Share

Pesan Terakhir

Author: YOSSYTA S
last update Last Updated: 2023-09-29 10:16:47

Sebelum terjadi ledakan yang cukup keras tadi, ternyata kedua korban itu telah berhasil diselamatkan. Lalu mereka langsung membawa ketiga korban tersebut ke rumah sakit terdekat.

Dan untung saja salah satu dari orang-orang yang ikut membantu para korban itu ada yang mengenali Rafael. Sehingga dengan cepat pihak rumah sakit segera menghubungi keluarganya.

Setelah mendapat telepon dari rumah sakit, dengan segera orang tua dari Rafael mendatangi rumah sakit tersebut. Begitu sampai di sana, dengan penuh kecemasan, dua orang paruh baya itu berlari mendekati ke ruang resepsionis dan bertanya di mana tempat korban kecelakaan yang baru saja terjadi tadi.

"Sus, di mana anak saya?" tanya Amanda dengan sangat panik ia menatap seorang perawat yang sedang berjaga di sana.

"Maaf, Ibu. Anak Anda yang mana, ya?" jawab si suster.

"Itu, Sus. Yang korban kecelakaan mobil," sambar Aditama.

"Oh, yang itu. Karena keadaan mereka yang sangat darurat. Mereka kini sedang berada di ruang operasi yang ada di sebelah sana, Pak, Bu," kata si suster menunjuk lurus ke sebelah kanan.

"Oh, baiklah. Terimakasih, Sus." Keduanya langsung berlari ke arah yang ditunjuk oleh si perawat wanita tadi.

Setelah sampai di depan suatu ruangan, kini keduanya berjalan mondar-mandir merasa sangat cemas dan khawatir dengan keadaan anaknya.

Hingga beberapa jam kemudian, lampu tanda di ruang operasi Rafael dan lainnya telah dimatikan. Lalu ada beberapa dokter yang tampak keluar dari sana. Dengan serempak kedua orang itu langsung mendekati dokter tersebut.

"Dok, bagaimana keadaan anak saya?" tanya Amanda panik.

"Anda--"

"Kami orang tua korban, Dok," jawab Aditama.

"Oh, mari ikut ke ruangan Saya!"

Aditama dan Amanda masuk ke ruangan salah satu dokter yang menangani operasi tadi. Kemudian kedua paruh baya itu kini duduk di kursi yang ada di hadapan dokter tersebut.

"Jadi Bapak dan Ibu adalah orang tua pasien?" tanya dokter itu.

"Ya, kami orang tua dari pasien laki-laki. Bagaimana kondisi anak kami?" sahut Aditama.

Dokter yang bernama Heru itu menghembus nafasnya berat. Lalu berkata, "Yang pertama, pasien wanita mengalami benturan keras di kepala. Sehingga terjadi cidera yang cukup parah di otaknya yang menyebabkan pendarahan. Namun, kami baru saja menyelesaikan operasinya."

"Di samping itu juga terdapat begitu banyak luka di sekujur tubuhnya. Dan kami pun sudah menjahit beberapa luka sobek itu."

" Namun ...." Dokter itu menjeda ucapannya. Sehingga membuat wajah kedua orang yang ada di hadapannya itu semakin menegang.

"Namun apa, Dok?" tanya Amanda panik.

"Karena pendarahan di otaknya itu, sehingga kemungkinan bisa mengakibatkan pasien itu koma."

"Apa?! Ja-jadi Lucyana koma?" Sontak keduanya tampak sangat syok.

Pria berjas putih itu mengangguk pelan.

"Lalu bagaimana keadaan pasien yang lainnya, Dok?" tanya Aditama lagi.

"Em ... hampir sama dengan pasien wanita tadi. Anak Anda sudah berhasil kami oprasi. Tetapi ...." Dokter itu kembali menggatung ucapannya.

Semakin membuat keduanya bertambah cemas.

"Tapi apa, Dok?" tanya Amanda merasa sangat penasaran.

"Ada kemungkinan besar, Anak Anda akan mengalami kelumpuhan di kedua kakinya."

"Apaa! Lumpuh?"

Jedder!

Bagai tersambar petir di siang bolong. Seketika tubuh kedua orang tua itu terasa kaku dan menegang. Sungguh keduanya meràsa sangat syok mendengarnya.

Bahkan, karena terlalu syoknya tubuh Amanda hampir pingsan mendengar pernyataan dokter. Dengan sigap Aditama menahan tubuh Amanda agar tidak jatuh.

"Tidak mungkin! Anak saya tidak mungkin lumpuh, apa dokter sudah memeriksa keadaan anak saya dengan benar?" tanya Amanda meragukan dokter. Dia masih belum terima pernyataan dokter tentang anaknya.

