Gaia yang sedang pura-pura tidur, mengerutkan kening–meringis malu dan panik secara bersamaan. Sekarang malu yang melandanya berada di level tertinggi, menembus dimensi lain.
'Dari kemarin, perasaan nih anak nggak mau ngomong deh. Diam saja! Tapi sekalinya bicara, argkkk … Cepu! Aku malu!!' batin Gaia. Jantungnya berdebar kencang dan tubuhnya panas dingin. "Humm. Daddy tahu." Kaysan berkata serak dan berat, menatap wajah istrinya dengan sorot mata geli, di mana kelopak mata Gaia bergerak-gerak. Kening perempuan ini juga mengerut, tanda jika pemiliknya sadar dan bangun, "bulu mata Mommy bergerak," lanjut Kaysan. 'Situasi macam apa ini?!' batin Gaia lagi, merasa luar biasa malu. Ingin rasanya dia pindah ke planet Pluto lalu menyendiri di sana! Karena sudah ketahuan, pada akhirnya Gaia membuka mata. Dia buru-buru bangkit dari ranjang lalu berjalan cepat menuju kamar mandi. Setelah dalam kamar mandi, Gaia menjerit tanpa suara, melampiaskan rasa malu yang menyelimuti dirinya. Di sisi lain– "Cih." Kaysan berdecih geli. Tingkah Gaia sangat lucu, seperti Gaia-nya saat mereka baru menikah dulu. "Hihihi … mommy lucu sekali, Daddy. Naia suka Mommy yang sekarang," ucap Naia sambil tertawa kecil, merasa lucu dengan tingkah mommynya barusan. **** Gaia menggembungkan pipi, berjalan ke halaman belakang untuk mencari mamanya. Gaia baru tahu saat sarapan tadi, kalau tujuan Kaysan datang ke sini bukan hanya untuk mengungkap statusnya sebagai suami Gaia. Akan tetapi juga untuk menjemput Gaia pulang dengannya. Itulah yang membuat Gaia galau dan frustasi. Bayangkan saja! Kaysan di kamarnya saja–di rumah ini, Gaia gugup setengah mati. Apalagi jika pria itu membawanya tinggal di rumah pria itu sendiri, Gaia bisa menjadi patung karena kebanyakan grogi dan gugup. Jadi sekarang Gaia ingin menemui mamanya, membujuk mamanya supaya dia boleh tak ikut pulang dengan Kaysan dan kedua anaknya. "Seharusnya sudah sewajarnya Pak Kaysan itu menceraikan Gaia." Mendengar hal itu, Gaia menghentikan langkah kaki. Dia mengurungkan niat ke teras belakang rumah, dia memilih menguping. "Ya, bagus dong kalau Gaia kita tidak diceraikan, itu bukti kalau suaminya cinta padanya." "Bagus apanya? Gaia itu perempuan tidak benar, tahunya berselingkuh dan suka kasar pada anak kembarnya. Aneh saja Pak Kaysan tidak menceraikan wanita durhaka itu. Padahal tak ada hal apapun yang bisa ia dapat dari Gaia. Cantik? Cantikan anakku si Laura. Pintar? Iya sih cumlaude. Tapi apa gunanya cumlaude kalau pengangguran sama tukang selingkuh? Udah bagus punya suami tampan, malah selingkuh. Dasar wanita jahanam!" Gaia sejujurnya tak paham dengan apa yang tantenya ucapakan. Dia selingkuh? Dia jahat pada anak-anaknya? Sungguh, dia tak paham. Namun, dia marah dan tersinggung mendengarnya. 'Di depanku si Monyet ini manis banget. Tapi di belakangku, ternyata dia kek setan.' geram Gaia dalam batin, mengepalkan tangan karena merasa marah dan panas mendengar ucapan busuk tantenya tersebut. Tantenya tersebut adalah saudara papanya, dan Gaia benar-benar terkejut karena perempuan yang selama ini selalu bersikap manis di depannya–bak malaikat, ternyata di belakang Gaia, dia suka menjelek-jelekkan Gaia. Iblis! "Aku pengennya si Gaia diceraikan oleh Pak Kaysan. Lagian si Gaia kan sudah tak berguna, sudah lupa ingatan juga. Apalagi dia kecelakaan karena mau kabur dengan selingkuhannya. Jalang yang layak diceraikan!" "Jangan gitu, Mbak. Kita tidak tahu seperti apa rumah tangga Gaia dan Pak Kaysan, jadi kita tidak boleh ikut campur. Anggaplah Pak Kaysan itu cinta mati ke Gaia. Tapi-- jangan