Share

Bab 3

Author: Bintang
"Nggak ... Nggak!"

Aku tanpa sadar membantah, tetapi kata-kataku sama sekali tidak meyakinkan.

Rangga mengangkat selimut dan menatap tanganku yang belum sempat kukeluarkan, dia tersenyum jenaka.

"Masih bilang nggak, tapi lihat apa yang tanganmu lakukan."

"Jangan ... jangan biarkan siapa pun tahu. Aku ... aku bisa memuaskanmu. "

Aku agak panik, tanpa kusangka Rangga akan membuka selimutku.

Bekas sprei yang berantakan di bawah tubuhku, serta tempat tanganku berada, akan sangat mengerikan jika dilihat oleh para pekerja konstruksi di sekitarku.

Rangga mendengar kata-kataku dan langsung menekan ke arahku.

Dia menatap lekat-lekat bekas itu, lalu melirik sepetak kecil di celanaku. Tangannya yang besar mencubit tubuh bagian depanku.

"Ck ck, sebenarnya, seberapa lapar kamu ini? Kalau dari awal kamu bilang, Paman pasti akan membantumu. Tapi Paman Rangga selalu suka mengundang teman untuk bersenang-senang bersama. Kalau kamu senakal ini, kurasa satu orang nggak akan bisa memuaskanmu. Kenapa nggak panggil semuanya kemari?"

Setelah selesai bicara, Paman Rangga hendak berteriak keras ke segala arah.

"Tidak! Paman Rangga, tolong jangan panggil mereka. Paman ... Paman boleh lakukan apa pun yang Paman mau."

Aku takut.

Membayangkan begitu banyak pekerja konstruksi yang kuat di sekitarku, membuatku ingin menangis.

Aku segera melihat ke arah tempat mereka bermain kartu dan melihat bahwa para pekerja konstruksi itu tidak menyadari hal ini, aku baru menghela napas lega.

Rangga berhenti bergerak dan menatapku sambil menelan air liur.

"Kalau begitu, harus dipastikan. Paman nggak akan panggil siapa pun lagi. Jangan khawatir, Paman bisa memuaskanmu sendirian."

Dia segera naik ke tempat tidurku, menutupi tubuhnya dengan selimut, dan merapatkan tubuhnya ke arahku.

"Paman, apa kita bisa … nggak melakukannya di sini?"

Aku takut terlihat oleh para pekerja konstruksi di sekitarku dan ingin memohon padanya untuk berpindah tempat.

Rangga mengabaikanku dan mengangkat rokku dengan tangannya yang besar.

Pada saat yang sama, aku meletakkan ponselku di samping tempat tidur dan dapat merekam kami sekarang dengan jelas.

"Di sini lebih menarik. Jangan khawatir, selama kamu patuh, aku nggak akan biarkan orang lain tahu. Mereka semua adalah rekan kerjaku. Kalau aku nggak suruh mereka datang, mereka nggak akan datang. Cepat tempelkan bokong kecilmu itu.”

Perintah Rangga membuat wajahku memerah.

Tubuhnya yang hangat dan kuat menekanku erat, menyebabkan gairahku meledak lagi.

Namun, melakukannya di depan banyak orang, benar-benar memalukan.

Bagaimana jika Rangga tidak bisa menghentikan mereka saat mereka melihat kami?

Bukankah aku akan disentuh oleh para pekerja konstruksi ini?

”Paman, kumohon, aku takut ….”

Plak!

Rangga menepuk bokongku itu dan berkata, "Apa yang kamu takutkan? Diamlah sebentar. Ayo, cepat angkat bokongmu, biar Paman bisa memuaskanmu."

Hal ini membuat seluruh tubuhku bergetar tak terkendali.

Ledakan gairahku terus memburuk. Tubuhku terasa panas membara dan gelombang panas yang luar biasa seakan menelanku.

Rangga melepas celana dalamku, mencengkeram bagian bawahku erat-erat dengan kedua tangan, dan meremasnya dengan kuat.

”Kamu benar-benar elastis, montok, dan putih. Aku nggak nyangka kamu akan tumbuh sebaik ini di usia semuda ini.”

Sesuatu menghantamku dari belakang. Hanya dengan satu gerakan, aku benar-benar menjadi kacau balau.

