Masuk“Udah ya jangan nangis. Liat ni dah ada tanda tangan Mas di sini.” Seorang remaja laki-laki sedang mengusap pipi basah anak perempuan. Di tangan gadis itu ia memegang selembar kertas yang terkena tetesan air matanya. Dia menatap kertas di tangan laki-laki di depannya setelah tangisnya mereda. Mukanya memerah dan sekejap ekspresinya tergantikan oleh bahagia dan malu yang tercampur. “Kata Papah ini bukti kontrak kita berdua, jadi Mas Yan harus nepatin!” Laki-laki itu tersenyum mendengar penuturan bocah perempuan berumur lima tahun itu. Ia pun mengangguk yang membuat gadis kecil berumur lima tahun itu bersorak gembira. Setelah kejadian itu mereka berpisah dan tak pernah bertemu. Selama bertahun-tahun itu si bocah perempuan itu telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik dan ia telah melupakan kejadian tersebut. Hingga datanglah seorang laki-laki melamarnya. Apakah dia akan menikah dengan laki-laki lain dan melupakan janjinya?
Lihat lebih banyak"Ayana, ketiakku belum diolesi deodoran!"
"Ayana, celana dalamku belum disetrika."
"Ayana, punggungku gatal."
"Ayana, aku ingin pup!"
Ayana, Ayana, Ayana. Tiada hari tanpa memanggil gadis bernama lengkap Puteri Ayana. Hanya hal-hal kecil, tapi Daniel tidak bisa melakukannya sendiri.
Ayana rasanya ingin gila atau melemparkan dirinya di kolam penuh buaya. Kenapa ia harus terjebak dengan lelaki ganteng tapi mageran seperti Daniel Hamilton?
Hidup Ayana benar-benar didedikasikan hanya untuk CEO itu. Iya, Daniel adalah seorang CEO di sebuah perusahaan game. Tapi anehnya, apakah ada CEO yang hanya dengan rebahan di kasur lalu kekayaannya terus bertambah? Tidak seperti dirinya yang sudah bertahun-tahun bekerja pada Daniel tapi nasibnya tidak berubah-ubah.
Jangankan untuk melihat matahari cerah di pagi hari atau senja di sore hari. Bahkan untuk menghirup udara segar di luar saja ia tidak bisa. Sedetik saja ia beranjak dari kamar Tuan Besar Daniel, maka lelaki itu akan menghukumnya dengan memotong gajinya secara brutal.
Percuma saja namanya memakainya embel-embel 'Puteri' karena hidupnya tidak seperti seorang puteri kerajaan, melainkan seorang pembokat kelas atas. Yah, setidaknya gelar yang diberikan Daniel itu membuat ia memiliki harga diri sedikit.
"Ayana, aku akan membuat game baru tentang dirimu sebagai pembokat yang serba bisa," ucap Daniel dengan posisi rebahan di kasur sembari tangannya bermain ponsel.
Ayana yang sedang memungut pakaian dalam lelaki itu untuk dimasukkan di keranjang segera menghentikkan aktivitasnya. Ia lalu mendekati Daniel dengan wajah sinis.
"Minggir, Tuan Besar Daniel Hamilton!" sarkasnya. Ia menarik keras selimut yang ditindis oleh lelaki berjambang tipis itu hingga terjatuh di lantai.
Bunyi gedebuk dari tubuh Daniel membuat Ayana menyunggingkan bibir.
Rasain tuh jatuh!
"Ayana! Kau ingin membuat bokongku yang sexy ini jadi tidak bulat sempurna, yah?!" kesal Daniel seraya berdiri dan menepuk-nepuk pantatnya.
Ayana mengubah ekspresinya. Ia berpura-pura sedih dengan hal yang menimpa Daniel. Cepat-cepat didekati tuannya itu. "Astaga, Tuan Besarku. Maafkan Pesuruhmu yang penuh dosa ini. Aku benar-benar tidak sengaja," ringisnya. Ia memukul dadanya pelan, menunduk lemah seolah-olah ia tidak akan lagi melihat hari esok.
"Tidak perlu berakting. Wajahmu jelek!" ejek Daniel.
Lelaki itu menyenggol bahu Ayana, lalu kembali rebahan di king sizenya. "Sana buatkan aku jus apel. Aku merasa kulitku tidak kencang lagi." Daniel meraba kulitnya yang glowing. Meski ia membiarkan bulu-bulu tipis tumbuh di rahangnya tapi ia tetap mengutamakan merawat kulitnya seperti kulit bayi.
"Baik, Tuan Besar!" Ayana membungkuk ala puteri-puteri kerajaan. Diayunkan tungkai mungilnya untuk mengambil keranjang cucian lalu berjalan menuju pintu.
Saat tangannya meraih kenop pintu, suara Daniel terdengar lagi di telinganya. "Ayana."
Ayana menoleh malas. Entah sampai kapan lelaki itu berhenti untuk memanggil namanya terus menerus.
"Iya, Tuan Besarku," sahutnya.
"Kau mau ke mana, Ay? Bukankah sudah kusediakan segala kebutuhan di dalam kamar mewahku ini?" sombongnya.
"Kau tak perlu keluar jika hanya ingin mencuci pakaian," tambah Daniel.
Ayana bergidik ngeri, apa? Ay? Sejak kapan lelaki itu mengubah namanya? Dasar majikannya itu memang gila. Sama seperti dirinya yang ikutan gila karena kelakuan Daniel.
"Aku bukan pacarmu, Tuan Besar. Jadi jangan memanggilku dengan sebutan 'Ay' itu." Senyum Ayana dipaksakan keluar.
"Sejak kapan seorang PKA mengatur Tuan Besar Daniel Hamilton?!" Daniel mendengus kesal.