"Mah, dokter gak mungkin salah mendiagnosis anak kita!"

"Terus, bagaimana nasib anak kita, Pah? Apa Papah terima anak kita lumpuh?" sergah Amanda, lambat laun ada setitik embun bening menyelinap di sela pelupuk matanya.

"Kita harus yakin sama anak kita, Mah. Papah yakin, anak kita pasti bisa berjalan lagi. Dia pasti akan sembuh ... ya kan, Dok?" Aditama menanyakan hal itu walau dia meragukannya juga.

Dokter itu mendesah. Lalu tersenyum getir. "Saya belum bisa memastikannya. Saya selaku dokter yang menangani anak Anda akan mengeceknya setelah anak Anda sudah tersadar nanti," terang dokter.

"Tuh, kan, Pah. Dokter saja ragu dengan kesembuhan anak kita!" Amanda kian sedih mendengar tidak ada lagi harapan buat anaknya bisa berjalan kembali.

Aditama hanya bisa menepuk-nepuk punggung sang istri. Dia juga pasrah, terlihat putus asa.

"Lalu, untuk pasien yang satunya lagi--"

"Apa?! Ja-jadi masih ada korban yang lainnya lagi, Dok?" pekik Amanda kaget.

Dokter muda itu mengangguk. Dan baru saja dokter itu akan kembali membuka mulutnya, tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu.

Tok-tok-tok!

Sehingga membuat ucapan dokter itu kembali terjeda.

"Ya, silahkan masuk!" seru si Dokter.

Cekllik!

Terlihat seorang perawat wanita membuka pintu, lalu berkata, "Dok, si pasien ibu-ibu itu telah sadar."

"Apaa?!" Kini si dokter-lah yang merasa terkejut. Sungguh ini di luar dugaan. Bagaimana bisa pasien yang baru saja selesai melakukan oprasi dengan begitu cepat bisa tersadar.

"Ya, mari kita liat pasien itu sekarang!"

Sontak ketiga orang itu bangkit dari duduknya dan langsung bergegas menuju ruang si pasien wanita itu.

Begitu masuk ke sana, lagi-lagi kedua paruh baya itu merasa sangat syok ketika tau siapa orang yang telah menjadi korban tabrakan mobil anaknya.

"Bi-bik Laela!" pekik Amanda segera mendekati wanita yang kini terbaring lemah di atas ranjang pasien.

Mereka benar-benar tak mengira kalau orang itu adalah salah seorang pelayan yang bekerja di rumahnya.

Keadaan wanita itu sungguh sangat memperhatinkan. Dengan kepala yang dibalut perban, terlihat ada banyak alat kesehatan yang menempel di tubuhnya. Mulai dari alat bantu pernafasan yang menutupi hidung dan mulutnya, jarum infus yang menancap di salah satu lengannnya dan masih banyak yang lainnya.

Dengan sangat lemah tangan wanita itu bergerak pelan berusaha meraih tangan majikannya. Amanda yang melihatnya pun segera meraih tangan pelayannya itu.

Lalu, dengan mulai menitikan air mata, Amanda menatap sedih wanita yang sudah bekerja di rumahnya selama hampir 5 tahunan tersebut. Perasaaan bersalah mulai muncul di bentaknya.

"Maafkan Rafael, Bik. Sungguh saya sangat meminta maaf padamu. Ka-karena dialah hingga membuatmu seperti ini." Wanita paruh baya itu mulai terisak merasa sangat bersalah atas semua kejadian ini.

Aditama yang berada di bekakang sang istri ikut merasa sedih melihatnya.

"Tapi, Bik Laela tenang saja. Kami pasti akan bertanggung jawab. Kami akan merawat dan membiayai Bik Laela hingga sembuh nanti," ujar Aditama.

Namun, wanita itu malah menggeleng lemah. Seolah ia menolak untuk dirawat. Sehingga membuat sepasang majikannya itu merasa kebingungan melihatnya.

"Loh, kenapa Bibik tidak mau?" tanya Amanda pelan.

"Nyo-nya, saya sudah memaafkan Tuan muda. Dan Nyonya tidak perlu merasa bersalah karena ini bukan kesalahan Nyonya."

"Da-dan to-tong na-nti jangan bilang ke putri saya, kalau penyebab kecelakaan ini adalah Tuan Rafael. Ka-rena sa-ya tidak ingin anak-anak saya nanti mempunyai dendam kepada anak Anda." Dengan sangat pelan dan terbata-bata, wanita berumur 45 tahunan itu mulai menyampaikan keinginannya.