lupa Pak Kaysan itu orang besar, orang cerdas dan CEO yang disegani banyak orang. Dia orang yang dihormati. Orang secerdas dia tidak mungkin mempertahankan wanita tukang selingkuh dan jahat, walaupun masih ada cinta di hatinya. Pasti ada alasan yang tidak kita ketahui yang membuat Pak Kaysan tetap mempertahankan Gaia." "Tetap saja Gaia tidak pantas menjadi istri Pak Kaysan. Semoga suatu saat Pak Kaysan menceraikan Gaia yang tak berguna itu, lalu dia datang melamar putriku. Kurasa putriku lebih pantas untuk Pak Kaysan. Iya kan?" "Ah, terserah kamu saja, Mbak. Aku nggak ikut campur." Gaia berdecak pelan, lalu memilih pergi dari sana. Dia tidak mau mendengar lebih banyak obrolan tantenya, dia takut makin sakit hati lalu berakhir menjambak perempuan patuh baya itu. Satu hal yang Gaia perlu lakukan. Dia harus kembali ke rumah suaminya. Tantenya tadi ingin sekali Gaia bercerai dengan Kaysan bukan? Baiklah, Gaia akan pulang ke rumah suaminya supaya wanita dakjal tadi panas dan makin iri padanya. "Putrinya lebih cantik dariku? Iuhh, hidungmu hadap langit! Monyet!" gerutu Gaia, buru-buru kembali ke kamar untuk berkemas. Yah, dia bertekad akan pulang bersama suaminya. Dia akan tinggal dengan Kaysan supaya pembenci rahasianya semakin membencinya! *** Malam harinya, Gaia akhirnya dibawa pulang oleh Kaysan–ke rumah mewah pria itu. Gaia sangat sedih karena harus meninggalkan orang tuanya, di sisi lain dia juga takut tanpa sebab karena harus tinggal bersama seseorang yang tak ia kenal. Ya, Kaysan adalah suaminya. Tapi Gaia tak tahu apapun tentang pria itu, dia juga merasa asing serta canggung pada Kaysan. Bahkan dia sedikit menyesal bersedia pulang dengan Kaysan dan kedua anak kembarnya. Tiba di rumah besar milik Kaysan, jantung Gaia berdebar sangat kencang. Dia panik tanpa sebab dan gugup setengah mati. Ketika mereka masuk, para maid dan penjaga langsung menyambut kedatangan mereka. Melihat maid yang berbaris memanjang, Gaia rasa suaminya memang sangat kaya. Maid di rumah ini banyak! Namun, Gaia tak melihat adanya orang lain di rumah ini. Maksudnya keluarga sang suami. Karena orang-orang yang menyambut mereka, semuanya mengenakan seragam. Artinya mereka pekerja di rumah ini. "Selamat datang di rumah kita, Ailov," ucap Kaysan dengan suara baritonnya yang terasa berat, menatap ke arah perempuan cantik dan manis yang terlihat gugup serta bingung. Gaia terlihat menoleh ke sana kemari, mengamati setiap sudut dari rumah mewah tersebut. Dia akui saat dia menginjakkan kaki di dalam rumah ini, dia merasa dejavu. Ada perasaan hangat, rindu, sedih dan gelisah secara bersamaan. Namun, tetap saja tempat ini asing baginya. Kaysan mendekat pada Gaia, dia memeluk pinggang perempuan itu sehingga membuat Gaia terlonjak kaget dan reflek menatapnya dengan kepala mendongak. Cup' Ketika pinggangnya dipeluk oleh Kaysan, Gaia sudah sangat terkejut. Lalu dia semakin terkejut, gugup serta canggung setengah mati saat pria ini mencium keningnya. "Maaf tidak ada yang menyambut kepulanganmu, Wife," ucap Kaysan tiba-tiba, menatap Gaia dengan sorot mata yang sendu, "aku hanya punya kau dan anak-anak. Keluargaku– mereka hanya sebatas formalitas," lanjutnya, di mana satu tangannya yang bebas terulur untuk mengusap pucuk kepala istrinya. Kaysan khawatir perempuan ini berkecil hati karena tak ada yang menyambut kepulangannya di rumah ini. Keluarga-nya? Seperti yang Kaysan katakan, keluarganya hanya sebuah formalitas yang hadir dalam hidupnya. "Tidak apa-apa, Pak," jawab Gaia cepat, begitu kikuk dan canggung. "Mas, Sweetheart. Aku suamimu," tegur