بيت / Romansa / ISTRI BONEKA TUAN SADEWA / Mbak Eka pengkhianat!

مشاركة

Mbak Eka pengkhianat!

مؤلف: Vera Nox
last update آخر تحديث: 2025-07-13 03:20:52

Linda Hayden keluar dari ruangan Sadewa Atmadja dengan muka kusut. Matanya berkaca-kaca, seolah sedang menahan tangis yang bisa menetes kapan saja. Bukan seolah—ia memang sedang berjuang mati-matian agar air matanya tidak jatuh saat itu juga.

Jangan sebut ia cengeng. Karena Linda yakin, siapa pun yang berada di posisinya pasti akan menangis.

Bagaimana tidak? Orangtuanya meninggal dunia dan mewariskan utang yang menumpuk. Saat Linda mencoba bertahan hidup—berhenti kuliah dan bekerja serabutan demi membayar semuanya—ia malah dijebak oleh kakak sepupunya sendiri. Satu-satunya keluarga yang tersisa, justru menyeretnya menjadi istri kontrak seorang CEO kaya raya... yang gila.

Memang sih, bayarannya besar. Dengan uang 200 juta yang ia terima di awal, dan 25 juta perbulan, ia bisa melunasi utang kedua orangtuanya itu dalam waktu dua belas sampai lima belas bulan. Linda tak harus bekerja mati-matian seumur hidup untuk melunasi utang-utang itu berkat kontrak nikah yang ia tandatangani.

Namun tetap saja ia rasanya ingin menangis. Tentu saja. Bagaimanapun juga, Linda hanyalah seorang perempuan yang bermimpi untuk menikah dengan pria yang ia cintai. Bukan malah menikah secara terpaksa—apalagi nikah kontrak— hanya karena ia terlilit banyak utang. Dan salah satu orang yang menjerumuskan ia pada pernikahan kontrak itu adalah Mbak Eka. Sepupunya sendiri.

Ia kecewa juga marah. Linda merasa dikhianati oleh kakak sepupunya itu.

Ah. Benar. Kakak sepupunya.

Linda harus mencari Mbak Eka sekarang juga. Linda harus bertemu dan bertanya langsung kepada orang itu alasan kenapa dia begitu tega menjebak Linda begini.

"Awas saja. Aku pasti bakal jambak rambut Mbak Eka kalau ketemu!" desisnya.

Dan sepertinya Linda cukup beruntung, karena detik berikutnya ia melihat orang yang ia cari itu sedang berjalan menuju ke arahnya dengan berkas di tangan kanan dan kirinya.

Buru-buru Linda mengusap matanya yang sedikit meneteskan airmata. Lalu Linda tersenyum cerah saat matanya bertatapan dengan mata Mbak Eka—sepupunya.

"Mbak Eka!" seru Linda riang. Perempuan itu berusaha menyembunyikan kekesalannya pada sosok di depannya. Meski ia sendiri tak tahu kenapa ia melakukan itu.

"Eh, Lin. Udah selesai wawancaranya? Gimana hasilnya?"

Mbak Eka juga tersenyum, ramah dan hangat seperti biasa, seolah ia tidak pernah melakukan satu kesalahan fatal padanya. Dan itu membuat Linda makin kecewa bukan main pada sosoknya.

Padahal Mbak Eka tahu wawancara apa yang ia lakukan di ruangan itu—tentu saja, Mbak Eka adalah sekretaris pria setengah iblis itu, dia juga yang menawari posisi ini untuknya, jadi pasti dia tahu seratus persen. Namun tingkahnya seolah ia tidak tahu apa-apa.

"Lancar, Mbak," jawab Linda seadanya.

Mbak Eka makin melebarkan senyumannya.

"Syukurlah, kamu terima?" tanyanya lagi dan Linda mengangguk.

"Iya, Mbak. Udah tanda tangan kontrak juga." Linda masih menjawabnya secara ambigu. Tidak langsung menyebutkan kontrak nikah atau semacamnya untuk melihat reaksi Mbak Eka yang—sayangnya masih normal dan tampak tak tahu apa-apa.

