FIRST NIGHT WITH THE DEMON

FIRST NIGHT WITH THE DEMON

Oleh:  Stefani Wijanto  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
27 Peringkat
26Bab
33.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kara dijual suaminya pada lelaki bernama Angkasa tepat di malam pertamanya. Menjadi awal penderitaannya. Dia dicampakkan, diabaikan dalam kondisi mengandung. Namun, dia berhasil mengatasi buruknya kehidupan.

Lihat lebih banyak
FIRST NIGHT WITH THE DEMON Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Kone
gak berbelit², jelas bahasa & alur ceritanya, bagus & menarik ............
2023-03-25 16:14:24
0
default avatar
vennyefran1234
ceritanya menarik dr awal baca, seneng sihh karena gak perlu banyak bab dan mendatangkan karakter baru yg akhirnya jadi sampe ratusan bab dan melebar kemana2. sukses selalu kak
2023-01-29 18:43:45
0
user avatar
Kristoferasen
ceritanya bagus.. keren
2023-01-05 22:30:12
0
user avatar
Stevie
bagus kak...
2022-02-04 20:23:30
1
user avatar
Lina Astriani
BAGUSSSS BANGETT, PART NYA GAK PANJANG, GAK SAMPAI RATUSAN, AKU SUKAAAAA.........
2022-01-19 06:54:00
1
user avatar
Fi Ras
ceritanya bagus
2022-01-06 01:41:36
1
user avatar
Fi Ras
ceritanya bagus
2022-01-06 01:41:22
1
user avatar
Azman Adnan
bagus bangat
2022-01-04 21:46:18
1
default avatar
Max Gabriel
Alur cerita cukup baik,,,tidak mengulang2 dan ending yg jelas
2022-01-02 21:16:17
1
user avatar
Ratna Deal
semua cerita mba stefani itu bikin seger n bikin bugar.. bikin awet muda.. pokonya lope selapangan bola dah mba .....................
2022-01-02 03:05:55
1
user avatar
Astri Kayibi
cerita nya seperti kita pernah ngalamin..fav
2022-01-01 04:39:44
1
user avatar
Adinda Iir
mantap critanya.....
2021-12-31 16:16:54
1
user avatar
Adinda Iir
mantap critanya.....
2021-12-31 16:16:30
1
user avatar
Ratna Deal
.................................
2021-12-27 23:04:49
1
user avatar
Eliana tan.
suka banget sama ceritanya,cuma endingnya kurang greget .
2021-12-25 08:49:45
1
  • 1
  • 2
26 Bab
Bab 1 Petaka Malam Pertama
"Pakai ini." Andreas mengulurkan lingerie merah. "Biar tambah panas," ucapnya kemudian sembari mengedipkan matanya. Aku menerima lingerie, lalu tertunduk malu. Rautku pasti semerah warna lingerie.  "Aku tunggu di sini," ujar Andreas, menepuk-nepuk tempat tidur. Dengan perasaan yang tak keruan, aku masuk kamar mandi. Memakai lingerie. Pantulan diri pada cermin membuatku semakin tersipu malu. Lekuk tubuh ini samar terlihat.  Aku menarik napas dalam. Andreas adalah suamiku, jadi tidak perlu malu. Membayangkan malam pertama yang bakalan kami lewati, membuat degup jantung melesat cepat. Mendadak hasrat meledak sempurna. Perlahan aku menguak pintu kamar mandi. Lagi, aku tertunduk dalam seraya melangkah ke tempat tidur. Namun, suamiku tidak ada.  "Andreas," panggilku, memindai setiap sudut kamar. "Andreas ...." Ke mana dia? Apa mungkin dia keluar kamar? Aku meraih jubah kimono yang tersampir di kursi. Tiba-tiba
Baca selengkapnya
Bab 2 Angkasa
Bu Zunaira memegang daguku. Wajah dengan riasan tebal itu tersenyum tipis. "Aku mendapatkan keuntungan sangat besar dengan menjualmu," bisiknya."Kamu g*la," umpatku."Sudah sejak lama aku gila, Kara. Sampai bertemu satu bulan lagi." Bu Zunaira masuk mobil, dia tega sekali. "Bawa Kara ke kamarku," perintah Angkasa.Kali ini aku tidak melawan, menurut seperti bayi yang tidak punya tenaga. Toh percuma melawan dua lelaki kekar dan besar. Dengan kasar mereka mendorong tubuhku masuk kamar. Aku tersungkur di atas karpet, lantas pintu tertutup rapat. Langkah-langkah suara kaki mereka terdengar semakin menjauh.Aku memukul-mukul dada sendiri, kepedihan yang luar biasa hebat. Terisak dalam, tamat sudah riwayatku--menjadi budak nafsu Angkasa. Impian pernikahan yang indah, suami yang setia, tinggal impian. Tidak ada yang tersisa. Dan, rasanya ingin mati saja."Apa yang kamu tangisi?" Angkasa berjongkok di depanku.Aku melengos