Akal sehatku mengatakan kalau ini tak boleh dilakukan. Namun, gairahku kembali meledak, seolah-olah ular yang tak terhitung jumlahnya telah merayap di sana.

Tubuhku menjadi lemas. Seolah-olah api sedang menyala, membuatku pusing dan linglung, otakku seakan-akan kosong.

Seluruh tubuh dan hatiku seakan menjerit liar.

Tubuhku mulai mengalami perubahan yang cepat.

Bibirku sedikit terbuka dan kakiku tanpa sadar melebar.

Betapa indahnya jika dipenuhi olehnya seperti ini!
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Hasrat Terpendam di Gerbong Tidur Kereta   Bab 9

    Tangan-tangan besar itu dengan lancang memanfaatkan situasi.Aku tahu seharusnya aku menolak, tetapi sepertinya ada suara di tubuhku yang membuatku untuk menurut.Gairah sialan ini, aku sama sekali tak bisa mengendalikannya.Pria-pria ini jumlahnya lebih banyak daripada di kereta. Jika aku dilecehkan oleh mereka … aku pasti akan rusak.''Aku yang duluan, aku nggak tahan lagi.''''Kenapa kamu yang duluan? Kamu bisa menyentuhnya untuk memuaskan diri. Aku sudah nggak sabar lagi.''Mereka bahkan mulai berdebat tentang siapa yang meniduriku duluan.Melihat tak seorang pun mengalah, akhirnya mereka memutuskan untuk bermain permainan batu-gunting-kertas.Aku seperti mainan, diperebutkan secara acak oleh mereka, dan tak ada seorang pun yang peduli dengan keinginanku.Setelah akhirnya memutuskan siapa yang akan duluan, yang lain pun tidak tinggal diam, tangan-tangan besar mereka memanfaatkan situasi.Saat semua pakaianku dilepas, tiba-tiba terdengar suara keras dari luar.Orang-orang yang mende

  • Hasrat Terpendam di Gerbong Tidur Kereta   Bab 8

    Pintu terbuka. Aku menyadari bahwa itu adalah ruangan pribadi dengan sekelompok pria bermain biliar di dalamnya.Setelah mendengar pintu terbuka, tatapan mereka mengarah padaku.Ayah angkatku menarikku ke tengah ruangan."Para bos yang terhormat, ini adalah gadis biliar, dia akan menemani kalian bermain, ini adalah rasa terima kasihku atas dukungan kalian. Kalian boleh bermain sesuka hati dengannya.""Pak Andre, apa kamu sungguhan? Boleh bermain semau kami?"Salah satu pria dengan gaya rambut Mediterania berjalan menghampiriku. Tatapannya mengarah ke tubuhku dan segera menelan air liur.Aku merasa seakan tidak bisa bergerak saat dia menatapku dan secara naluri ingin berbalik dan pergi.Namun, ayah angkatku menarik lenganku."Tentu saja, Sekar, cepat pergi dan bantu para bos mengatur bola."Aku melihat tatapan mengancam ayah angkatku dan hanya bisa berjalan ke meja biliar dengan patuh.Aku membungkuk, sedikit melengkungkan punggung.Rokku yang sudah sangat pendek, terangkat mengikuti ge

  • Hasrat Terpendam di Gerbong Tidur Kereta   Bab 7

    Di bawah tekanan yang hebat, gairah di hatiku kembali menggebu.Aku mengutuk diriku sendiri karena tak tahu malu saat dipancing begitu saja oleh seorang pria.Tapi ini bukan salahku, gairah ini menguasai diriku.Terkadang aku bahkan tak bisa mengendalikan diri.Rangga melepas celanaku dan hendak langsung memulai."Siapa kau? Berani menyentuh Sekar, benar-benar cari mati!"Ayah angkatku datang dan menarik Rangga dariku, lalu menamparnya.Rangga lengah dan didorong ke tanah oleh ayah angkatku.Ketika ayah angkat hendak memukulnya lagi, Rangga sudah tersadar. Dia berdiri dan menangkis tinju yang diayunkan ayah angkatku."Pria liar dari mana kamu? Aku sama Sekar saling suka.""Aku ayah angkatnya!"Ayah angkatku semakin marah ketika mendengar apa yang dikatakannya. Dia langsung mulai berkelahi dengan Rangga. Rangga tertegun sejenak, lalu terkekeh dengan dingin."Jadi, kamu ayahnya? Ini bukan salahku. Kamu tanyakan saja pada Sekar, dia menggodaku di kereta duluan. Aku sudah nggak tahan lagi,

