Share

Bab 8

Author: Ufuk Timur
last update Last Updated: 2025-10-04 06:07:51

"Mencatat apa yang boleh dan tidak boleh kumakan."

Audrey menurut. Gadis itu mengambil kertas dan pulpen, siap menulis.

"Pertama, aku alergi jamur. Catat itu agar kamu tak lupa!"

Audrey mulai menulis, namun dahinya mengkerut. 'Hanya alergi jamur saja apa perlu di catat? Aku bisa mengingatnya seumur hidup'.

"Kedua, aku tidak makan kacang-kacangan yang di goreng. Aku hanya makan kacang yang proses masaknya direbus."

"Apa bedanya?" Audrey mulai memprotes. Entah itu direbus, disangrai, atau digoreng, semuanya tetap kacang. "Kamu alergi juga?"

Earl menggelengkan kepalanya. "Nggak. Cuma ngga suka aja!"

"Lalu kenapa aku harus menulis ini?"

Earl suka atau tidak, itu bukan urusan Audrey. Seharusnya pria itu cukup memberitahunya apa yang membuatnya alergi dan tidak boleh dimakan.

Mereka tidak sedang melakukan pendekatan. 'Dia pikir siapa dirinya sampai aku harus mengingat makanan favoritnya?'

Seolah tahu apa yang sedang Audrey pikirkan, Earl pun berkata, "Mulai hari ini tugasmu memasak untukku. Saat aku di rumah, kamu harus menyiapkan makanan tanpa kuperintah. Untuk itulah aku memintamu menulis semuanya!"

Pria itu berkata dengan nada memerintah, membulinya lagi. Karena Audrey belum bekerja, ia ingin gadis itu memasak saja. Siapa suruh masakannya enak.

Meskipun sup tahu kemarin membuatnya masuk rumah sakit, namun kalau boleh jujur, itu adalah sup tahu terenak yang pernah dia makan.

Dia pun meminta Audrey melanjutkan tulisannya, ketika tulisannya mencapai satu lembar kertas, saat itulah Audrey berhenti menulis.

"Sekarang, buatkan aku makan siang. Aku lapar!"

Pria itu pun bangun dari ranjang, ingin pergi ke kamar mandi, entah kenapa keseimbangannya goyah.

Bukannya menolong, Audrey berpura-pura seolah ia tak melihat. Menyentuh sama dengan membayar dan Audrey tak memiliki uang. Untuk itulah dia berpaling ke arah lain.

Namun, Earl menegurnya. "Aku sakit karenamu. Bukankah kamu harus membantuku?"

"A-aku ... Tidak berani menyentuhmu!"

"Kuizinkan kamu menyentuhku sekarang!"

Susah payah Audrey membantu pria itu ke kamar mandi. Menungguinya di luar dan mengembalikannya ke ranjang. Dia juga sempat memberinya minum sebelum keluar.

Hanya alergi, sudah dibawa ke rumah sakit. Tapi minta dirawat seperti penderita penyakit mematikan.

"Aku mau tiga porsi!" kata Earl.

"Tiga porsi?" Audrey kaget lagi. "Kamu sakit. Apa selera makanmu tak berkurang?"

"Aku lapar!" jawab Earl.

Suaranya yang lemah mengingatkan Audrey bahwa makanan terakhir yang Earl makan adalah makan siang kemarin.

Semalam Earl memang sempat makan sup tahu, tapi dia memuntahkannya di mobil saat mereka sedang dalam perjalanan ke rumah sakit, dan pagi ini dia hanya minum susu.

Audrey pun mulai memasak dan daging panggang yang Earl inginkan siap dihidangkan.

Gadis itu membawa satu porsi, dua lainnya dibawakan oleh Murphy. Dan begitu makanan itu tersaji di meja, Earl menyodorkannya ke Murphy. "Ini untukmu!"

"A-aku?" Murphy kebingungan.