PKA itu apa lagi?
"Tuan, bisakah kau memanggilku dengan sebutan yang seperti biasanya. A-Y-A-N-A," ejanya.
"Aku bosan dengan namamu. Terlalu norak, tenggorakanku seret kalau menyebutnya. Besok aku akan menyuruh Sekertarisku memberikanmu kambing. Kau perlu mengganti namamu yang udik itu," kata Daniel cuek.
Ia melanjutkan aktivitasnya bermain ponsel tanpa peduli dengan Ayana yang sudah menahan emosi.
"Daniel Hamilton Kampret!" Ayana berteriak, kakinya berlari dengan cepat dan menghantam tubuh Daniel.
Daniel yang tidak siap dengan serangan Ayana langsung meronta-ronta kesakitan di bawah kungkungan asistennya itu.
"Ayana! Kau tidak menerima gaji bulan ini!"
*PKA = Pembokat Kelas Atas
Maya hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa ada niatan untuk dimakan. Moodnya terlanjur jelek gara-gara wanita bernama Rara itu. Untung saja wanita itu tidak ikut bergabung makan siang bersama sekarang, kalau sampai benar-benar wnaita itu membuntuti, dia akan langsung minta pulang saat itu juga. Walaupun begitu tetap saja moodnya sudah hancur. Dia jadi tak memiliki nafsu makan. Padahal tampilan makanan yang ada di depannya ini sangat menggoda. Gara-gara masih mengingat sikap centil Rara pada Zayyan membuat Maya jadi malas melakukan apapun."Dimakan Maya," perintah Zayyan pada Maya yang kini memasang wajah galak padanya. Keningnya mengerut bingung. Menyadari bahwa kejadian tadi menjadi alasan Maya menatapnya seperti itu, Zayyan hanya bisa menggelengkan kepala dengan pasrah."Itu baru satu kan?""Hah?" Zayyan melempar tatapan tak paham dengan maksud pertanyaan Maya. Gadis di hadapannya itu langsung berdecak kesal melihat reaksinya yang mungkin menurutnya menyebalkan. Zayyan menggaruk peli
Layar ponsel Maya menyala, sebuah notifikasi pesan masuk muncul. Matanya melirik melihat nama Zayyan pada notifikasi tersebut. Dalam pesan tersebut Zayyan mengiriminya sebuah link disertai kalimat yang mengikuti di bawahnya. Kedua mata Maya berbinar saat melihatnya. Ia mengklik link tersebut yang membawanya menuju sebuah drive yang berisi file proposalnya. Ketika ia membukanya Maya bisa melihat keseluruhan isi proposalnya yang lengkap persis seperti versi cetaknya. Pekikan sarat bahagia pun sontak terdengar. Ia kembali ke aplikasi pesan dan mengklik icon telepon pada kontak Zayyan."Mas Yan, ini filenya udah balik lagi?" Maya langsung membuka suara setelah panggilannya terangkat. Nadanya terdengar senang sekaligus lega."Iya, tapi untuk laptop baru bisa Mas kasih besok ya. Untuk jaga-jaga selalu back up ke online, cloud dan sebagainya. Besok Minggu Mas mampir ke rumah," jawab Zayyan yang masih di kantor. Ia masih sibuk dengan pekerjaannya. Ketika stafnya yang dimintai tolong mengirim
Maya mengantar Zayyan ke mobil setelah makan malam. Zayyan meletakkan dua laptop miliknya dan Maya ke kursi belakang. Ia menepuk kepala Maya lembut dan menyuruh gadis itu langsung masuk ke rumah karena angin malam terasa dingin apalagi saat ini dia hanya mengenakan kaus lengan pendek."Langsung istirahat, nggak usah begadang. Masalah laptop serahkan sama Mas." Maya mengangguk merespon ucapannya. Ia tidak ingin gadis itu begadang sudah cukup lelah dia menangis tadi, jadi dia meminta Maya untuk segera istirahat. Tak lupa untuk menenangkannya mengenai laptop dan file proposalnya."Makasih, Mas Yan udah bantuin," ucap Maya. Dia benar-bener sangat berterimakasih pada laki-laki di hadapannya. Jika bukan karenanya pasti hingga saat ini dia masih menangis dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia awam dengan permasalahan seperti ini."Iya, udah cepetan masuk."Zayyan masuk ke mobil setelah memastikan Maya masuk ke rumah, lalu menyalakan mobil. Dalam perjalanan ia menghubungi sekretarisnya menanya
Jadwal sidang kolokium Maya dan Dita sudah keluar. Mereka berdua mendapatkan jadwal yang sama pada hari Selasa dan hari ini adalah Kamis berarti kurang lima hari lagi. Setelah mendapatkan informasi jadwal Maya mengajak Dita ke tempat fotocopy untuk mencetak laporannya. Berhubung kertas dan tinta printernya habis, Maya memilih untuk mencetak di dekat kampusnya. Sedangkan Dita baru saja mencetaknya semalam dengan printer miliknya sendiri, jadi Dita hanya menemani sahabatnya itu.Setelah mencetak rangkap tiga dan menjilidnya keduanya langsung memutuskan pulang. Dita yang biasanya ikut ke rumah Maya memilih pulang ke apartemennya karena ia akan bertemu ibunya hari ini yang telah beberapa tahun berada di luar negeri.Sesampainya di rumah Maya langsung menuju kamar dan menyalakan laptopnya. Hari ini jadwal terakhir ujian akhir semesternya di minggu ini. Dan pada minggu depan hanya tersisa seminar proposal setelah itu memasuki masa libur. Maya membuka software presentasi untuk membuat lapora












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Ulasan-ulasan