Home / Romansa / Istri Bayaran Sang CEO / Bab 4 Masa Lalu Darren

Share

Bab 4 Masa Lalu Darren

Author: Dhesu Nurill
last update Last Updated: 2023-08-15 00:13:16

"Bagaimana makanannya, Bu?"

"Enak sekali. Ini kamu pesan dari mana?" tanya Danita di sela suapannya.

"Tentunya dari restoran ternama. Katanya Ibu mau makan makanan dari luar. Jadi, aku pesan dari restoran yang paling mewah dan paling mahal."

Sekarang, Darren dan Danita sedang makan malam. Ya, makan malam di saat yang kurang tepat. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tetapi, itu lebih baik daripada Darren membuat ibunya kelaparan.

Walaupun sang Ibu berbohong, tapi Danita tidak akan menolak tawaran dari anaknya itu. 

"Kamu bisa saja bujuk Ibu, tetapi bukan berarti Ibu membatalkan tuntutan sama kamu, ya. Pokoknya kamu harus tetap mengenalkan gadis itu pada Ibu."

Lama-lama Darren bosan mendengar permintaan ibunya. 

"Ya baiklah. Bisakah kita jangan membicarakan itu dulu? Kita kan baru selesai makan," ujar Darren, akhirnya bersuara. 

Padahal perutnya baru saja diisi. Bisa-bisa dia mual karena terlalu kenyang mendengar omelan ibunya.

"Loh, justru karena kita sudah selesai makan. Ibu mau bertanya sesuatu kepadamu." 

Darren menautkan kedua alisnya. "Pertanyaan apa?" 

"Ini tentang wanita jalang itu."

Darren terkesiap. Dia menghela napas kasar dengan wajah kesal. "Ya Tuhan, bisakah jangan membicarakan dia lagi, Bu?" 

"Harus! Ibu harus membicarakan dia. Ini sebagai wanti-wanti agar nanti setelah kamu menikah, wanita itu tidak ada lagi dalam kehidupan kamu." 

Darren sangat kesal. Ibunya malah membicarakan tentang seseorang yang sudah menorehkan luka di hatinya.

"Memangnya apa yang Ibu ingin bicarakan?" Dengan malas pria itu pun mengajukan pertanyaan.

Danita tidak akan berhenti jika belum mendapat jawaban dari Darren. Jadi, terpaksa pria itu menimpali setiap ucapan ibunya. 

"Apa kamu sudah memblokir semua kontak tentangnya?" tanya Danita dengan serius. 

"Kenapa Ibu malah membicarakan masalah itu? Aku tidak suka!" seru Darren.

Pria itu pun berdiri. Dia memilih untuk pergi. Takut terpancing emosi kalau terus-terusan membicarakan wanita itu. Tetapi, belum juga melangkah, Danita sudah menarik lengan anaknya. Memerintah sang pria untuk kembali duduk.

"Diam di sini! Dengar, kamu harus menghilangkan semua jejak tentang Monica. Kamu tahu? Gara-gara wanita itu, kamu tidak mau menjalin kasih lagi dengan wanita lain. Bahkan teman Ibu kira kalau kamu itu penyuka sesama jenis. Apa itu tidak memalukan?"

Danita mengeluarkan keluh kesahnya. Dia sudah malu mendengar teman-temannya mengatai Darren. Danita pun jadi ikutan khawatir dan harus memastikannya sendiri.

Danita memang tahu jika Darren tidak mau menikah sebab Monica. Seorang wanita cantik yang berhasil menjadikan Darren ATM berjalan, tapi juga menduakan pria itu.

Darren sangat mencintai Monica saat itu. Dia bahkan berencana melamar sang wanita. Apa pun permintaan Monica adalah keharusan dan selalu dikabulkan oleh Darren.

Namun, setelah dia memberikan hatinya dan banyak pengorbanan, yang didapat hanyalah pengkhianatan. Darren mendapati Monica tengah bergumul dengan pria lain.

Hati sang pria hancur. Sialnya, Darren masih menyimpan perasaan untuk Monica. Akan tetapi saat itu juga, dia tetap memutuskan hubungan dengan Monica. Darren jadi pria yang dingin, arogan dan tidak percaya lagi terhadap cinta juga jalinan asmara. Apalagi pernikahan. Pria itu tidak pernah mau menjalin komitmen.

