Share

Bab 4

Author: Megumi
last update Last Updated: 2023-11-25 20:29:18

Dom tidak seharusnya membeberkan perihal kemana mereka harus membawa Raina pergi karena larangan Bayu.

Tapi, dia keceplosan.

Dengan panik, Dom pun berkata, "Cepat bawa dia ke mobil sekarang juga!"

Mendengar itu, Raina memberontak. "Bilang dulu, mau ngapain ke bridal?" tanyanya meminta kejelasan.

Dom menghela napas. "Bayu ada pemotretan baju pengantin. Dia nunggu kamu di sana," alasannya.

"Bener begitu?"

Raina tidak percaya pada asisten Bayu itu karena seperti ada sesuatu yang disembunyikannya.

Hanya saja, Raina memang tak berdaya.

Dia tetap ikut dengan orang-orang yang dikirim Bayu, yang katanya akan membawanya menuju bridal.

Sesampainya di tempat yang dituju, Raina semakin curiga ada yang tidak beres.

"Kamu bilang Bayu ada pemotretan, kenapa aku harus ikut didandani?"

"Iya karena kamu akan menemani Bayu. ‘Kan kalian pasangan."

"Harus begitu?" Raina mengernyitkan wajah.

Dom menanggapi dengan anggukan. "Pemotretan pengantin tanpa wanita gimana ceritanya coba?" 

Merasa perkataan asisten Bayu itu ada benarnya, Raina pun berhenti protes. 

Ia pun menjalani proses dirias oleh MUA dengan tenang. Raina bahkan hampir terlelap.

***

"Akhirnya selesai juga. Mbak Raina cantik sekali, saya belum pernah dapat klien semanis ini sebelumnya," puji MUA.

"Benar-benar cantik!" Mata Dom berbinar-binar, ikut mengagumi penampilan Raina.

Penampilan perempuan itu memang bikin pangling!

Wajah Raina yang jarang tersentuh makeup selama ini, memancarkan aura kecantikannya luar biasa.

Perempuan itu sendiri hampir tidak mengenali dirinya.

"Jangan berlebihan. Banyak yang lebih cantik dari dia," ucap Bayu yang muncul tiba-tiba membuat mereka terkejut.

Hanya saja, Dom tiba-tiba tersenyum. Dia menyadari bahwa sebenarnya Bayu  juga sempat tercengang menyaksikan penampilan Raina.

Didekatinya Bayu dan menggodanya. "Wuih! Bay, kamu juga lebih tampan dari biasanya, kalian sangat serasi!"

Mendengar itu, Bayu memelototinya.

"Lis, semua sudah siap?" ucapnya pada perias yang sontak mengangguk.

"Oh, tentu. Pengantin juga sudah siap!"

"Kalau begitu, kita mulai sekarang."

"OKE!"

Sesuai dengan yang dikatakan Dom, ternyata memang ada kegiatan pemotretan di sana. Akan tetapi, itu tidak sesantai yang dibayangkan Raina.

Setiap prosesi harus tampak alami selayaknya mereka merupakan pasangan real dan bahagia.

Bayu yang notabenenya memang seorang aktor, jelas tak ada kendala berarti.

Ini berbeda dengan Raina.

Jangankan berpose mesra dengan Bayu, menempel pada pria itu saja, dia merasa sangat keberatan.

"Bekerjasamalah dengan baik, atau kamu mau kehilangan seko–"

Bayu tak perlu menyelesaikan kalimat kecaman karena Raina segera merapat.

Perempuan itu memeluk mesra tubuh Bayu sesuai instruksi fotografer.

Walaupun Raina tetap memperlihatkan kecanggungan, hasil foto-foto mereka cukup alami– selayaknya pasangan sungguhan yang berbahagia.

Pemotretan pun akhirnya berakhir.

Saat ini, Raina dan Bayu berada di dalam mobil yang sama–menuju ke tempat yang tak perempuan itu ketahui.