Amanda kembali menangis. Di antara rasa sedih, haru dan juga kagum terhadap wanita itu. Karena di saat keadaannya yang dalam keadaan kritis seperti ini, dia masih mau memaafkan kesalahan putranya yang telah membuatnya kecelakaan seperti ini.

Di samping itu juga ternyata wanita itu tak ingin dua putrinya tau kalau penyebab kecelakaan ini adalah putranya.

"Baiklah kalau memang itu kemauan Bibik. Saya akan merahasiakan ini semua." kata Aditama menyanggupinya. "Dan saya sebagai wakil dari anak saya, sekali lagi memohon maaf dan berterimakasih karena Bibik sudah mau memaafkan Rafael."

Wanita itu mengangguk lemah. Lalu ia kembali berkata, "Da-dan satu lagi, Nyonya. Saya titip kedua putri saya dan tolong jaga mereka dengan baik!"

"Tidak-tidak, Bibik jangan berkata seperti ini." Dengan berlinang air mata Amanda menggelengkan kepala. "Bibik pasti nanti akan sembuh dan bisa berkumpul kembali dengan putri Bibik."

Kini Laela yang menggeleng dengan sangat lemah. Hingga, tiba-tiba saja ia terlihat seperti sesak nafas dan tubuhnya juga mulai kejang-kejang. Sehingga membuat dua majikannya itu langsung terlihat panik.

"Bibik!" pekik keduanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Bayangan Si Om Galak   Dijadikan Sebagai Pancingan

    Setelah makan malam, Amanda dan Aditama sengaja ingin mengajak Raysa untuk mengobrol di ruang tengah. Sementara Anggia lebih memilih untuk beristirahat di kamar.Terlihat kedua paruh baya itu kini sedang terduduk santai di sebuah sofa panjang yang membentang di tengah ruangan. Sedangkan Raysa masih berada di dapur ingin membuatkan minuman hangat untuk keduanya.Kepada pelayan Raysa sempat menanyakan minuman apa yang biasanya disukai oleh kedua mertuanya. Setelah tau, dengan segera ia langsung membuatnya. Lalu dengan membawa nampan, gadis bergaun krem itu berjalan menghampiri keduanya."Pah, Bunda. Ini Raysa buatkan minuman hangat untuk kalian." Dengan satu per satu gadis berambut ikal sebawah bahu itu meletakan tiga cangkir teh hangat di atas meja. Tidak lupa ia juga membawa sepiring kue basah sebagai cemilan dan teman mereka mengobrol."Oh, terimakasih, Sayang. Kamu ini tau aja, kalau Bunda lagi pingin teh hangat," ucap Amanda tersenyum lembut padanya."Iya, Bunda. Tadi Raysa sempat

  • Istri Bayangan Si Om Galak   Merubah Penampilan

    Keesokan harinya.Scarlett Salon, itulan nama Salon kecantikan tempat Raysa bekerja dulu. Sudah berapa tahun yang lalu ia telah bekerja di sana.Pada awalnya sebagai karyawan baru, ia ditugaskan untuk membantu para penata rias atau hairstyallis untuk menyiapkan dan membersihkan semua alat make up yang mereka gunakan.Seiring berjalannya waktu ia bekerja di sana, ia pun diajari bagaimana cara menjadi karyawan di tempat itu. Mulai dari cara mencuci rambut, merawat kuku dan lain sebagainya yang berhubungan dengan semua pelayanan di salon tersebut.Namun, sekarang ia sudah tidak perlu repot-repot lagi untuk melakukan semua itu. Karena sekarang ia sudah menjadi menantu dari anak seorang pengusaha kaya pemilik pabrik, PT pembuatan makanan kering yang cukup tersohor di negeri ini.Sekarang dirinya tak perlu bekerja di salon itu lagi. Karena sesuai dengan apa yang direncanakan oleh adik dan ibu mertuanya, kini ia malah diajak untuk melakukan perawatan di sana. Sehingga membuatnya merasa ragu

  • Istri Bayangan Si Om Galak   Harus Merubah Penampilan

    "Oh, jadi itu sebabnya Bunda sampai membenci Tante Amara?" kata Anggia.Raysa menganggukan kepala. "Ya, makanya Bunda gak setuju jika si Om galak itu sampai menikah dengan Lucyana.""Hah, Om galak? O-om gakak siapa, Mbak?" Gadis berkaos putih itu mengerutkan dahi kebingungan."Ya-ya Tuan Rafael-lah, Gia!" jawab Raysa mendengus kesal."Oh, ja-jadi Mbak panggil Kak Rafael siapa tadi? O-OM galak? Bhahaha .... " Tawa gadis muda bermata bulat itu langsung pecah, geli mendengar panggilan mesrah kakaknya untuk suaminya."Ya, terus aja deh, kamu tertawa!" Sembari memutar bola mata malas, Raysa memanyunkan wajah."Hahaha ... ya maaf, Mbak. Habisnya lucu sih. Masa suami sendiri dipanggil Om galak." Sambi terus menahan tawa, Anggia membekap mulutnya yang masih ingin terus ngakak."Ya biarin. Lah, orang bener dia, 'kan emang udah om-om. Mana galak banget lagi. Jadi, ya aku panggil dia Om galak aja," jawab Raysa ketus."Ok-ok, terserah Mbak aja deh, mo panggil dia apa. Tapi yang jelas jika Bunda d