Dia tidak mau disakiti untuk kedua kalinya. Oleh sebab itulah, hingga detik ini Darren masih melajang.

Namun, itu semua membuat Danita sedih. Dia sudah berusaha menyadarkan Darren dan mengubah pemikiran anaknya tentang sebuah hubungan. Tetapi, tidak berhasil. Hingga akhirnya, hanya cara ini yang bisa Danita lakukan demi perubahan Darren.

"Tapi aku tidak seperti itu, Bu! Aku masih normal," sergah Darren membela diri.

Danita terkesiap mendengar suara anaknya, menghempaskan dirinya dari lamunan masa silam.

Darren juga kaget mendengar keterangan ibunya. Pantas saja Danita terus memaksanya menikah, ternyata termakan oleh omongan orang. 

"Kalau begitu buktikan! Cepat menikah dan lupakan Monica."

Darren memejamkan mata sejenak, berusaha mengontrol emosi.

"Aku tahu. Lagian, dia juga tidak ada di kota ini."

"Sekarang memang dia tidak ada di kota ini, tapi kalau satu hari nanti dia kembali bagaimana? Apalagi setelah kamu menikah."

Darren terdiam. Pertanyaan ibunya berhasil membuat dia bingung. Bahkan, sang pria tidak pernah memikirkan itu. Membayangkan Monica kembali saja sudah membuat Darren bingung dan marah, apalagi kalau wanita itu benar-benar kembali. Darren pasti akan kacau. 

"Kenapa diam saja? Cepat katakan kepada Ibu. Kamu masih menyukai Monica?" tanya Danita, mendesak. 

"Bu, sudahlah. Aku tidak mau bahas dia. Aku mohon."

Jika membicarakan Monica, sama saja mengorek luka yang sudah kering. Pasti akan sakit dan tetap meninggalkan jejak. 

"Harus. Ibu bilang harus! Ibu harus tahu tentang perasaanmu kepada Monica seperti apa. Ingat, Darren. Kamu disakiti olehnya." 

"Bu, sekali lagi aku mohon!" Wajah Darren sudah memelas. Ini terlalu menyakitkan untuknya.

Namun, Danita harus melakukannya. Dia tidak bisa membiarkan anaknya menyimpan luka, apalagi masih mencintai wanita itu. Darren harus move on. 

"Dengarkan Ibu! Dia sudah mengkhianatimu, mengeruk hartamu juga. Tapi kamu masih saja mencintai dia? Kamu itu benar-benar bodoh! Cinta itu membuat kamu bodoh. Ibu tidak habis pikir, apa sih bagusnya si Monica? Hanya menang cantiknya saja. Lagian Ibu yakin, pasti ada yang lebih cantik dari Monica."

Darren mengusap kasar wajahnya. Ibunya tidak bisa berhenti juga. Dia harus mencari cara untuk lari dari pembicaraan ini.  

"Baiklah, Bu. Aku mengalah. Memang ada yang lebih cantik dari Monica." 

"Lalu, kenapa kamu masih memikirkannya?" 

Danita masih tidak habis pikir. Sudah tahu disakiti, masih saja menyimpan rasa. Masih banyak wanita yang lebih cantik dari Monica. Tetapi, anaknya itu seolah menutup mata. Dia jadi kesal sendiri. 

"Tidak semudah itu, Bu. Monica itu cinta pertamaku."

Darren akhirnya jujur tentang alasannya masih menyimpan rasa untuk Monica. Kata orang, cinta pertama itu sulit dilupakan. Pada nyatanya memang seperti itu. Darren merasakannya sendiri. 

"Omong kosong dengan cinta pertama! Kalau menyakitkan, untuk apa dikenang? Ingat, ya! Setelah kamu menikah, Ibu tidak mau tahu. Jangan pernah menyinggung apa pun tentang Monica kepada istrimu. Kamu akan menyakitinya, ingat itu! Kamu mendengarkan Ibu tidak?!" 

"Iya, Bu. Aku mendengarkan. kalau begitu aku istirahat dulu, ya."