Ini pertama kalinya Earl memberikan makanan secara langsung. Biasanya dia hanya akan memberi uang dan Murphy membeli makanan yang dia inginkan.

"Terima kasih sudah menolongku kemarin!"

Mendengarnya, Audrey melirik. 'Aku juga menolongmu, tapi kamu tidak mengucapkan terima kasih. Dasar picik!'

Murphy mengambil satu porsi daging panggang itu, membawanya ke dapur dan memakannya di sana. Audrey yang tak tahu apa yang harus ia lakukan pun mengikutinya.

"Kau mau ke mana?" tanya Earl Sanders.

"Aku ... Ingin cari angin di luar!" Wajahnya bersemu merah. Sebenarnya ia ingin makan sesuatu juga, tapi sungkan mengatakannya.

"Kamu mau cari mati, ya?"

Semalam, Earl melihat Audrey tidak memakai alas kaki. Tangannya dingin saat mengoleskan obat. Malamnya masih harus tidur di kursi dengan posisi yang tidak nyaman.

"Temani aku makan!" Pria itu menyodorkan satu porsi yang lain. "Kalau kau sakit, siapa yang akan memasak untukku?"

"Koki," jawab Audrey.

"Aku bosan dengan masakannya!"

Audrey sempat mengeluh tadi. Mengatai Earl dengan berbagai sumpah serapah di hatinya, namun dia tidak marah lagi karena Earl memberinya daging.

Sepasang pisau dan garpu itu pun berpindah ke tangannya dan seporsi daging panggang lenyap begitu saja.

Hanya melihat Audrey makan rasanya sudah membuat Earl kenyang. "Perhatikan cara makanmu. Kamu tak malu makan seperti itu di depanku?"

"Tidak!" Audrey menggeleng, kemudian menelan potongan daging terakhirnya.

Melihat suasana hati Earl sedang baik, Audrey pun meminta izin untuk mengambil barangnya. "Soal barangku yang kemarin, bisakah aku mengambilnya sore ini?"

"Tidak boleh! Ambil besok saja!"

"T-tapi, besok Ayesha pulang. Aku tidak tahu apa dia mengizinkanku keluar atau tidak."

"Aku yang memutuskan kamu boleh pergi atau tidak. Bukan Ayesha. Lagipula, dia baru kembali saat malam."

"Oh?" Audrey mengangguk tanda mengerti, lalu pelan-pelan menyodorkan tangannya kepada Earl.

"Apa?" Earl tidak mengerti kenapa Audrey tiba-tiba melakukan itu.

Bibirnya cemberut, persis sepeti anak kecil yang meminta permen. "Bukankah seharusnya kamu memberiku nafkah?"

Audrey tidak punya uang. Ia butuh uang untuk ongkos pergi ke rumahnya besok.

"Nafkah?" Ide liar untuk mengerjai gadis itu kembali muncul. Entah kenapa dia suka sekali membuli Audrey.

Gadis itu keras kepala, susah diatur, tapi cukup penurut. Saat terbukti melakukan kesalahan, dia bersedia melakukan apapun untuk menebusnya.

"Aku masih sakit. Tidak punya tenaga." Nada bicaranya berubah. Dia meletakkan alat makannya, membuka kancing piyamanya.

"Tunggu aku sembuh dan aku akan memberimu nafkah seperti yang kamu inginkan. Tapi kalau kamu tidak sabar, kamu boleh melakukannya sekarang. Kamu di atas!"