Baca selengkapnya
Bab 3 Penjara
Sudah tujuh belas hari, aku terpenjara di rumah Angkasa. Melayaninya di atas tempat tidur, mendengarkan keluh kesahnya mengenai perusahaan atau kolega yang menjengkelkan, dan menemaninya sarapan seperti pagi ini. Dia tampak segar dengan kemeja biru muda. "Setelah selesai masa sewa, tolong jangan kembalikan aku pada Andreas." Sudah empat kali aku mengatakannya pada Angkasa, berharap dia menyimpan sedikit belas kasihan. "Aku menyewamu layaknya barang, jadi aku harus mengembalikanmu pada empunya," sahut Angkasa. "Jangan bahas ini lagi, Kara." "Mungkin aku akan berakhir di kuburan ...." Aku mengesah. "Tidak ada bukti istrinya yang terdahulu dibunuh, itu hanya pradugamu saja." Angkasa membanting serbet, dia beranjak dari kursi. Cepat-cepat aku mengikutinya yang melangkah menaiki anak tangga. Aku akan terus membujuknya. "Aku mohon." "Tidak bisa," tandas Angkasa, mulai terlihat jengkel. "Arghh, lihat ini, kancing kemejaku lepas."
Baca selengkapnya
Bab 4 Pulang
Dengan bersusah payah, aku merangkak ke atas kasur kecil. Tidur telentang seraya mengelap sisa darah di pipi. Ruang ini gelap, hanya ada ventilasi kecil. Aku menarik napas dalam-dalam, menghalau rasa perih yang muncul.Ketakutan kembali menjalar saat pintu terbuka. Hanya selang satu jam Andreas sudah kembali. "Aku akan melepasmu. Kita akan bercerai. Oh, salah, tidak ada pernikahan. Penghulu yang menikahkan kita palsu, surat yang kamu tanda tangani juga palsu. Yang tidak palsu hanya tamu-tamu dan hidangan yang tersaji di pesta kecil kita," ungkap Andreas, membuatku terperangah."Ini ponselmu, bawa juga tas murahanmu. Cepat berdiri, aku akan mengantar pulang ke rumah reyotmu." Andreas melempar ponsel dan tas.Ada apa di balik keputusan Andreas yang melepaskan diriku? Dia punya rencana apa?"Cepat, Kara!" bentaknya.Aku beranjak dari kasur kecil, saat berdiri penglihatan ini berputar, aku hampir terjatuh. Andreas meraih lenga
Baca selengkapnya
Bab 5 A Little Thing Called ....
Aku memasukkan pakaian ke tas, juga sertifikat rumah. Sudah kuputuskan meninggalkan kampung dan rumah yang penuh kenangan. Bukan menyerah, hanya menjaga kewarasan. Semua tetangga rutin menggunjing, tidak ada warung yang mengizinkan aku masuk. Selama dua hari tinggal di rumah telur busuk juga rutin dikirim. Bahkan tadi pagi kotoran manusia dioleskan pada tiang rumah. Esok hari aku baru pergi. Hari ini aku akan ke makam Bapak dan Ibu, lantas membeli tiket bus. Selesai mengepak pakaian, aku keluar kamar. Memandangi tiap sudut rumah yang bertahun-tahun aku tinggali. Mataku terpaku pada layar televisi yang menyala. Ada acara yang meliput Angkasa tengah meresmikan toserba. Hati ini bergelenyar aneh melihatnya tersenyum. Wartawan yang meliput menanyakan kondisi papanya yang dirawat di rumah sakit luar negeri. Aku pun teringat ucapan Burhan, bahwa Angkasa akan tinggal lama untuk menemani papanya. Tetapi, pada
Baca selengkapnya
Bab 6 Apartemen
Apa ini tepat? Namun, aku sudah berdiri di depan gerbang rumah Angkasa selama lima menit. Sementara, hari mengalami proses peralihan. Bercak-bercak warna jingga makin lama makin menyusut, berbaur, berubah gelap.Klakson mobil membuat jantungku melompat. Degup-degupnya melesat cepat."Hei, minggir!"Perlahan aku menepi, mobil sedan hitam itu hendak melewati gerbang. Aku tidak bisa melihat siapa yang berada di dalam mobil.Ketika pintu gerbang terbuka lebar, mobil itu malah berhenti. Sosok bertubuh tinggi turun. Dia Angkasa."Kau ingin bertemu dengan siapa?" tanyanya, sangat dingin."Aku ... ingin bertemu denganmu. Aku ingin memberitahu sesuatu." Aku menjawab, berusaha tenang."Aku tidak punya waktu untukmu, Kara," tolak Angkasa."Aku tidak meminta waktu seumur hidupmu, hanya sebentar saja.""Baiklah. Kita bicara di dalam,"