Mbak Eka yang mendengar jawaban itu pun hanya menganggukkan kepalanya seolah mengerti.

Perempuan itu lalu menepuk pelan pundak Linda.

"Bagus deh, kalau kamu sesuai sama kriteria Pak Sadewa."

Linda mengernyitkan keningnya, tak mengerti dengan apa maksud perempuan itu.

Mbak Eka yang melihat Linda kebingungan pun sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Linda, ia mendekatkan mulutnya di telinga Linda sebelum ia kembali berkata, "Kapan lagi kamu dibayar 200 juta buat jadi istri kontrak CEO ganteng, kan?" bisiknya.

Mata Linda membulat. Ia menatap tak percaya ke arah Mbak Eka yang menyeringai kecil setelah berbisik begitu di telinganya.

"Mbak Eka bilang apa barusan?" Suara Linda sedikit bergetar saat bertanya begitu.

Sungguh, Linda sama sekali tak pernah berpikir kalau Mbak Eka akan melakukan hal keji seperti menjebaknya begini.

"Nggak, Mbak Eka cuma bilang selamat, akhirnya kamu bisa lunasin utang bapak sama ibu kamu," kata Mbak Eka, sambil tersenyum hangat yang entah kenapa malah terlihat sangat menyebalkan dan menyakitkan di mata Linda.

Tangan Linda mengepal erat. Buku jarinya bahkan sampai memutih karena ia mengepalkan tangannya terlalu erat.

"Kenapa Mbak Eka tega?" tanya Linda.

Beruntungnya, lantai ini hanya diisi oleh ruang kerja Sadewa Atmadja. Jadi, tak ada orang yang berlalu lalang di sekitaran sini yang akan menyaksikan drama pertengkaran dua saudara.

"Tega kenapa? Mbak Eka hanya coba bantu kamu buat lunasin utang orangtuamu, lho."

"Iya. Mbak bener." Linda menjeda sejenak kalimatnya.

"Tapi nggak dengan bikin aku jadi istri kontraknya Bos sinting Mbak itu!" teriaknya marah. Napas Linda memburu.

Airmata yang sedari tadi ia tahan untuk tak keluar pun, malah mulai mengalir dengan deras. Hatinya benar-benar hancur.

Linda benar-benar tak percaya satu-satunya keluarga yang ia punya, mengkhianati dirinya dengan cara yang paling kejam.

Mbak Eka tertawa renyah. "Terus, memangnya kamu punya cara buat lunasin utang bapak kamu, hah?" tanya Mbak Eka menantang, senyuman ramah dan wajah hangatnya itu hilang seketika.

"700 juta. Utang bapak kamu ke orang-orang yang dia tipu itu 700 juta. Kamu kerja banting tulang dari pagi ketemu pagi lagi juga, nggak bakal kekumpul uang segitu kalau bukan dengan jual diri!"

Mata Mbak Eka menatap tajam ke arah Linda yang sedang menangis tanpa suara.

"Dengar, Linda. Dunia luar itu kejam. Kamu harus tahu itu. Dan percaya sama Mbak, jadi istri kontrak Pak Sadewa jauh lebih baik daripada kamu keluyuran cari kerjaan nggak jelas yang bikin kamu berakhir menjajakan diri kamu ke om-om mesum di pinggir jalan," kata Mbak Eka sebelum ia kembali melanjutkan langkahnya yang semula terhenti.

"Lalu, apa yang Mbak Eka dapatin dari jual aku ke Pak Sadewa? Mbak Eka pasti dijanjiin sesuatu kan kalau bisa bawain perempuan yang bisa dijadiin istri kontrak bos Mbak itu?"

Langkah Mbak Eka terhenti.

Linda bisa melihat perempuan itu yang sedikit mengejat terkejut mendengar pertanyaannya barusan. Dan reaksinya itu sudah cukup untuk menjawab pertanyaan Linda.

