Beranda / Romansa / GELORA RANJANG PANAS MANTAN SUAMI / BAB 3. Kesabaran Yang Telah Usai.

Share

BAB 3. Kesabaran Yang Telah Usai.

Penulis: Lee Lizbet 88
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-10 16:47:02

“Kau memecatku karena mama minta aku untuk menjadi istri rumahan?” tanya Jessica tidak percaya.

Padahal setau Jessica, Juan sangat menyukai wanita cerdas dan pekerja keras. Juan pernah bercerita kalau dirinya bukanlah dari kalangan keluarga kaya. Untuk sampai ke titik ini, Juan bekerja keras dan giat.

“Iya, mamaku ingin kau menjadi istri rumahan. Itu semua menjadi pilihanmu, Jessica. Kalau kau memilih untuk tetap bekerja di sini, maka tanda tangani surat cerai yang sudah aku berikan semalam.”

“Tapi, kalau kau masih mau mempertahankan kesepakatan kita, belajarlah untuk menjadi istri yang taat pada suamimu.” Juan kembali ke meja kerjanya, ia bekerja seolah tidak ada Jessica di ruangannya.

Jessica hanya bisa tertunduk dan segera berbalik meninggalkan ruangan suaminya serta kembali ke bilik kerjanya.

Di sana ia membereskan seluruh barang-barangnya, dimasukkannya semua ke dalam sebuah kotak kerdus.

Dengan susah payah ia berjalan sambil memegang kerdus yang membuatnya kesulitan melihat jalan.

Bukannya membantu, seorang pegawai usil melonjorkan kakinya di koridor dan membuat Jessica tersungkur. Ia menjatuhkan seluruh barang bawaannya.

Banyak yang menertawakan kemalangan Jessica saat itu. Hanya ada dua orang pegawai magang yang datang bergegas menolongnya. “Kau, tidak apa?” tanya mereka.

“Aku, baik-baik saja,” jawab Jessica sambil tersenyum kecut.

Maka pulanglah Jessica ke rumah suaminya dengan terpaksa. Baru saja ia memarkir kembali mobilnya di dalam garasi dan masuk lewat pintu samping, ibu mertuanya langsung menyambutnya dengan melempar panci dan wajan kotor hingga mengenai kakinya.

“Akh!” pekik Jessica saat menatap bingung dengan sikap mertuanya itu.

“Ma? Ada apa? Kenapa, Mama melemparku dengan barang-barang ini?” tanya Jessica keheranan.

“Ada apa kau bilang?! Itu artinya bersihkan! Cuci semua panci kotor itu! Kau itu di sini hanya menjadi beban keluargaku.”

“Harusnya anakku akan menikah dengan wanita yang berada dan tidak menikahimu yang sangat licik dan miskin!” teriak ibunya Juan.

Jessica terdiam dan berusaha untuk sabar. Ia lalu melepaskan sepatu heals yang dipakainya untuk ke kantor.

Lalu diambilnya baju apron, dan ia segera memunguti seluruh panci dan wajan yang tergeletak di lantai tersebut.

Kejadian ini, awal dari dari segala penyiksaan secara mental yang Jessica rasakan. Tiga tahun sudah ia menikah dengan Juan. Kini, dirinya memiliki julukan baru di rumah itu yaitu perempuan mandul.

Bahkan kali ini, mertua dan kakak iparnya secara terang-terangan menunjukkan kebenciannya di hadapan Juan.

“Hai, mandul! Mau sampai kapan kau tidak memberikan aku seorang cucu, hem?! Kau memang wanita tidak berguna, sudah miskin, pengangguran.”

“Kerja di rumah juga tidak becus! Lantas, apa bisamu selain ngangkang saja di tempat tidur menggoda anakku, hem?!” desis mertuanya.

Jessica yakin Juan mendengar hinaan yang dilontarkan oleh lidah tajam ibunya itu. Tapi, Juan tetap bersikap dingin saat menuruni anak tangga rumahnya. Rasa lelah dan jengah mulai melanda seluruh jiwa raganya Jessi.

“Ini, minumlah jus jeruknya, Juan. Aku mohon, kali ini saja,” pinta Jessica yang menyodorkan gelas tersebut dengan menahan getaran di tangannya.

Ada sedikit rasa iba pada sorot matanya saat memandang Jessica yang kini sudah berwajah polos tanpa make up minimalis seperti dulu.

Mengingat julukan baru ibunya, ia sedikitnya merasa iba karena tidak mungkin Jessica bisa hamil kalau dirinya tidak pernah menyentuh wanita ini.

Demi mempertahankan sisi manusiawinya, Juan segera mengambil gelas dari tangan Jessica dan meneguk jus jeruk tersebut sampai tandas dari gelasnya.