Hanya saja, posisi keduanya terlalu dekat….

Raina pun terus menggeser posisi duduknya, hingga tubuhnya mentok menempel pada pintu mobil.

Kendati demikian, Bayu seakan tak peduli.

Toh dalam mobil itu, hanya ada 4 orang yang sudah tahu sebagaimana hubungan Raina dan Bayu.

Jadi, tidak perlu bersandiwara di depan mereka.

"Bukannya aku boleh pulang sekarang?" Raina akhirnya bertanya.

Mendengar itu, manajer Sonia yang duduk di kursi depan bersama Dom melirik Raina dari spion atas.

"Mau pulang ke mana? Kalian ‘kan harus tinggal bersama."

"Apa?"

Raina terperanjat kaget. Segera, ia melirik Bayu yang sama sekali tak menoleh padanya. Tapi, pandangan Bayu tetap lurus ke depan.

"Kamu sudah menyetujui perjanjian. Artinya, kamu harus taat dengan semua ketentuan dariku!" sahut pria itu tanpa ekspresi.

"Tapi–"

"Atau, kamu mau perjanjian dibatalkan? Tidak apa, aku akan menghubungi mereka untuk menghancurkan sekolah sekarang juga," ancam Bayu lagi.

Raina terdiam kembali.

Dipendamnya segala perasaan kesal.

Satu-satunya yang dapat dia lakukan adlah menatap geram Bayu sambil menggigit sudut bibir.

Padahal, Bayu hanya memintanya menjadi seorang kekasih.

Dia tidak menyebutkan ketentuan yang harus dipatuhi sebelumnya!

Lagipula … sepasang kekasih tinggal bersama?

Semakin dipikir, Raina merasa tidak masuk akal.

****

"Katakan, apa saja ketentuan yang harus aku jalankan sebagai pacarmu?" tanyanya berani begitu mereka tiba di apartemen.

Bayu yang sedang duduk bersandar di sofa sekedar menghilangkan kepenatan–menanggapi dengan santai, "Bagus kamu bertanya …."

Diraihnya amplop merah di atas meja yang berada di depannya dan memindahkannya ke arah Raina.

"Apa ini?"

"Bukalah, itu berisi peraturan-peraturan selama kita bersama."

Raina menyipitkan mata.

Perasaannya sudah sangat tidak nyaman.

Dia merasa semua yang tercantum di sana pasti merugikan dirinya.

Tapi, ia penasaran. Jadi, Raina akhirnya tetap meraih dan membuka amplop itu, serta membacanya.

Hanya saja, baru mengeja baris atas, Raina sudah dibuat terbelalak ….

"Apa maksudnya ini? Kamu ‘kan bilang kita pacaran, tapi ini menjadi istrimu?"

Raina teringat tentang pemotretan sesaat lalu, "Jadi yang tadi itu …."

"Iya, tadi foto pernikahan kita," sahut Bayu santai.

"Tapi kamu jangan geer, hanya sebuah pernikahan kontrak. Di sebelah, ada form yang bisa kamu baca dan tandatangan!"

Raina lekas membalik kertas di tangannya.

Ada selebaran berisi persetujuan nikah kontrak yang sudah ditandatangani oleh Bayu terlebih dahulu.

Katanya, mereka hanya menikah selama 12 bulan saja.

Setelahnya, mereka akan berpisah dan Raina mendapatkan sertifikat tanah yang diinginkan.

"Aku tidak perlu jelaskan panjang lebar padamu, kan?" Bayu menatap datar Raina. "Tanda tangani itu atau pembongkaran dilanjutkan!"

Pria itu lagi-lagi menggunakan cara tersebut untuk menaklukkan Raina, hingga ia tak berkutik.

"Kau benar-benar manusia menyebalkan ya!" pekiknya.

"Ayo cepat tanda tangan! Aku gak suka nunggu!" cecar Bayu tak peduli.