Darren memilih untuk mengikuti alur pembicaraan ibunya. Ini lebih baik dibandingkan terus menyergah dan membuat suasana hatinya semakin buruk.

"Baiklah kalau begitu. Ingat! Besok Ibu ingin ada kabar baik, kamu harus menepati janji untuk mempertemukan Ibu dengan gadis itu."

Baru juga melangkah, Darren malah mendengar permintaan ibunya lagi. Sang pria pun memilih untuk menganggukkan kepala saja. Bisa lebih panjang urusannya kalau Darren kembali menimpali Danita.

"Tapi ngomong-ngomong, siapa nama gadis itu dan dari mana asal usulnya? Apakah Ibu mengenalnya?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Aam Aminah
ya ampun itu ibunya Daren bicaranya tanpa jeda, kalau pake batre kira2 sehari abis berapa ya..?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 159 Malah Jadi Bumerang

    "Serius kalian menginap di sini? Lalu Nak Darren gimana? Dia masih banyak pekerjaan, kan?""Iya, Bu. Saya masih banyak pekerjaan. Sebenarnya saya juga mau menginap di sini, tapi masalahnya pekerjaan saya sangat banyak. Takutnya ada beberapa project yang terlepas kalau saya kelamaan di luar. Mohon maaf sebelumnya ya, Bu."Aluna membulatkan mata. Dia tidak percaya kalau Darren mengatakan hal seperti ini. Sama saja pria itu tidak setuju kalau mereka menginap. Padahal dia masih ingin lama-lama di sini. Sepertinya seru juga kalau mengerjai Darren di rumah ini, karena dia yakin pria itu tidak akan berani macam-macam kalau ada di rumah ibunya. "Oh ya, kalau gitu nggak apa-apa. Kalian bisa nginep kapan saja.""Atau gini aja, Bu. Aku aja yang nginep di sini. Gak masalah Mas Darren enggak ikut nginep juga."Mendengar itu Darren terkejut. Dia hampir membulatkan mata dan ingin sekali memarahi istrinya ini. Tetapi tentu saja tidak berani melakukan itu. Kalau sampai Ibu mertuanya tahu, bisa-bisa d

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 158 Tiba-tiba Melembut

    "Aku tidak akan memaafkan Bapak sebelum Bapak mengatakannya dengan baik dan benar, bukan malah nada tinggi dan membuatku takut," ujar Aluna. Kali ini dia tidak mau kalah. Lagi pula ini di rumah ibunya, bisa bebas mengatakan apa pun karena dia yakin Darren tidak akan berani mengucapkan hal-hal yang tidak baik, apalagi sampai membentaknya. Pria itu terperangah. Dia benar-benar kaget menghadapi Aluna yang seperti ini. Apakah memang wanita pada dasarnya maunya sendiri dan menjengkelkan? Dia tidak bisa berpikir jernih jika Aluna terus saja memancingnya seperti ini. "Kenapa diam seperti itu, Pak? Ya udah, kalau misalkan Bapak tidak mau meminta maaf, terserah. Ini juga kamarku kok, kalau Bapak punya malu paling Bapak cuma berdiri aja," ungkap Aluna pergi tanpa berbalik menghadap ke arah Darren, hingga akhirnya pria itu pun mengatakan sesuatu yang membuat Aluna kaget. "Ya, baiklah. Aku minta maaf. Tolong akhiri perdebatan ini, aku janji tidak akan mengulangi," terang Darren dengan suara r

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 157 Sekarang Sudah Berbeda

    Aluna terdiam mendengar semua itu. Dengan kata lain dia harus segera menyerahkan uang ratusan juta kepada bosnya ini. Dengan begitu juga mungkin dia akan menjadi janda dalam beberapa hari. Membayangkannya membuat Aluna pusing. Mana mungkin dia melakukan semua itu. Dari mana juga uangnya? Kalau sampai menggunakan sertifikat rumah, lalu dia dan ibunya akan tinggal di mana? semua akan benar-benar lenyap dalam sekejap mata. Tetapi dia juga tidak bisa memaafkan Darren begitu saja setelah apa yang dilakukan oleh pria ini.Ciuman pertamanya sudah diambil dan itu merupakan hal yang sangat berarti bagi Aluna. Memang Darren adalah suaminya, tetapi bukan suami asli yang benar-benar dicintai oleh sang gadis. Tidak bisa begitu saja menyerahkan yang paling berharga di hidupnya, termasuk ciuman pertama dan kehormatannya. Dia bukanlah orang yang bisa dengan mudah menyerahkan sesuatu hanya demi memenuhi hal-hal yang tidak pasti. "Apa begini cara Bapak membujuk seorang gadis? Pantas saja Bapak tidak l