Dikembalikannya gelas kosong tersebut, hingga merekahlah senyuman di wajah Jessica yang tampak pucat. “Terima kasih, Juan,” ucap Jessi tanpa dijawab oleh suaminya.

Betapa bahagianya hari ini, untuk pertama kalinya Juan mau meminum jus buatannya. “Juan, jam berapa hari ini kau akan pulang?”

“Aku akan membuatkan kue black forrest kesukaanmu. Bukankah, ini adalah hari ulang tahunmu?” Juan hanya menoleh sejenak.

“Kau, akan membuatkanku kue black forrest?” tanya Juan. Mendengar suara itu, jantung Jessica langsung berdebar kencang.

“I-iya, akankah kau pulang cepat malam ini?” Jessica kembali bertanya.

Juan hanya diam dan menatapnya datar. “Entahlah, aku tidak bisa menjanjikan apapun.”

“Tidak apa.” Jessica kembali tersenyum lebar sampai kakak iparnya datang membawakan telepon genggamnya dan memberikannya pada Juan.

Wajahnya tampak sumringah dan tiba-tiba saja, perasaan Jessica tidak enak saat itu. “Juan, Amber menghubungiku dan mengatakan akan tiba di Chicago nanti malam.”

“Dia akan datang ke perusahaanmu dan menjemputmu saat jam pulang kerjamu nanti,” ucap kakaknya Juan dengan wajah sangat cerah.

“Dia sudah sembuh total?” tanya Juan dengan kedua tatapan mata yang cerah dan memancarkan kebahagiaan sekaligus kerinduan tak tergambarkan.

“Iya, dia telah datang setelah sembuh total dan selamat dari wanita jalang yang sudah mencuri kehidupannya.” Cherris, kakaknya Juan sengaja menyindir tajam Jessica yang hanya terdiam dan mematung di tempat.

“Katakan padanya, aku bersedia menemuinya.” Juan tidak memiliki rasa sungkan sedikit pun di hadapan istrinya.

“Okay!” Cherris tampak sangat bahagia.

Juan segera pergi meninggalkan Jessica dan segera berjalan menuju ke garasi. Dari belakang Jessica berlari, mengejar Juan dan memeluk Juan dengan erat.

Ia lingkarkan kedua tangannya di pinggang Juan dan disandarkannya kepala di punggung Juan sambil terisak.

“Aku mohon, please … pulanglah, jangan pergi dengan siapapun. Selesai kerja pulanglah,” lirih Jessica.

Tangan Juan langsung melepaskan tautan tangan Jessica yang melingkar di perutnya. “Lepaskan, Jessica. Kau tidak berhak melarangku,” tegas Juan sambil mengeraskan rahangnya.

“Tapi, aku ini istrimu, Juan,” balas Jessica tidak mau menyerah.

“Kalau kau tidak suka, tanda tangani saja surat cerai itu dan pergilah dari rumahku. Kau, sama sekali tidak berhak melarangku atau mengaturku.”

“Ingatlah pernikahan ini adalah neraka juga bagiku. Bukan hanya bagimu, maka akhiri saja neraka ini dengan menandatangi surat cerai itu!”

Juan membentak Jessica yang sudah berderai air mata sambil mengepalkan kedua tangannya. Ia mendengar deru kendaraan Juan meninggalkannya bagai seonggok makhluk tidak berguna.

“Mampus! Kau pikir dengan segelas jus jeruk, bisa membuat adikku luluh padamu, hem?! Mimpi!” ejek Cherris lalu meninggalkan Jessica begitu saja.

Ia seorang diri di rumah itu, sedangkan ipar dan mertuanya tampak berdandan sangat cantik untuk menyambut kedatangan wanita dari masa lalunya Juan.

Jessica pun berlari menuju ke kamarnya, kesabarannya sudah di ambang batas normal. Ia masih menunggu Juan pulang seperti biasanya.

Namun, Juan tidak juga kunjung pulang. Hatinya seketika merasa cukup dan dengan teguh ia mengambil sebuah pena dari tasnya.

Ia lihat surat cerai yang sudah terbengkalai selama hampir tiga tahun di atas meja riasnya, seolah memohon untuk segera di tanda tangani.

Secepat keteguhan hatinya, secepat itu pula tangannya menuntun pena hitam menari di atas kertas dan menulis lengkap namanya.

Jessica lantas mengambil foto surat cerai yang sudah mendapatkan persetujuannya itu. Dan ia kirimkan pada Juan. “Kita, sudah resmi bercerai. Aku akan pergi dari rumahmu.”

Pesan itu langsung dibalas dengan cepat. ”Tunggu sampai aku pulang!” titah Juan dan Jessica masih memiliki hati untuk menunggu Juan yang pulang tepat pukul dua belas malam.

