“Rizal, bukan mantannya Yumna kan ya?” Bianca nyeletuk dengan lengkung senyum polosnya. Memancing Yumna agar lebih merasa tersudut. Mungkin cara ini membuat perasaannya bisa lega. Memang melihat sikap Devian yang menyakitkan. Namun melihat ekspresi lugu Yumna, adiknya, belum lagi membuat Devian terpancing emosinya. ‘Bukankah itu lebih menarik?!’ “Mantan?” Devian mengerutkan keningnya. Mata elangnya menatap Yumna tajam.“A-apa?! Itu fitnah mbak,” terang Yumna dengan wajah berlipat-lipat di keningnya seiring gelengan kepalanya sebagai penolakan kerasnya. Nada suaranya lebih tinggi dari biasanya. Ada perasaan mengganjal yang membuatnya ingin rasanya berteriak. Menyanggah karena semua titik kesalahan ada pada pria yang bernama Rizal. Seorang pria yang hadir mencoba memperkeruh suasana. “Jaga ucapanmu Bianca! Beraninya …” Devian mengendus kesal. Wajahnya tak kalah berkerut dari Yumna. Hidungnya sampai kembang kempis seiring detak jantung yang mulai menderu. Mata elangnya menghunus menat
‘Ada perasaan yang berbeda? Mas Devian terus membisu.’ Keresahan Yumna terus saja melanda.Wanita itu hanya pasrah mengikut langkah suaminya. Melihat suaminya tengah berganti piyama kembali di dekat pintu, Yumna langsung menuju ruang rias untuk melepas hijabnya lalu menggantungnya di hanger lemari miliknya. Sesekali dua manik hitamnya mengarah pada punggung suaminya yang terlihat masih mengaitkan kancing piyamanya. Dengan balutan lingeri, Yumna bergerak duduk di bibir ranjang.“Mas marah ya?” tanya Yumna yang akhirnya memberanikan diri membuka obrolan yang selama ini terdengar seunyi.“Kenapa harus marah?!” Devian berbalik bertanya dengan tatapan malasnya. Sorot matanya terlihat guratan emosi yang tertahan lama. ‘Rasanya memuakkan membahas ini.’“Kalau aku salah, aku minta maaf Mas. Lagipula aku sama sekali enggak mengundang Kang Rizal ke sini,”tegas wanita itu yang seketika kejujurannya membuat bola matanya membesar seketika. Yumna menyadari ucapannya benar-benar salah. ‘Astaghfirul
Rizal tengah duduk di kursi teras dengan kedua sikut tangannya menopang pahanya. Dia menarik napas panjang sembari wajahnya menunduk. Lensa di matanya memantulkan ubin-ubin yang tersusun rapi, tapi aura tatapannya menangkap sedang memikirkan hal lain. Insiden ciuman itu benar-benar membuatnya berpikir keras. Baru kali ini dia merasakan rasanya hilang akal, menghadapi wanita itu. wanita yang menggelitik hatinya hingga tak tahan tubuhnya ingin dan ingin semakin dekat dengannya. Sebenarnya wanita itu tak melakukan apa pun. Rizal menerka-nerka, apa yang salah dengannya hingga bisa berbuat senekat itu? Padalah, sejatinya tak ada daya tarik dari penampilan ataupun gaya dari seorang Yumna. ‘Ini Syetan. Aku telah lepas kendali. Astaghfirullah.’ Batinnya terus mengerang. Meyakinkan kalau memang pancingan syetan begitu mulus hingga bisa memperdaya pikiran kotornya. Namun apa daya, tubuhnya yang bergerak, jelas dirinyalah yang patut disalahkan atas semua ini. ‘Untuk apa kamu di sini? Untuk me
“Wanita itu tiba-tiba menelepon sambil nyebrang. Saya enggak tahu jadi … jadi seperti ini.” Seorang pemuda dengan suara parau menjelaskan ke perawat yang sedari tadi sibuk mendorong ranjang pasien. Pria berjaket kulit serta bersarung tangan itu terus saja mengikuti mereka dengan kening yang peuh peluh. Detak jantungnya begitu memacu seiring kekhawatiran dan rasa bersalahnya yang menghantuinya. Pria itu melipat bibirnya lagi. Takut kalau pasien yang ditabraknya akan berakhir naas.“Ya, Mas bisa menjelaskannya nanti.” singkat perawat itu sembari fokus mendorong ranjang pasien. Sesekali bola matanya mengarah pada pasien wanita yang terbaring tak sadarkan diri. Darah pekat masih terlihat segar menembus hijab di bagian kepala Maya. Ada beberapa memar di dagu dan lecet di telapak tangannya. Belum lagi bagian tubuh yang lain masih tak terlihat karena masih terbalut dress yang sudah terlihat ada beberapa bagian yang kumal dan kotor karena terkena gesekan ataupun terjatuh. Sementara pemu
