berencana untuk menghabis
Sore itu, mentari mulai meredup, mewarnai langit dengan gradasi jingga dan ungu. Cleora bersenandung riang saat berjalan menuju mobilnya. Pemotretan hari ini berjalan lancar, dan ia merasa puas dengan hasilnya.“Aku benar-benar terlahir untuk menjadi bintang,” gumamnya sambil tersenyum pada dirinya sendiri.Anne, yang berjalan di belakangnya, hanya bisa memutar bola mata malas melihat kelakuan sahabat sekaligus bosnya itu.“Kau ini benar-benar narsis, Cleo,” kata Anne sambil terkekeh.“Tentu saja, Anne,” jawab Cleora sambil mengangkat bahunya.Tiba-tiba, ponsel Cleora berdering. Ia melihat nama ibunya di layar dan segera mengangkatnya.“Halo, Ibu?” sapa Cleora dengan nada ceria.“Sayang, Ibu dan Ayah harus melakukan perjalanan bisnis lagi,” kata Victoria dari seberang sana.Mata Cleora berbinar-binar mendengar berita itu. Ia sudah lama menunggu kesempatan ini.“Oh ya? Ke mana?” tanya Cleora dengan nada pura-pura sedih.“Ke Paris, ada urusan penting yang harus diselesaikan,” jawab Vict
Mentari pagi menyinari Kota dengan lembut, menerobos celah-celah awan dan menyentuh lahan luas yang menjadi saksi bisu kejayaan keluarga Addison.Di tengah hamparan hijau yang terawat sempurna, berdiri tiga bangunan megah yang menjadi simbol kekuasaan dan kemakmuran keluarga Addison.Di tengah-tengah, berdiri mansion utama, kediaman Lewis Addison, sang kepala keluarga, dan istrinya, Amartha. Di sebelah kanan mansion utama, berdiri kediaman Aaron Addison, putra kedua Lewis, bersama istrinya, Victoria, dan putri semata wayang mereka, Cleora. Sementara itu, di sebelah kiri, berdiri mansion Arthur Addison, putra pertama Lewis, bersama istrinya, Diana.Kawasan Addison adalah sebuah wilayah pribadi yang luas. Setiap mansion memiliki gerbang besar sendiri, memastikan privasi. Jarak antar mansion juga cukup jauh.Pagi itu, di kediaman Aaron Addison, aroma kopi dan roti panggang memenuhi udara.“Nona Cleora, sarapan sudah siap,” suara lembut Bibi Marry terdengar dari balik pintu kamar Cleora.






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
ความคิดเห็น