Selanjutnya, suasana telah berubah serius.

Raina menatap kertas di tangannya dalam keraguan.

Sayangnya, tidak ada waktu untuk berpikir. Toh, Raina tetap memilih menyelamatkan sekolah.

Ditandatanganinya form kawin kontrak dengan Bayu–aktor tampan yang naik daun itu.

Tanpa disadari, Bayu menyunggingkan senyum miring.

Bersambung ….

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 67

    Bayu tak mendapati dandanan Raina yang mirip badut pancoran seperti yang dikatakannya, tetapi perempuan itu sangat cantik—bikin pangling.Bayu menatap Raina penuh arti, membuat Raina salah tingkah.“Kamu kenapa sih ngeliatin aku begitu, beneran kayak badut pancoran ya?” selidik Raina.Namun pertanyaannya belum sempat dijawab oleh Bayu, Raina sudah kembali bersuara—“Bay, Bay, ada orang di depan,” ucapnya panik. Saking pangling dengan kecantikan Raina, Bayu lupa sedang menyetir, sehingga tak sadar kendaraannya telah keluar jalur, nyaris menabrak pengendara dari arah berlawanan.Bahkan dia tak mendengar suara klakson yang berkumandang nyaring, perlu Raina yang mengingatkannya.Usai diperingatkan Raina, Bayu pun segera menginjak rem yang diiringi teriakan Raina.Raina berteriak panik karena posisi mobil mereka dengan kendaraan roda dua di depan sudah terlalu dekat, tabrakan nyaris tak terhindari.Namun ia tak mendengar suara benturan setelah kendaraan mereka benar-benar berhenti sempurn

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 66

    Raina pun tiba-tiba teringat kejadian kemarin, tentang pertemuannya dengan Bayu di Corporindoo, Bayu berada di ruangan pribadi direktur utama ….Kemudian juga tentang bagaimana para karyawan di sana dalam memperlakukan Bayu, orang-orang itu sangat menghormati Bayu.Raina pun semakin antusias dengan pernyataan Bayu bahwa dirinya merupakan pemilik Corporindoo.“Tapi masa sih, dia CEO Corporindoo?” ragunya. “Kayaknya ga mungkin, keturunan sultan pemilik Corporindoo mau tinggal di rumah gubukku selama ini.”Pada waktu bersamaan dimana Raina kembali dirundung keraguan, Bayu bersuara menyadarkannya dari lamunan.“Ayo turun!” seru pria itu.Raina menyudahi perenungannya, manut pada ajakan Bayu untuk segera turun dari mobil.Sebab dia tak ingin membuang-buang waktu supaya tidak terlambat masuk kantor.Pasangan itu kemudian memasuki mall, langkah mereka langsung tertuju ke sebuah toko kosmetik brand ternama. “Silakan, boleh … mau nyari apa, Mbak?” sambut hangat seorang SPG.Raina tampak kago

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 65

    Masalahnya Anna bahkan telah melihat sosok Bayu— dia mengintip ke arah mobil Bayu setelah klakson kencang yang dibunyikan Bayu.“Itu siapa, Rain? Pacar kamu ya?” goda perempuan itu seketika.“Apaan, bukanlah!” lurus Raina segera.“Ah, masa? Pacar kamu kali? Ngaku aja!” cecar Anna tak percaya.Perempuan itu bahkan menggoda Raina lebih lagi—“Oh, aku tau, jadi kamu sibuk karena mau kencan sama pacar kamu, kan? Cie, Raina!”“Ish, apaan sih … udah dibilangin dia bukan pacarku! Mana ada kencan-kencan.”“Terus siapa dong?”“Bukan siapa-siapa! Iya udah ya, aku balik dulu, bye!” pamit Raina buru-buru, tepatnya menghindari Anna.Dia bahkan menghindari Bayu, supaya Anna tidak semakin salah paham.Raina melewati mobil Bayu begitu saja, seakan mereka tak saling mengenal.“Hei, apa maksudmu?” pekik Bayu yang sudah pasti mendapat kejutan atas sikapnya.Raina mengabaikan panggilan Bayu, terus melangkah dengan cepat.Tak peduli bagaimana ia harus menghadapi Bayu nantinya, yang terpenting Anna tidak m