استمر في قراءة هذا الكتاب مجانا
امسح الكود لتنزيل التطبيق

أحدث فصل

  • ISTRI BONEKA TUAN SADEWA   45

    Waktu yang seharusnya dipakai mandi itu malah dipakai untuk bercumbu lagi. Dan Linda tidak bisa memprotes. Karena setiap kali memprotes, Sadewa akan semakin membuat Linda gila dengan setiap sentuhannya. Barulah setelah hampir satu jam, Sadewa benar-benar memandikan Linda. Lalu segera membungkus Linda dengan handuk setelah selesai membersihkan perempuan itu."Saya takut malah membuat kamu kotor lagi," bisik Sadewa saat menutupi tubuh Linda dengan handuk kimono itu. Dan setelahnya barulah Sadewa membilas tubuhnya sendiri. Iya. Dia membilas tubuhnya di hadapan Linda yang duduk mematung. Menyaksikan pria itu basah-basahan tanpa busana. Benar-benar gila. "Sadewa... Apa Arum hari ini juga akan menata rambut dan wajahku?" tanya Linda saat mereka akhirnya keluar dari kamar mandi. Sadewa langsung mendudukan Linda di kursi rias. Sementara pria itu mencari baju. Satu untuknya. Dan satu setel lagi untuk Linda. Pria itu langsung memberikan satu dress panjang tanpa lengan ke arah Linda.War

  • ISTRI BONEKA TUAN SADEWA   44. Biar Saya Bantu Bilas (18+)

    "Ini masih pagi."Linda menepis tangan Sadewa yang kembali bergerilya di tubuhnya. "Dan kamu harus bangun karena ini sudah pagi." Sadewa tak mau kalah. Pria itu mencium kening istrinya lalu ke arah bibirnya."Hari ini ikut saya ke kantor."Linda yang masih memejamkan matanya sambil memeluk guling itu otomatis membuka matanya. Matanya membola, menatap bingung ke arah Sadewa yang kembali mengecup bibirnya."Ayo, bersiap," kata Sadewa lagi sebelum Linda sempat memprotes. Ah, tidak. Linda menelan bulat-bulat keinginannya untuk memprotes atau bertanya saat ia ingat betapa mengerikannya Sadewa kemarin.Jadi, Linda hanya menganggukan kepala patuh. Sadewa yang melihat Linda menganggukkan kepalanya itu pun kembali mengecup pelan kening perempuan itu. Bibirnya sedikit melengkung ke atas membuat senyuman tipis yang cukup menyilaukan mata. Ah. Linda benar-benar membenci Sadewa yang begini. Kadang pria itu selembut kapas. Kadang pula sekasar dan sekeras kulit durian. Mau dia itu apa sih se

  • ISTRI BONEKA TUAN SADEWA   43. Siang dan Panas (18+)

    "Ugh... Sadewa..." Ini masih siang. Matahari juga masih bersinar sangat terik dan panas. Namun apa yang dilakukan Sadewa jauh lebih panas dan membara. Lebih panas dari kuah malatang yang jatuh dan mengenai pahanya akibat ulah Sadewa yang tiba-tiba menyambar bibirnya. Ah. Bahkan Linda sendiri tak ingat bagaimana mulanya. Perempuan itu tak sadar, tahu-tahu jarak mereka makin dekat dan tipis. Napas memburu Sadewa yang makin panas di kulit wajahnya, dan.... Cup. Satu kecupan ringan yang berubah menjadi kecupan panas dan ganas. Arum dan kedua pelayannya yang lain—juga beberapa orang pelayan lain selain pelayan pribadinya langsung saja bubar barisan. Tak ingin melihat adegan tak senonoh Tuan dan Nyonya yang mereka layani. "Ah..." Panas. Rasanya panas. Bukan hanya sapuan bibir Sadewa yang membakar, tapi juga kuah malatang mendidih yang tumpah dan mengenai pahanya saat pria itu semakin memperdalam pagutannya. Namun sensasi perih itu tak bertahan lama. Sadewa dengan s