"T-tunggu, nafkah apa yang sedang kamu bicarakan?"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gelora Cinta Tuan Muda Kepada Istri Muda   Bab 12

    Melihat Audrey pingsan, Ayesha langsung memanggil dokter ke rumah. "Bagaimana, Dokter?" "Dia hanya kelelahan," jawab Dokter. "Biarkan dia istirahat. Dia akan sembuh satu atau dua hari." "Baiklah. Terima kasih, Dokter!" kata Ayesha. Sebelum pergi, dokter itu meninggalkan beberapa obat untuk Audrey. Ayesha yang tak memiliki waktu untuk menjaganya pun menyerahkan tugas itu kepada Rina. "Aku ada urusan di luar, baru pulang nanti malam. Kamu urus dan jaga dia!" "Baik, Nyonya!" jawab Rina. Kebetulan, Murphy masih ada di kamar itu. Dia membantu Rina mengangkat kepala Audrey agar Rina bisa memberi obat. "Coba periksa, badannya panas sekali, kan?" kata Murphy. Rina pun memeriksa kening Audrey, lalu mengambil baskom berisi air hangat. "Murphy, kamu boleh keluar. Aku akan mengompresnya sekarang." "Panggil aku kalau kamu butuh bantuanku!" Murphy pun meninggalkan kamar Audrey, sementara Rina mulai mengompresnya. Rina bahkan mengganti pakaian Audrey dengan baju tidur agar gadi

  • Gelora Cinta Tuan Muda Kepada Istri Muda   Bab 11

    "Tidak mau!" Audrey beringsut mundur. "Aku tidak menginginkannya." "Benarkah?" Senyum tipis menghiasi bibir Earl. "Tapi kemarin kamu menginginkannya lagi dan lagi. Baru sehari, kamu sudah lupa?" Audrey tak tahu omong kosong yang sedang Earl katakan. Mereka tidak pernah melakukan apa-apa, tapi Audrey tidak memiliki waktu untuk bertanya. Earl sudah naik ke ranjangnya sekarang, mencegah pria itu menodainya adalah hal penting yang harus dia lakukan. "Jangan, Earl! Kumohon jangan mendekat!" Sayangnya Earl mengabaikan larangan itu. Tak hanya menindih, Earl bahkan menyusuri leher gadis itu dengan buas. Adegan seperti ini, Audrey baru pertama kali melakukannya. Itu membuatnya malu dan tak nyaman. "Earl, sadarlah!" Gadis itu mendorong tubuh suaminya. Bukannya menjauh, jaraknya malah semakin dekat karena perbedaan kekuatan yang terlalu besar. Audrey bahkan merasakan Earl mulai menghisap dan menggigit lehernya seperti vampir. "Earl, aku bilang henti,-" Teriakan Audrey terputus. Earl mem

  • Gelora Cinta Tuan Muda Kepada Istri Muda   Bab 10

    "Ingat, kamu tak boleh ke mana-mana!" begitulah pesan yang Earl tinggalkan sebelum ia pergi. "Aku tahu!" kata Audrey. Karena Earl bekerja, Audrey tak perlu memasak. Dia pun berinisiatif membantu pelayan. Kebetulan mereka sedang mengganti bunga hidup yang mulai layu. "Nona Audrey, jangan!" Rina, kepala pelayan berusia 40-an melarang Audrey melakukan pekerjaan itu. "Kenapa?" Terbiasa bekerja, lalu tidak melakukan apa-apa membuat Audrey bosan. Makanya dia ingin membantu. Hanya merapikan bunga saja, Audrey bisa melakukan itu karena dia pernah bekerja part time di toko bunga saat kuliah. "Nanti Tuan Earl marah!" jawab Rina. "Dia?" Alisnya mengkerut. "Kenapa dia marah?" "Tuan sudah berpesan, tugas Nona hanya melayani Tuan Earl, Nona dilarang melakukan pekerjaan yang lain." "T-tapi?!" Ah, sudahlah. Pria arogan itu tak henti-hentinya membuat Audrey terkejut. Padahal, dia sudah membunuh putrinya, sudah mengirimnya ke rumah sakit, tapi kenapa dia masih begitu baik? Bahkan