Ia masuk ke dalam kamar dengan langkah terhuyung menatap Jessica dengan tatapan bengis dan benci.

“Kau menyetujui perceraian ini setelah sekian lama? Apa rencanamu yang sebenarnya, hah?!”

“Kau tidak akan semudah itu melepaskanku! Kau pasti mengincar harta gono gini kan?!” tuduh Juan membuat kepala Jessica mundur ke belakang.

“Kau bau alcohol, Juan. Aku tidak akan bicara denganmu dalam keadaan mabuk seperti ini,” jawab Jessica dan segera berdiri hendak menarik koper yang sudah disiapkannya.

Amarah Juan memuncak. Ia buka dengan kasar kemeja yang dipakai oleh Jessica hingga membuat seluruh kancing bajunya bergelimpangan dengan malang di atas lantai.

“Juan, apa yang kau lakukan?!” tanya Jessica menatap ngeri pria di hadapannya ini.

Juan langsung mendorong Jessica ke atas ranjang dan untuk pertama kalinya, ia menatap tubuh indah Jessica.

Tangan kokohnya menarik tengkuk Jessica, dilumatnya bibir Jessica dengan rakus dan dilucutinya seluruh kain yang menutupi tubuh indah Jessi yang tidak pernah dijamahnya selama ini.

“Hentikan, ini adalah kesalahan. Hentikan, Juan,” cegah Jessi.

“Aku tidak akan melepaskanmu sebelum menjadikanmu selayaknya seorang istri. Aku menginginkanmu!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • GELORA RANJANG PANAS MANTAN SUAMI   Bab 35. Selamat Tinggal

    "Juan, aku percaya ... waktu yang kita lalui beberapa saat yang lalu adalah waktu yang paling indah dan berharga dalam hubungan kita. Namun, aku tau ... dan kini menyadarinya, bahwa ... seberharga apapun waktu yang kita lewati bersama. Tidak akan lebih berharga dari keberadaan Amber bagimu.Untuk itu, aku memutuskan untuk mengalah. Bahagialah bersama wanita yang sudah memiliki hatimu. Sayang, wanita itu bukanlah diriku. Jangan cari aku ke mana pun, karna kau tidak akan menemukan aku, Xairus dan Maxton, pun tidak tau aku ke mana. Selamat Tinggal, Juan."Jantung Juan mencelos saat membaca surat yang ditinggalkan oleh Jessica untuknya. Hatinya sakit, kali ini dia tau, jika dirinya benar-benar kehilangan Jessica. Jika wanita yang selama ini memujanya telah muak dengan sikapnya."Jessica, di mana kau berada?" Juan bahkan tidak mengindahkan peringatan Jessica, ia segera mengambil kunci mobil dan malam itu juga bertolak menuju ke mansionnya Xairus.Ia kejar keberadaan Jessica, sampai sepert

  • GELORA RANJANG PANAS MANTAN SUAMI   BAB 34. Sepucuk Surat Untuk Juan.

    "Amber, apa yang kau lakukan?" Juan segera berdiri dari kursi taman tersebut. Melihat reaksi Juan, air mata Amber berderai tak tertahankan. "Jawab pertanyaanku, bukan justru balik bertanya! Bukankah, kau berkata bahwa kau hanya mencintaiku?! Lantas ini apa?!" Amarah Amber meledak, dia terisak menyaksikan kemesraan keduanya. Bukan hanya Amber yang melihat kemesraan Juan dan Jessica. Ada kakak dan ibunya, yang juga turut berada tidak jauh dari lokasi Amber dan Juan berdebat. "Juan! Apa yang kau lakukan malam ini sudah keterlaluan!" amuk ibunya yang turut menyudutkan Juan tanpa perduli akan situasi dan tempat saat ini mereka berada. "Pulang sekarang, Juan!" tegas kakaknya kembali menimpali. Wajah Juan semakin mengetat, kedua tangannya bahkan tampak mengepal erat. Dia menoleh menatap tajam wajah Cherris. "Lebih baik saat ini, kau dan mama pulang, Cherris. Aku, tidak sedang ingin berdebat denganmu. Melihat rekaman video kalian yang terekam dengan cctv saja sudah membuat aku muak!" d

  • GELORA RANJANG PANAS MANTAN SUAMI   BAB 33. Pasar Malam.