  • ISTRI BONEKA TUAN SADEWA   42. Menghilang dan Kembali

    Sadewa pergi lagi setelah bertemu dengan Kakeknya. Dan pria itu belum kembali juga sampai sekarang. Linda? Tentu saja dia khawatir. Bukan khawatir karena Sadewa yang belum kembali pulang. Melainkan khawatir dengan isi pembicaraan Sadewa dengan sang kakek. 'Apa Kakek Atmadja akhirnya tahu kalau dia itu cuma istri kontraknya Sadewa?'Kalau ketahuan kan, bahaya. Ugh. Mana, Sadewa juga tak bisa dihubungi lagi. "Apa kamu tahu kemana Sadewa?" tanya Linda pada Arum yang tentu saja dibalas oleh gelengan kecil pelayan itu. "Mohon maaf, Nyonya. Tapi tuan sama sekali tidak mengatakan apapun saat pergi," katanya sambil membungkuk hormat. Linda hanya menggigit bibir bawahnya. Ia lalu kembali menghubungi nomor Sadewa. Namun lagi-lagi nomor ponselnya tak dapat dihubungi. Kemana sebenarnya Sadewa pergi?.....Besoknya pun, Sadewa masih belum kembali. Ponselnya pun masih tak bisa dihubungi. Saat dia bertanya pada Mbak Eka pun—sekretarisnya— dia berkata kalau Sadewa malah membatalkan semua a

  • ISTRI BONEKA TUAN SADEWA   41. Boneka?

    Begitu mobil berhenti di rumah Sadewa, Linda kembali ditarik secara paksa.Tidak ada sedikit pun kelembutan. Sadewa benar-benar memperlakukan Linda layaknya barang, bukan lagi seorang manusia.Perlakuan itu membuat Linda marah sekaligus sedih setengah mati."Pa... Pak..."Sadewa tidak menyahut. Ia masih menyeret lengan Linda untuk mengikuti langkah lebarnya.Hingga akhirnya, langkah mereka berdua terhenti oleh sosok tamu tak diundang yang tiba-tiba muncul dari balik pintu rumah megah itu."Eyang? Apa yang Eyang lakukan di sini?" tanya Sadewa, suaranya serta-merta kehilangan nada kasar dan berubah menjadi lebih tertahan.Dalam sekejap, cengkeraman Sadewa yang keras dan menyakitkan di lengan Linda melemah. Jari-jarinya yang tadinya menggenggam seperti besi berubah menjadi sebuah genggaman yang halus, bahkan hampir protektif. Seolah dalam sedetik, Linda berubah dari "barang" tak berharga menjadi "harta" yang harus dilindungi di depan kakeknya.Linda pun tak mau kalah. Ia memasang senyuma

  • ISTRI BONEKA TUAN SADEWA   40. Petaka

    "Ah... Sa... Sadewa..."Linda meringis ketika pria itu menghentikan langkahnya, lalu dengan kasar melemparkan tubuhnya ke kursi samping kemudi."Sepertinya saya sudah terlalu lunak sama kamu," ucap Sadewa, suaranya dingin menusuk.Linda cepat-cepat menggeleng. Tatapannya gemetar, terpaku pada sosok Sadewa yang kini tampak jauh lebih menyeramkan.Ia selalu tahu Sadewa menakutkan. Tapi baru kali ini Linda menyadari betapa mengerikannya pria itu ketika sedang marah."Sa... Sadewa..." bisiknya lirih.Blam!Pintu mobil dibanting keras, membuat Linda tersentak kaget.Sadewa benar-benar tidak menghiraukannya. Pria itu bahkan tidak sudi melirik sedikit pun ke arahnya.Sadewa masuk ke mobil dari sisi pengemudi. Suara gesekan kulit jok terdengar ketika tubuh tegapnya menghantam kursi.Tangannya langsung meraih setir, sementara rahangnya mengeras, urat di lehernya menegang.Linda menelan ludah. Jemarinya bergetar di atas pahanya. Ia ingin bicara, tetapi lidahnya terasa kelu.Ugh. Sepertinya ia

فصول أخرى
استكشاف وقراءة روايات جيدة مجانية
الوصول المجاني إلى عدد كبير من الروايات الجيدة على تطبيق GoodNovel. تنزيل الكتب التي تحبها وقراءتها كلما وأينما أردت
اقرأ الكتب مجانا في التطبيق
امسح الكود للقراءة على التطبيق
DMCA.com Protection Status