  • Gelora Cinta Tuan Muda Kepada Istri Muda   Bab 9

    "Aku sudah membuka bajuku, dan kamu masih bertanya nafkah apa yang kubicarakan. Kamu itu polos atau bagaimana?" Atasan piyama itu terlepas dari tubuh atletisnya dan Audrey melihat perutnya yang kotak-kotak. Pemandangan seperti ini, Audrey sudah sering melihatnya, namun rasanya berbeda saat Earl melakukannya. Ada perasaan ingin menyentuh, tapi tak berani. Ingin berpaling, tapi sayang jika dilewatkan. Kapan lagi ia bisa melihat pemandangan indah yang memanjakan mata seperti ini? "Cepatlah!" kata Earl. Akhirnya kata itu menyadarkan Audrey dari lamunan. Gadis itu mengambil piyama Earl dan melemparkannya ke pangkuan. "Kamu salah paham. Aku minta uang, bukan hal menjijikkan itu!" "Jadi kamu mau atau tidak?" "Tentu saja tidak!" Audrey berpaling, lalu melipat tangan. "Karena kamu sudah sehat, sebaiknya kamu pindah ke kamarmu. Aku juga ingin tidur di kasur!" "Aku masih sakit." Tanpa memakai piyamanya, Earl langsung merebakan dirinya ke ranjang. Menepuk-nepuk bantal di sebelahnya dan be

  • Gelora Cinta Tuan Muda Kepada Istri Muda   Bab 8

    "Mencatat apa yang boleh dan tidak boleh kumakan." Audrey menurut. Gadis itu mengambil kertas dan pulpen, siap menulis. "Pertama, aku alergi jamur. Catat itu agar kamu tak lupa!" Audrey mulai menulis, namun dahinya mengkerut. 'Hanya alergi jamur saja apa perlu di catat? Aku bisa mengingatnya seumur hidup'. "Kedua, aku tidak makan kacang-kacangan yang di goreng. Aku hanya makan kacang yang proses masaknya direbus." "Apa bedanya?" Audrey mulai memprotes. Entah itu direbus, disangrai, atau digoreng, semuanya tetap kacang. "Kamu alergi juga?" Earl menggelengkan kepalanya. "Nggak. Cuma ngga suka aja!" "Lalu kenapa aku harus menulis ini?" Earl suka atau tidak, itu bukan urusan Audrey. Seharusnya pria itu cukup memberitahunya apa yang membuatnya alergi dan tidak boleh dimakan. Mereka tidak sedang melakukan pendekatan. 'Dia pikir siapa dirinya sampai aku harus mengingat makanan favoritnya?' Seolah tahu apa yang sedang Audrey pikirkan, Earl pun berkata, "Mulai hari ini tugasmu memasa

  • Gelora Cinta Tuan Muda Kepada Istri Muda   Bab 7

    "Bagaimana, Dokter?" tanya Audrey ketika Dokter keluar dari ruang perawatan. "Sudah diberi obat, Earl boleh pulang setelah baikan." Dokter pun pergi dan Audrey menemui Earl yang belum siuman. Ada Edgar dan Murphy juga di sana. Berdiri di sebelah ranjang untuk melihat kondisi Earl. Diantara mereka, hanya Edgar yang penampilannya 'agak' pantas dilihat. Pria itu berbadan tinggi. Tubuhnya berotot juga, tapi tidak sebesar Murphy. Dia memakai piyama polos berwarna biru dongker, masih tampan meskipun rambutnya acak-acakan. Sedangkan Murphy memakai piyama berwarna cokelat. Sebenarnya cocok saja dengan warna kulitnya, tapi agak memalukan karena bermotif polkadot. Sangat tidak sesuai dengan bentuk tubuhnya yang super besar dan kekar. Sementara Audrey memakai piyama warna hitam bermotif kotak-kotak. Dialah yang paling mencemaskan Earl. Sendalnya? Audrey lupa di mana ia meletakkannya. Dia telanjang kaki sekarang. "Earl alergi jamur, kamu tidak tahu itu?" Si perfeksionis Edgar menegur Aud

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status