Baca selengkapnya
Bab 7 Pertemuan Kembali
"Ayo, sarapan, Kara," ajak Bu Retno saat aku keluar kamar, perempuan yang memakai sweter kebesaran itu menaruh sepiring nasi goreng.Sementara Pak Danar mengisi kulkas dengan sayuran dan telur."Kami sebentar lagi harus segera pulang, Kara," ucap Bu Retno. "Tadi subuh suamiku sempat berbelanja di pasar. Untuk tiga hari ke depan persediaan makan untukmu cukup.""Terima kasih atas bantuannya." Aku menarik kursi. "Sudah merepotkan kalian berdua.""Kara ...." Bu Retno duduk di sebelahku. "Apa benar kamu hamil?" tanyanya kemudian, hati-hati.Aku mengangguk. "Iya.""Kamu tidak mual dan muntah?""Tidak, Bu Retno."Tangan Bu Retno tiba-tiba mengusap perutku. "Ah, anak hebat kamu. Tidak mau menyusahkan Mama, ya? Bagus, karena mamamu sudah banyak menderita."Mataku menghangat, aku tidak pusing, mual, dan muntah. Benarkah si bayi men
Baca selengkapnya
Bab 8 Grey and Old
Aku menuang air hangat ke dalam gelas, mengaduk-aduk susu rasa cokelat dengan pikiran gentayangan ke Angkasa. Semalam bertemu di hotel, pagi ini bertemu di perumahan. Duduk termangu, melihat tagihan listrik, air, dan biaya perawatan apartemen. Tabunganku yang sedikit sudah habis. Nanti sore ada jadwal kontrol kandungan ke bidan. Ketukan pintu membuat lamunan buyar, aku mengelap sisa susu di sudut bibir dengan tisu. Kemudian membuka pintu. "Mbak Kara, temenku ingin membeli ... ng ... lihat baju-baju buatan Mbak Kara. Hehehe, kalo cocok baru beli. Gitu." Miranda, tetangga di ujung koridor datang dengan seorang temannya. "Mari, mari masuk. Maaf tempatnya berantakan." Aku mempersilakan mereka masuk. Keduanya memilih-milih blus pada tempat gantungan. Kira-kira ada lima belas blus. Keduanya berbisik-bisik entah apa. "Mbak Kara, kasih diskon, ya? Kami akan beli dua, seratus
Baca selengkapnya
Bab 9 Tangga
Aku buru-buru keluar apartemen. Aku hampir saja lupa ada janji dengan Nyonya Aurora. Dia memintaku datang ke rumahnya, dia memintaku membuatkan baju atau gaun atau apalah untuk pesta kebun. Di antara puluhan bahkan mungkin ratusan desainer top--dengan jam terbang tinggi dan penghargaan sana sini--Nyonya Aurora memilihku. Seorang penjahit biasa yang hanya belajar desain secara otodidak."Hei, selamat siang, Kara." Pram menyapa, senyum kecil mengembang di kedua sudut bibirnya. Sementara, tangan kirinya memegang kantong plastik hitam."Mau ke mana?" tanyaku, basa-basi."Buang sampah."Kami berjalan beriringan menuju lift. Tidak sengaja beriringan, karena tujuan kami sama. Turun menggunakan lift."Oughh.""Ada apa, Kara?"Aku menyengir. "Tidak apa-apa, bayiku menendang cukup keras.""Boleh aku menyentuh perutmu?""Heh?" Aku me
Baca selengkapnya
Bab 10 Hope
Pram perlahan menurunkan tubuhku. Keringat membasahi kening. Napasnya terdengar berat dan putus-putus. Aku sepertinya telah menyiksa Pram, tapi aku tidak menyuruhnya untuk membantuku."Terima kasih, Pram.""Sama-sama, Kara." Pram mengusap peluh dengan punggung tangannya."Aku beli roti bakar." Aku terdiam sejenak. "Untuk membalas kebaikanmu, aku ingin membuatkan segelas es teh. Mari masuk," ajakku."Oh, baiklah." Pram terlihat antusias.Aku mendorong pintu apartemen. Area yang bersih hanya di sekitar sofa. Aku akhir-akhir ini sering dilanda rasa malas.Pram memperhatikan tiap sudut apartemen yang penuh kain. Dia duduk di sofa sambil bertanya, "Kenapa tidak berhenti mengantar susu? Kenapa tidak fokus membuat baju saja?"Tanganku berhenti mengaduk gula di gelas. "Dari mana kamu tahu aku mengantar susu?""Aku pernah melihatmu mengantar susu s
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status