Kaysan lembut. Cup' Lalu dia kembali mendaratkan kecupan singkat di kening istrinya. "Oke, Mas," ucap Gaia cepat, semakin kikuk–di mana jantungnya berpacu sangat kuat karena lagi-lagi pria ini mencium keningnya. "Tidak apa-apa, Mas," lanjutnya, mengulangi ucapannya yang sebelumnya. "Ayo, ke kamar kita." Kaysan berkata rendah, mengusap pucuk kepala istrinya sambil senyum tipis pada perempuan cantik miliknya tersebut. "Hah?" Gaia membulatkan mata, menatap suaminya dengan ekspresi konyol bercampur panik, "kamar?" "Humm. Kamar kita." Kaysan berdehem singkat, lagi-lagi senyum karena merasa geli pada ekspresi gugup istrinya. Ah, sikap canggung dan gugup Gaia membuat mereka layaknya pasangan pengantin baru. Lucu! Tiba di kamar, Gaia hanya berdiri kaku di tengah ruangan. Kegugupannya jauh lebih parah saat sudah di sini, hanya dia dan Kaysan dalam ruangan ini. Jantung Gaia berdebar kencang, mengamati Kaysan yang sedang melepas arloji. Kemudian pria itu beralih membuka tuxedo dan kemejanya. 'Hais, kenapa dia membuka baju di sini? Ck, mataku bisa ternodai.' batin Gaia, buru-buru menutupi mata dengan tangan–di mana jemari tangannya tidak merapat, alias berongga atau terbuka. Sehingga Gaia masih bisa mengintip. Tiba-tiba saja Kaysan menoleh ke arahnya, Gaia begitu panik dan buru-buru membalik tubuh. Jantungnya lagi-lagi berpacu dengan cepat, dia gugup campur malu. "Cih." Kaysan berdecih pelan, merasa geli dan lucu melihat tingkah Gaia yang menggemaskan. Kaysan berjalan ke arah istrinya, mendekati perempuan itu kemudian langsung memeluk tubuh perempuan itu dari belakang. Saat Kaysan memeluknya, Gaia benar-benar merinding. Jangan tanya bagaimana kondisi jantungnya! Intinya tubuh Gaia panas dingin. "Gaia Kaysan Smith," ucap Kaysan dengan nada berat dan rendah, membuat Gaia semakin gugup karena merinding disko mendengar suara berat pria ini. Seksi, tapi tidak cocok untuk Gaia yang polos! "Namaku Gaia Rajendra, Mas," ucap Gaia kaku. "Itu namamu sebelum kau menikah denganku, Ailov." Kaysan tiba-tiba saja menggendong Gaia, membuat perempuan itu hampir saja memekik karena terkejut. Kaysan membawanya ke atas ranjang lalu membaringkan perempuan itu di sana.Gaia yang sedang pura-pura tidur, mengerutkan kening–meringis malu dan panik secara bersamaan. Sekarang malu yang melandanya berada di level tertinggi, menembus dimensi lain. 'Dari kemarin, perasaan nih anak nggak mau ngomong deh. Diam saja! Tapi sekalinya bicara, argkkk … Cepu! Aku malu!!' batin Gaia. Jantungnya berdebar kencang dan tubuhnya panas dingin. "Humm. Daddy tahu." Kaysan berkata serak dan berat, menatap wajah istrinya dengan sorot mata geli, di mana kelopak mata Gaia bergerak-gerak. Kening perempuan ini juga mengerut, tanda jika pemiliknya sadar dan bangun, "bulu mata Mommy bergerak," lanjut Kaysan. 'Situasi macam apa ini?!' batin Gaia lagi, merasa luar biasa malu. Ingin rasanya dia pindah ke planet Pluto lalu menyendiri di sana! Karena sudah ketahuan, pada akhirnya Gaia membuka mata. Dia buru-buru bangkit dari ranjang lalu berjalan cepat menuju kamar mandi. Setelah dalam kamar mandi, Gaia menjerit tanpa suara, melampiaskan rasa malu yang menyelimuti dirinya. Di