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 156 Dikunci Berdua

    "Pokoknya kamu ikuti saja semua kata Ibu. Kamu harus bujuk Aluna bagaimanapun caranya, oke?" ucap Amalia membuat Darren kebingungan, tetapi tak urung pria itu akhirnya menganggukkan kepala. Tanpa aba-aba, Amalia tiba-tiba saja menggedor-gedor pintu kamar Aluna, membuat sang gadis yang ada di dalamnya terkejut. "Buka, Aluna! Jangan seperti ini, Ibu tidak suka kalau kamu punya masalah dan hanya didiamkan saja. Hadapi semuanya dengan tenang," ungkap Amalia marah-marah, membuat Darren semakin kebingungan. Dia tidak tahu apa yang sedang direncanakan oleh mertuanya, karena tiba-tiba saja mengendor kamar Aluna tanpa memberikan penjelasan apa rencana yang sebenarnya akan dilakukan oleh wanita paruh baya ini. Aluna juga kaget dan tidak tahu harus melakukan apa. Caranya terlalu tergesa-gesa dan ini malah membuat Aluna semakin kebingungan. "Kenapa diam saja? Ayo cepat buka! Kalau tidak, Ibu akan marah dan tidak akan memaafkanmu." Seketika Aluna membuka pintu dengan wajah takut juga kaget b

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 155 Terpaksa Menurunkan Ego

    Sepeninggalnya Aluna, Amalia dan Darren hanya saling pandang. Mereka juga kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi barusan. Setelah suara pintu tertutup, barulah keduanya tersadar.Darren langsung berdiri dan menghampiri kamar Aluna. Dia mengetuk pintu kamar sembari berkata kalau dirinya harus berbicara dengan wanita itu. "Dengarkan aku dulu, ayo kita berbicara dari hati ke hati," ucap Darren membuat Amalia menepuk jidat.Harusnya menantunya itu diam saja, memakai trik yang lembut dan juga hati-hati. Bukan malah sembrono dan menghampiri Aluna. Secara lembut saja Aluna begitu sikapnya, apalagi kalau tergesa-gesa seperti sekarang. Aluna sempat kaget di dalam, karena Darren tiba-tiba saja mengetuk pintunya. Ini benar-benar membuat gadis itu semakin tidak suka dan tidak mau dekat-dekat dengan Darren. "Ayolah, Aluna. Aku minta maaf karena sudah melakukan kesalahan, jadi bisakah kita saling berbaikan dan pulang? Aku tidak mau sampai ibuku marah-marah." Darren terus terang. Dia ti

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 154 Manusia Transparan

    Aroma makanan yang menyerang itu membuat rasa lapar semakin menjadi. Bahkan suara perutnya terdengar. Gadis itu meringis sembari memegangi perut. Kalau sudah begini, apakah dia harus menyerah untuk keluar? Tetapi bagaimana kalau ternyata benar Darren ada di sana? Yang ada dia gengsi dan malu sendiri, sebab tahu kalau dirinya kabur tanpa pamit kepada bosnya. Bagaimanapun Darren itu adalah bosnya sendiri. Pasti akan ada kata-kata yang membuat Aluna kembali merasa sakit hati, tapi kalau diam saja pun dia pasti akan kelaparan dan entah sampai jam berapa pria itu akan ada di sini. Darren melihat ke sekitar, berharap kalau Aluna datang. Tetapi tidak juga keluar. Dia berbisik kepada mertuanya, apakah rencana yang tadi itu berhasil atau tidak."Aluna belum keluar, Bu?" tanya Darren memastikan."Sudah tenang aja, sebaiknya kamu makan, ya?" Amalia terlihat santai.Dia malah menyendokan makanan di piring menantunya. Sebab Amalia mengatakan kalau Aluna pasti akan keluar. Entah cepat atau lambat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status