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 64

    Selain dengkuran yang berhenti, Bayu juga tampak mengubah posisi. Dari terlentang menjadi menyamping— menghadap ke arah pintu pula.Namun matanya tetap terpejam rapat.Bayu pun tidak bersuara, tidak menegur Raina yang mencoba melarikan diri.Raina menyimpulkan Bayu masih terjaga, ia menghela napas lega.Kemudian segera melanjutkan niatnya, membuka lebar pintu secara perlahan, dan keluar secepat mungkin dari kamar tersebut sebelum Bayu benar-benar memergokinya.Dia berhasil melarikan diri dari Bayu.Namun Raina baru benar-benar merasa tenang setelah cukup lama Bayu tak menyusulnya di kamar sebelah.“Kayaknya dia memang ga tau aku keluar, dia benar-benar manusia yang unik,” cengir Raina.Antara lega tapi juga keheranan. Merasa lucu sekaligus kagum, bisa-bisanya Bayu begitu mudah terlelap.Sangat berbeda jauh dengannya yang membutuhkan waktu cukup lama untuk tertidur,— terlalu banyak yang terpikirkan.Selang sejenak pikiran Raina pun telah berseliweran, isi otaknya sangat penuh.Dari men

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 63

    Rombongan nenek tak lagi terlihat jejaknya, Raina masih terbengong di tempatnya berdiri sejak awal, dengan wajah yang terasa hangat akibat ucapan Nyonya besar Edgardo yang meminta cucu.Gadis polos itu merasa sangat malu mendengar kalimat yang dirasa tabu baginya.Lagipula balik lagi pada— hubungannya dengan Bayu— hanya sebuah hubungan semu yang memiliki batas waktu, tidak mungkin mencetak cucu untuk keluarga Edgardo.“Kamu ngapain masih di situ!” tegur Bayu tiba-tiba. Pria itu sudah masuk ke dalam rumah sebelumnya, dia keluar lagi saat menyadari Raina masih berada di luar.Raina sontak menoleh ke arah asal suara, dan mendapatkan Bayu sedang berdiri tegak di ambang pintu.Dia keheranan melihat Bayu yang begitu santai.Raina lalu menghampiri Bayu dengan segera, dan menyampaikan rasa penasarannya tentang sikap pria itu.“Kamu masih bisa tenang setelah nenekmu ngomong kayak tadi?” “Emangnya nenek ngomong apa?”Raina menghela tak percaya bahwa Bayu tak mungkin tidak mendengar ucapan nen

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 62

    Deg!Mata Raina perlahan melebar sempurna, wajah pun menjadi pucat, merasakan hangatnya sentuhan sang nenek seakan membakar menembus kulit tangannya yang dingin menusuk tulang.Sementara dia belum menyerah, berusaha menarik tangannya untuk membatalkan pemberian hadiah pada sang nenek.Hanya saja usahanya tak membuahkan hasil, sebab juga tidak berani terlalu bertenaga, takut menyinggung perasaan Nyonya besar Edgardo.Gagal dengan usahanya, Raina melirik Bayu—mencari bantuan.Namun Bayu pun tak terlihat ingin membantunya kali ini. Pria di hadapannya itu hanya membalas menatapnya dengan tatapan penuh arti dalam geming.Atau mungkin Bayu juga tidak dapat berbuat banyak karena kesalahan yang dia lakukan terlalu besar?Entahlah, Raina mulai gelisah, dan ketakutan. Semakin yakin dirinya sedang dalam masalah besar!Terutama sang nenek tiba-tiba merebut gantungan kunci dari tangannya.“Tamatlah riwayatku!” batin Raina memalingkan wajah.Dia tak memiliki keberanian untuk beradu tatap dengan Ny

