INICIAR SESIÓN“Randy, apa yang kamu lakukan?”Tiara yang sampai di mobil pria itu langsung merasa cemas. Randy membawanya dengan paksa. Sudah beberapa kali Tiara mencoba melawan, tapi tenaganya kalah dengan pria itu. Bagaimanapun Tiara hanya seorang wanita. Sekuat apapun dia mencoba, tetap saja tidak akan berhasil melumpuhkan Randy. “Randy, aku ke sini bersama dengan Jehan. Aku tidak bisa pergi denganmu,” kata Tiara lagi. Dia mulai cemas. Kalau tidak pulang bersama dengan Jehan, orang tuanya pasti akan marah. Namun, Randy tetap terlihat tenang. Pria yang duduk di sebelah Tiara itu langsung meraih kedua tangan Tiara dan menyatukannya. Bahkan Randy langsung mengikat tangan tersebut, membuat Tiara semakin menatap di penuh ketakutan. “Randy, kenapa kamu menalinya?” tanya Tiara lagi. Dia merasa alarm bahaya dalam dirinya mulai berbunyi. Dia yakin ini bukan hal yang bagus. “Supaya kamu tidak kabur dariku,” jawab Randy. Pria itu bahkan duduk dengan tenang dan seperti tidak merasa bersalah sama sekali.
“Akhirnya aku diizinkan keluar,” kata Tiara. Tiara benar-benar bernafas lega. Setelah beberapa hari dia hanya dikurung di rumah, tidak diperbolehkan memegang ponsel atau semacamnya, tapi kali ini dia sudah bisa keluar rumah lagi. Senyum lebar langsung tercetak jelas di bibirnya. “Kamu suka?” tanya Jehan. Tiara menganggukkan kepala dan bergumam pelan. Tentu saja dia suka. Sudah beberapa hari ini dia merindukan udara luar. Tiara bahkan sudah hampir gila karena terus-menerus berada di dalam kamar, melihat orang berlalu lalang di depan rumahnya. “Jehan, terima kasih. Karena kamu datang ke rumah, orang tuaku jadi mengizinkan ku untuk keluar,” kata Tiara. Jehan hanya menganggukkan kepala. Ini bukanlah yang pertama dia menolong sahabatnya itu. Setiap kali Tiara mendapat masalah dan dikurung di dalam kamar, selalu dirinya yang meminta izin untuk mengajaknya pergi. Orang tua Tiara begitu menghargai orang tua Jehan, itu sebabnya mudah baginya untuk mengeluarkan Tiara. “Kalau beg
“Apa yang kamu lakukan di sini, Tiara?”Tiara yang saat itu sedang menikmati pemandangan sekitar langsung mengalihkan pandangan ketika mendengar suara yang tidak asing untuknya. Bibirnya tersenyum lebar ketika melihat Jehan yang datang. Rasanya begitu lega karena kedua orang tuanya mau membiarkan sahabatnya itu main ke rumah. Sejak beberapa hari setelah pembatalan perjodohan, kedua orang tuanya tidak mengizinkan Tiara bertemu siapapun. “Jehan, akhirnya kamu datang,” ucap Tiara dengan penuh kelegaan. Dia yang awalnya duduk di pinggir jendela langsung turun dan mendekap tubuh sahabatnya.“Kamu baik-baik saja?” tanya Jehan ketika melihat penampilan Tiara yang terkesan Tidak seperti biasanya. Wanita yang selalu berpenampilan anggun dan rapi itu, kini terlihat jauh lebih berantakan. Mendengar pertanyaan sahabatnya, Tiara langsung membuang nafas kasar. Dengan malas dia menjawab, “Aku bahkan sudah hampir gila berada di rumah ini. Kalau saja hari ini kamu tidak datang, Mungkin aku akan lomp
Simon meringis kecil ketika merasakan bagian bibir yang sedikit luka diolesi alkohol. Beberapa luka juga Mulai diobati. Padahal selama ini tidak ada yang bisa melukai tubuhnya, tetapi sekarang malah dia terluka karena ulah dari Sean. “Sekarang tahu kalau luka itu sakit, kan? Makanya kalau ada yang berniat melukaimu, kamu harus melawan. Jangan seperti tadi yang cuma main-main saja,” omel Cakra. Padahal dia yang baru saja dihubungi langsung datang secepat kilat, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dengan Simon.Namun, pria itu malah seperti menyerahkan diri sendiri. Simon menghajar Sean tidak sungguh-sungguh. Cakra cukup tahu kalau Simon tidak mengeluarkan seluruh kemampuannya. Tidak perlu melihat lebih dulu. Aku sudah berteman dengan Simon cukup lama. Dia cukup tahu seperti apa kemampuan sahabatnya dalam berkelahi. “Kamu tenang saja, ini hanya luka ringan. Sebentar lagi pasti sembuh,” ucap Simon. Cakra membuang nafas kasar. Dia merasa kecemasannya benar-benar seperti tidak b
Simon langsung menghindar ketika pria di depannya mulai menyerang. Dia yang hanya seorang diri langsung melangkah menjauh. Sayangnya serangan demi serangan terus saja mengerangnya. Simon juga sudah berusaha untuk melawan. Hingga salah satu anak buah Sean mengeluarkan pisau dan mengarahkan ke arah Simon berada. Beruntung, Simon dengan cepat menyingkir. Meski pada akhirnya lengan sebelah kirinya sedikit tersayat. “Sial,” gerutu Simon. “Malam ini Kami tidak akan membiarkanmu pergi dengan selamat,” ucap salah satu anak buah Sean.Simon yang mendengar langsung membuang nafas kasar. Padahal selama ini dia yang terkenal kejam dan juga licik, tetapi Simon tidak pernah melakukan hal segila ini. Dia tidak pernah berniat menyakiti Sean sama sekali. Meski dia membenci keluarga Charles, tetapi dia tidak pernah menyuruh orang untuk menyakiti keluarga tersebut. “Jangan terlalu percaya diri. Bisa saja malam ini kalian yang tidak bisa pulang dengan selamat,” kata Simon. Meski lengannya berdarah, te
“Masih ingat kembali kamu, Olivia?”Olivia yang baru memasuki kamar penginapan langsung disambut dengan pertanyaan sinis dari Sean. Olivia pun memilih diam. Dia melangkahkan kaki, meletakkan tas dan menuju ke arah sofa. Dia tidak mau mempedulikan Sean yang terlihat sedang menahan emosi. “Pagi sudah sarapan dengan Simon. Sampai malam baru kembali. Apa Ini yang kamu sebut pasangan suami istri?”Olivia membuang nafas kasar. Dia benar-benar kesal dengan tingkah Sean yang suka seenaknya sendiri. Dia kembali malam menjadi masalah untuk pria itu, tapi kalau Sean yang kembali, dia harus berpura-pura seolah tidak terjadi apapun. Dia bahkan harus menutupi kebohongan pria itu di hadapan kedua orang tuanya. “Kamu mendengarkan ucapanku atau tidak, Olivia!” bentak Sean dengan penuh amarah. Dia bahkan langsung membanting gelas yang berada di dekatnya. Olivia tersentak kaget. Dia tidak menyangka kalau Sean akan semarah ini. Padahal semalam pria itu juga bersama dengan Elsa, tetapi dia tetap baik-b