  • Hasrat Terpendam di Gerbong Tidur Kereta   Bab 6

    "Kali ini aku memanggilmu pulang untuk meminta bantuanmu."Ayah angkatku mengambilkan makanan untukku dengan sumpit dan lanjut berbicara padaku.Ketika mendengar ayah angkatku meminta bantuan, aku menyingkirkan semua emosiku yang berkecamuk dan menatapnya."Ayah, jangan ragu dan katakan saja."Ayah angkatku telah mengabdikan diri untuk membesarkanku selama bertahun-tahun, dan aku selalu berusaha sebaik mungkin untuk membantunya."Aku telah buka tempat biliar baru dan tidak berjalan baik pada awalnya. Jadi aku ingin coba cara baru untuk menarik pelanggan. Sekar, aku ingin kamu ...."Ngomong-ngomong, mata ayah angkatku terus menatap tubuhku yang menonjol.Tatapannya membuat wajahku memerah.Aku jadi teringat tatapan mata Rangga.Apa yang akan dilakukan ayah angkat?Saat aku tak tahan ditatap dan ingin bertanya apa maksudnya, akhirnya dia angkat bicara lagi, "Sekar, kamu sudah jadi primadona sekolah sejak kecil. Dengan tubuh montok yang selalu menarik perhatian banyak pria. Jika kamu bisa

  • Hasrat Terpendam di Gerbong Tidur Kereta   Bab 5

    "Ini benar-benar barang bagus, Rangga. Kamu punya sedikit hati nurani. Saat punya hal yang baik, kamu masih mikirkan saudara-saudaramu.""Lihat kulit ini, sehalus telur. Entah bagaimana rasanya saat bertabrakan.""Ck ck, celana dalamnya basah semua seperti ini. Gadis-gadis zaman sekarang benar-benar berpikiran terbuka. Bukannya ini jelas sedang menunggu Paman-Paman ini untuk menidurimu?"Mereka semua mengerumuniku, membuat tempat tidur yang sudah sempit itu semakin sesak.Panas yang menyengat menyelimutiku, embusan demi embusan napas panas membuat seluruh tubuhku memerah."Tidak ... jangan!"Tangan-tangan besar yang hangat mencengkeramku, mencubitiku sana-sini.Sensasi geli datang dari segala arah dan tubuhku gemetar karenanya.Ledakan gairahku kembali."Sakit sekali ... Lepaskan aku …."Aku terus menggerakkan tubuhku, kedua kakiku rapat menekuk.Saat aku hampir kehilangan kendali, seseorang menahan kakiku."Jangan ditahan, biar Paman yang membantumu …."Aku jelas-jelas takut dalam hat

  • Hasrat Terpendam di Gerbong Tidur Kereta   Bab 4

    Tawa Rangga terdengar dari belakangku."Sudah kuduga kamu cukup nakal, ternyata nggak salah nilai."Dia semakin dekat.Merasakan kekuatan itu, kulit kepalaku terasa geli dan aku menoleh untuk melihat Rangga."Paman, tolong … lembut sedikit. Aku takut nggak kuat menahannya lagi. Aku ... aku belum pernah diperlakukan begini oleh seorang pria sebelumnya."Tawa Rangga semakin keras. "Hari ini aku dapat untung besar, nggak nyangka kamu masih perawan. Jangan khawatir, Paman akan sangat lembut."Dia membidikku dengan cepat dan bergerak maju."Dengan kamu yang sebasah ini, nggak perlu khawatir. Paman pasti akan memuaskanmu."Aku merasa seperti perahu kecil yang terombang-ambing di lautan luas.Senang juga menikmatinya seperti ini.Saat aku hendak memanjakan diri, tiba-tiba aku melihat ponsel yang sedang merekam di sebelahku.Bagaimana jika Rangga mengambil video ini dan menggunakannya untuk mengancamku?Memikirkan hal ini, aku sedikit tersadar dan meraih tangan besar Rangga yang sedang meleceh

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status