  • Istri Bayangan Si Om Galak   Masa Lalu Amara

    Di balkon, terlihat Raysa duduk melamun sedang memikirkan bagaimana nasib pernikahannya nanti. Karena jujur saja, sebenarnya ia merasa tak nyaman dengan pernikahan yang memang sangat terpaksa ini.Andai saja ini bukanlah permintaan dari Bu Amanda, mungkin ia akan lebih memilih untuk menolak pernikahan ini. Tapi, mau bagaimana lagi? Semua ini juga ia lakukan demi masa depan sang adik. Ya walau terasa berat, kalau bisa ia harus tetap bertahan sampai masa kuliah adiknya selesai. Yang berarti selama kurang lebih 4 tahun lamanya ia harus terus berhadapan dengan pria galak tersebut."Oh, ya Tuhan, apakah aku mampu bertahan selama itu?" Sembari menghela nafas lemas, gadis itu merasa ragu.Puk!Raysa terjingkat kaget, ketika pundaknya ditepuk oleh seseorang dari arah bekakang. Seketika ia menoleh ke orang tersebut. "Bunda!" cicitnya sambil tersenyum canggung."Ternyata kamu di sini, Sayang. Pantesan dari tadi Bunda panggilin, kamu gak ngejawab. Dan setelah Bunda cari-cari. Eh, kamunya malah l

  • Istri Bayangan Si Om Galak   Jatuh Dari Kasur

    Tok-tok-tok!"Rafael, Raysa! Kalian gak papa, kan?" Amanda yang kebetulan melintas di depan kamar sang anak, merasa kaget ketika mendengar suara gaduh dari dalam kamar. Lalu dengan khawatir ia segera mengetuk pintu.Sontak dua orang yang berada di dalam kamar itu terlonjak kaget dan menjadi sangat panik. Lalu dengan kebingungan gadis berambut ikal sebahu itu bergerak mendekati laki-laki yang masih terduduk di lantai. "Em ... maaf, Om! Eh, Tuan. A-ku gak sengaja." ucapnya terbata. Sungguh Raysa merasa tidak enak hati dan sedikit ketakutan padanya. Dengan ragu ia ingin membantunya untuk bangun dan duduk di kursi roda.Namun, baru saja ia akan mengulurkan tangan ke arahnya, dengan sangat galak, Rafael langsung membentaknya kesal. "Jangan sentuh aku!"Otomatis Raysa langsung terdiam dan tak berani untuk menyentuhnya.Tok-tok-tok!"Rafa, Raysa! Buka pintunya!" Suara Amanda kembali terdengar cukup keras. Hingga menarik perhatian penghuni lain untuk datang mendekatinya."Ada apa, Mah?" ta

  • Istri Bayangan Si Om Galak   Berebut Tempat Tidur

    Langkah demi langkah, Raysa berjalan mengendap-endap seperti maling, mulai bergerak untuk mendekati ranjang. Walaupun ia sempat merasa ragu, pada akhirnya Ia memutuskan untuk tidur di sana. Namun, baru saja ia naik ke atas ranjang, tiba-tiba saja lelaki yang terbaring di sana membalikan badan dan langsung memberi tatapan tajam padanya. "Hey, apa yang kau lakukan?" bentak Rafael.Raysa sempat terjingkat kaget dibuatnya. Namun, dengan salah tingkah ia pun nyengir kuda. "Eh, ketauan, ya?" cengirnya.Lalu dengan mengeryitkan dahi, lelaki itu terus menatapnya curiga. "Kenapa kau ada di sini? Apa kau sengaja ingin tidur bersamaku?" cercarnya. "Ya ya, jelas aku akan tidur di sini? Kalau bukan tidur di sini, di mana lagi? Masa aku harus di sofa, ih ... engga banget kali. Yang ada nanti badanku pegel-pegel karena tidur di sofa itu," jawab Raysa sengit."Apa kau serius akan tidur di sini? Aku tidak akan menjamin jika sampai terjadi sesuatu padamu nanti!""Hahaha ...." Gadis berpiama pink ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status