"Ini sudah malam dan sudah saatnya untuk tidur, Sweetheart," jawab Kaysan, mengangkat kunci di tangannya sambil senyum pada istrinya. Namun, saat Gaia berjalan cepat ke arahnya, Kaysan langsung memasukan kunci dalam saku celana. Gaia menatap saku celana Kaysan kemudian beralih menatap pria itu dengan ekspresi tak percaya. Licik! "Daddy, Yaya sudah mengantuk tetapi Yaya belum menyikat gigi," ucap Naia pelan, si gadis kecil berusia 5 tahun–putri Kaysan dan Gaia. Gaia menatap gadis kecil itu cukup intens. 'Sumpah! Aku udah punya anak sebesar ini? Gila, mana ada dua lagi!' "Ayo. Daddy temani," ucap Kaysan lembut pada putrinya. Naia dan Nezha turun dari sofa, mengikuti Kaysan ke arah kamar mandi. Gaia awalnya bengong karena masih belum percaya dia punya putra yang tampan dan putri yang cantik. Sepasang anak kembar! Namun, lamunannya tersadar saat ingat sesuatu. Tiga hari yang lalu, dia baru berbelanja perlengkapan mandi. Odol dan sikat giginya-- "Jangan masuk!" Gaia berlari cep
"Kayak di drama-drama saja aku, tiba-tiba lupa ingatan. Uma ingin mengerjai Gaia kan?" tanggap Gaia, sama sekali tidak percaya dengan ucapan mamanya. Otaknya sulit menerima dan dia merasa sangat tak mungkin. Amnesia dan tiba-tiba punya suami dan dua anak? Mana mungkin! Tiana terdiam sejenak, tak ingin memaksa karena takut membuat kondisi putrinya memburu. Dokter yang merawat Gaia mengatakan, mereka boleh memberitahu kondisi ini pada Gaia setelah fisik Gaia pulih dan perempuan itu sudah melakukan aktivitas secara normal. Namun, mereka tidak boleh mendesak Gaia untuk langsung menerima kondisinya. Itu akan membuat otaknya bekerja lebih keras dan itu bisa membuat kondisi Gaia lebih buruk. "Nama suami kamu Kaysan Dante Smith. Si kembar, yang Kakak namanya Nezha Dante Smith. Yang adek, namanya Naina Daisy Smith," ucap Tania kembali bersuara. Tidak apa-apa jika putrinya menolak menerima kebenaran tentang kondisinya. Akan tetapi setidaknya Gaia tahu siapa nama suami dan anak-anaknya.
Gaia reflek berdiri, menatap tegang pada sosok pria dan kedua anak itu. Apa maksud pria ini? Ketika Kaysan menatapnya, Gaia langsung membuka mulut–bersiap untuk memarahi pria ini karena Gaia merasa pria ini sedang mempengaruhi anak-anaknya supaya memanggil mama pada Gaia. Dia tak terima dipanggil mama! Namun, sebelum dia mengatakan sesuatu, tiba-tiba orang tuanya datang. Gaia jadi mengurungkan niat untuk mengomeli Kaysan dan anak-anaknya. Gaia menghela napas lalu menatap orang tuanya yang sedang bersalaman dengan Kaysan. Hal yang membuat Gaia mendadak bingung dan tak paham adalah ketika pria ini memanggil mama dan papa pada orang tua Gaia. Di sisi lain, kedua anak pria itu memanggil nenek dan kakek pada orang tuanya. Anak-anak itu juga terlihat akrab dengan orang tua Gaia. 'Sebenarnya siapa Mas Kaysan dan kedua anak ini?' batin Gaia, mengerutkan kening sambil memperhatikan interaksi orang tuanya dengan kedua anak itu–di mana Gaia baru tahu kalau kedua anak itu ternyata kembar ta
Ting'"Gaia sayang, tolong lihat siapa yang datang."Gaia yang sedang bermain dengan ponselnya seketika menoleh pada ibunya yang meminta tolong supaya dia membuka pintu. Ada tamu! "Iya, Uma," jawab Gaia, bangkit dari sofa lalu beranjak dari sana untuk membukakan pintu. Hari ini seluruh keluarganya sedang berkumpul untuk makan malam keluarga bersama. Bukan tanpa sebab keluarganya berkumpul. Seminggu yang lalu, Gaia baru keluar dari rumah sakit, di mana sebelumnya dia dirawat lebih dari sebulan di rumah sakit karena insiden kecelakaan yang menimpanya. Kata ibunya, dia sempat koma selama seminggu karena kecelakaan tersebut. Anehnya, Gaia sama sekali tak ingat apa-apa tentang kecelakaan yang ia alami. Karena Gaia telah pulih, keluarganya berkumpul untuk mengadakan syukuran kecil-kecil–bentuk terima kasih dan rasa syukur mereka karena Gaia selamat dari maut. Ting' nong'"Bentar," ucap Gaia, mempercepat langkah kaki. Setelah di depan pintu, Gaia bergegas membuka pintu karena tak ingin