    "Menghamilimu, mungkin akan merubah segalanya," batin Juan yang menatap Jessica dengan rasa lapar. "Aku, akan berusaha untuk mengubah keadaan ini," jawab Juan, lalu membungkam bibir Jessica dengan bibirnya. Setelahnya, mereka melakukannya lagi. Meneguk kembali manisnya percintaan di atas ranjang. Tubuh Jessica sudah menjadi sentral pikirannya Juan. Dia, merasa candu. Sejak pagi itu, baik Juan maupun Jessica, sama-sama berusaha menahan diri untuk tidak terjebak dalam perdebatan yang tidak perlu. Sore itu, Juan teringat akan sesuatu yang paling disukai oleh Jessica. "Apa kau mau, jalan-jalan ke pasar malam?" tanya Juan, membuat Jessica terkejut. "Pasar malam?" ulangnya sambil menelan ludahnya. "Tiga kali kau mengajakku ke pasar malam. Tapi, aku selalu sibuk dengan urusan pekerjaanku. Bagaimana kalau malam ini?" usul Juan membuat wajah Jessica sumringah. "Aku mau," jawabnya sambil tersenyum lebar. "Apa yang kau inginkan saat ke pasar malam, Jess?" Juan bertanya dengan lembut,

  • GELORA RANJANG PANAS MANTAN SUAMI   BAB 32. Aku Cemburu

    "Jessica," panggil Juan yang terbangun dan tidak mendapati tubuh istri di sisinya. Sontak saja dia langsung terjingkat dari ranjang. Melangkah dengan lebar ke kamar mandi, tapi tidak didapatinya Jessica. Dibukanya pintu walk in closet, sama nihilnya. Dia segera membuka pintu kamar dan betapa leganya Juan melihat Jessica sedang memakai apron dan tampak sedang memasak. Wanita itu tampak sangat memikat saat wajahnya serius seperti ini. Seketika Juan merasa bersalah. "Seperti inilah dia selama tiga tahun, dan aku tidak pernah menyentuh apapun yang dibuatnya. selain, jus jeruk sebelum prahara terjadi diantara kami," gumam Juan. Tidak, bukan sebelum prahara terjadi. Prahara rumah tangganya sudah terjadi sejak pertama kali dia menikahi wanita ini. Dengan merasa bersalah, Juan menghampiri dan melingkarkan kedua tangan di perut ratanya Jessica. Ia cium mesra tengkuk Jessi dengan lembut. Sebuah senyuman merekah dj wajah Jessica bercampur haru. "Good Morning, bersihkan dulu dirimu, baru

  • GELORA RANJANG PANAS MANTAN SUAMI   BAB 31. Maukah, Kau Bercinta Denganku?

    Juan langsung menoleh, melihat panggilan masuk dari Amber. Ponsel yang sudah di mode silent itu terus saja berkedap-kedip. Ia mendesah sesaat. Dirinya berjalan, mengambil ponsel dengan gerakan yang sangat terukur. Membuat mata Jessica mulai mengembun. Sudah menduga jika apa yang dia pikirkan selalu akan terjadi. Namun, untuk pertama kalinya. Juan justru menonaktifkan ponselnya. Malam itu, Jessica terkejut melihat apa yang bisa Juan lakukan untuknya. "Sudah aku katakan. Waktu kita hanya dua hari, aku tidak akan menyia-nyiakan waktu singkat ini," tutur Juan dengan tenang dan segera masuk menggandeng tangan Jessica untuk masuk ke dalam kamar mereka. Walau masih ragu karena terlalu dini dan demi harga dirinya. Jessica tidak mau terlalu terbawa suasana sana. Bahagia sesaat itu, menyakitkan. Dia tidak mau sakit lagi. Juan segera membersihkan dirinya di kamar mandi. Sedangkan Jessica yang sudah lebih dulu mandi memilih untuk tidur lebih dulu. Dia memilih bagian ranjang yang bersan

  • GELORA RANJANG PANAS MANTAN SUAMI   BAB 30. Hidup selalu ada pilihan.

    Juan terdiam sejenak, ia tatap kedua manik tegas Jessica. Wanita di hadapannya ini tidak pernah menuntut apapun darinya. "Juan, Apa kau mendengarku? Aku sedang bertanya padamu," tuntut Jessica padanya, untuk pertama kali. Selama ini yang ia lihat dari kepribadian Jessica hanyalah kerapuhan. Tapi malam itu, yang melihat sebuah ketegasan pada sorot mata wanita yang tidak pernah dianggapnya selama ini. "Untuk apa aku harus bertanya kepadanya. Itu hanya akan memperpanjang masalah. Aku cukup tahu apa yang sudah dia lakukan." Juan menghindar dari pertanyaan istrinya. Bukan karena dia tidak ingin memuaskan Jessica. Tapi Juan mengatakan yang sebenarnya, sikapnya bahkan sudah berubah pada Amber. Sudah tidak ada lagi kehangatan seperti sedia kala, hanya satu yang masih mengganjal di hati Juan. Amber selama ini hidup dalam keadaan yang tidak sehat. Juan hanya merasa kasihan dan ada rasa bersalah yang menghantuinya. Wanita itu, sampai sekarang masih menunggu Juan dengan setia. "Ah, begit

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status