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 61

    Jangankan Raina, Bayu pun terlonjak kaget mendengar pekik nenek yang kencang itu.Sebab keberadaan nenek benar-benar tak diketahui oleh mereka.Raina merasakan jantungnya berdebar-debar, ternyata apa yang dikatakan Bayu benar, sang nenek sangat galak.Wajah wanita usia lanjut yang masih sangat energik itu begitu garang, menatapnya dengan tatapan mengerikan.Membuat Raina seketika menundukkan kepala.Beruntung Bayu cukup pengertian, pria itu memberinya ketenangan yang berarti.Bayu masih mendekapnya hingga detik ini, bahkan lebih erat lagi, seperti mengetahui dirinya sedang ketakutan menghadapi sang nenek.Sejenak Bayu juga membantunya melewati saat-saat menegangkan tersebut, dengan mengalihkan perhatian sang nenek.“Nenek kok tidak bilang-bilang mau kemari? Kalau begini ‘kan kami jadi tidak ada persiapan apa-apa buat menyambut Nenek.”Sambil berkata, Bayu berjalan menghampiri Nyonya Edgardo.Sungkem pada sang nenek, menciumi kening, pipi kanan dan pipi kiri sesepuh tersebut. Menggamba

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 60

    Bayu mengerutkan kening, menatap serius objek di depan sana— wajahnya itu terlihat tegang.Hal ini menarik perhatian Raina yang kebetulan meliriknya.Namun ia tidak langsung menanyakan apa yang terjadi terhadap Bayu, melainkan ikut menoleh ke arah yang ditatap Bayu.Raina pun menemukan keberadaan mobil-mobil mewah itu, terparkir di sepanjang jalanan.“Ada acara apa nih, tumben banyak mobil di daerah sini,” ujar Raina.Dia malah tidak berburuk sangka seperti Bayu yang langsung menebak mobil-mobil tersebut sebenarnya berada di rumah mereka.Sebab hanya Bayu yang mengenali kendaraan-kendaraan itu.Bayu tak menanggapi ucapan Raina, terus memasang wajah serius, Raina justru mengira Bayu merasa terganggu dengan keberadaan mobil-mobil itu.“Atau parkir di dekat sini aja, kita jalan kaki ke rumah,” anjur Raina lebih lanjut. Masih menambahkan saran lain, “Nanti setelah mobil-mobil itu pergi baru majuin mobilmu.”Sementara Bayu tak terlihat mengindahkan ucapan Raina, ia melewati tempat parkir y

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 59

    Bukan hanya membelikan makanan untuk pria paruh baya tersebut, Bayu juga menawarkan diri mengantarnya pulang.Rumah pak kumis ternyata cukup prihatin— anak dan ayah itu hanya tinggal di rumah kardus.Tak tanggung-tanggung, Bayu bahkan membeli satu unit rumah untuk mereka.Masih memberikan bantuan lainnya, seperti kebutuhan sehari-hari (sembako), dan terakhir mewujudkan impian pak kumis yang ingin membuka usaha jual siomay demi keberlangsungan hidup.Raina bertambah mengagumi Bayu atas sikap baiknya itu.“Terima kasih ya, kamu udah mau nolongin bapak itu,” ucap Raina ketika mereka dalam perjalanan pulang.Bayu tergelak kecil.“Kenapa kamu harus berterima kasih?”“Aku benar-benar terharu. Kamu bahkan rela menghabiskan tabungan untuk membelikan mereka rumah. Kamu pasti menghabiskan seluruh tabunganmu selama ini, kan?” tebak Raina tanpa mengharapkan jawaban.Bayu mengeluarkan banyak uang untuk membeli rumah, menurut Raina pria itu pasti menghabiskan seluruh tabungan, atau setidaknya lebih

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status