Yumna merasa sangat sedih dengan apa yang sedang dihadapi dalam keluarganya. Tidak menyangka saja sang suami yang begitu dia cintai percaya pada apa yang dikatakan Diana. Jelas saja tidak menyangka, kalau sang suami yang katanya juga begitu mencintainya tega menuduh tentang kehamilannya. Sudah sangat jelas bahwa janin dalam kandungan Yumna adalah anak mereka sendiri. Dan hubungannya dengan Rizal hanya sebatas teman saja, karena Rizal juga menyadari bahwa Yumna sudah menjadi istri orang."Aku tahu ini adalah bagian dari rencana Allah untuk membuat aku semakin kuat. Pasti di depan akan ada sebongkah hikmah yang sangat besar. Aku harus tabah dan kuat menerima semua ini. Karena menerima dan berdamai dengan sendiri adalah kekuatan yang aku butuhkan di waktu kehamilanku. Bukan hanya demi diriku sendiri akan tetapi juga kesehatan anak dalam kandunganku," ucapnya bertekad, saat berada di Balkon panti asuhan yang sering dikunjunginya setiap bulan.Kepala panti asuhan melihat kesedihan Yumna
Yang terjadi sebelumnya....Untuk seketika mematikan handphone miliknya sendiri. Terbayang hubungan gelap di masa yang gelap dirinya tidak memiliki apa pun, tapi dibutakan oleh cinta yang gelap. Seketika dirinya menenangkan diri dengan mengambil nafas,"Aku tidak ingin mengingat masa kelamku yang dulu, karena aku membutuhkan harta milik devian seutuhnya. "Seketika dirinya mulai menyusun rencana untuk memusnahkan Yumna dari hati Devian."Yumna sudah mulai menyadari akan diriku yang sudah mulai ingat dengan apa yang terjadi. Jelas Aku mengingat jatuhku dari tangga karena ibu mertuaku sendiri, Di saat itu pula suamiku yaitu Devian juga tidak memiliki rasa empati sedikitpun kepadaku, maka aku akan segera mengambil semua kebahagiaan milik mereka." Akhirnya dirinya memiliki ide untuk mencelakai dan bayi yang sedang dikandungnya. Maka dirinya teringat akan teman semasa kelamnya yaitu seorang preman yang saat ini menjadi kepala preman yang cukup ditakuti di kota tersebut. Jika lewat handphon
Devian sudah berada di ambang pintu rumahnya sendiri. Dilihatnya Yumna yang berjalan beriringan dengan Rizal.Yumna yang melihat sang suami di ambang pintu merasa takut dengan tatapan matanya. Rizal juga menyadari bahwa Devian terlihat sedikit marah akan kedatangannya. Seketika juga dirinya menyiapkan diri untuk membantu menjelaskan dengan apa yang terjadi kepada Yumna siang ini."Kamu dari mana saja seharian pergi tanpa izin, pulang malam bersama laki-laki lain."ujarnya penuh tatapan marah kepada Yumna."Maaf...." Belum selesai bicara sudah dipotong Rizal."Yumna hari ini hampir celaka dia diikuti oleh preman dan hendak menangkapnya di ruang yang kosong." Sautnya.Devian langsung mengernyitkan dahinya untuk mempercayai kebenaran yang diucapkan oleh Rizal. Dirinya langsung menatap istrinya yang sedang terdiam dan menunduk."Apakah benar yang diucapkan oleh dia? " Ucap Devian kepada sang istri.Ketika Rizal ingin membuka mulut, Yumna menyenggol Rizal agar dirinya saja yang menjelaska
Di pagi hari Yumna terbangun dari tidurnya. Suaminya yang biasanya tidur disampingnya tidak ada pagi ini. Karena di dirinya sudah biasa bangun sebelum subuh, akhirnya dirinya mencari keberadaan suami di tempat kerjanya.Betapa miris hatinya melihat sang suami yang tidur di meja kerjanya. Dirinya sangat marah dengan apa yang terjadi kemarin, sehingga dirinya tidak mau tidur disampingnya. Air mata mulai berlinang seketika. Lalu dirinya sholat subuh dan bergegas menuju ke dapur untuk masak. "Bumbu kemarin hilang entah kemana, gara -gara aku buang di jalan." Ujarnya saat membuka kulkas yang mana ada bumbu yang habis. Karena bumbu tidak begitu lengkap, dirinya yang awalnya ingin memasak rendang menjadi berubah. Dirinya memasak daging tersebut seperti stek dan ini adalah kali pertama dirinya membuatkan lauk demikian."Apakah suamiku nanti suka ?" Tanyanya seketika setelah melihat sajian stek yang sudah ditata begitu lezat. Tidak lama kemudian sang suami turun dengan pakaian yang sudah