Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan

Istri Kontrak Kesayangan Duda Tampan

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-03
Oleh:  Mom's AinunOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
26Bab
626Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

"Maaf saya tidak bisa menyentuhmu!" Ucap Alyas. Ucapan itu seketika membuat Andini berhenti tersenyum, ia bingung dan tidak mengerti apa maksud dari suaminya itu. Sebab seminggu sebelum pernikahan Alyas bersikap sangat baik dan begitu perhatian baik itu kepadanya juga kedua orangtuanya.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 - Malam Pertama Yang Membuat Luka

“Saya terima nikah dan kawinnya, Andini Wijaya putri kandung Bapak Wijaya dengan maskawin uang tunai lima ratus juta rupiah dibayar tunai.” Seorang pria tampan bernama Alyas mengucapkan ijab kabul dengan suara lantang dan tegas. 

“Bagaimana para saksi, sah?” tanya penghulu. 

“Sah ….” 

Seketika tepukan tangan dan ucapan puji syukur terlontar dari para tamu undangan, yang sengaja datang untuk menghadiri acara pernikahan antara Alyas si pemilik salah satu perusahaan terbaik di Indonesia. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menjalani proses pendekatan dengan Andini. Hanya dalam waktu satu minggu saja, Andini sudah memutuskan menerima lamaran dari pria yang tidak ia kenal karena ia yakin pilihan orang tuanya adalah yang terbaik.

“Andini kamu sangat beruntung karena mendapatkan pria kaya, Kamu tidak usah lagi memikirkan masalah ekonomi karena Alyas seorang pria yang sangat mapan.” Bisik salah seorang tamu yang sengaja datang menemui Andini di pelaminan. 

Andini hanya tersenyum membalas segala bentuk pujian yang terucap dari para tamu yang datang, sesekali ia menoleh ke arah Alyas yang duduk di sebelahnya, berharap Alyas adalah sosok suami yang tepat untuknya. Gadis berusia 20 tahun itu tidak melihat kejanggalan di sepanjang prosesi pernikahan karena Alyas menampakkan sifat sosok pria yang hangat, murah senyum kepada semua orang juga terhadap dirinya. 

Hingga proses Akad nikah dan penerimaan tamu selesai, kemudian Andini diserahkan langsung oleh kedua orangtuanya untuk di bawa ke rumah Alyas. Di situ ada tangisan haru dan bahagia, sedih karena jauh dari orangtuanya, bahagia karena akhirnya bisa mendapatkan jodoh yang baik juga mendapatkan restu orang tua. 

***

Beberapa jam kemudian, Andini tiba di rumah besar Alyas, wajahnya tampak masih berseri-seri mendapatkan sambutan hangat dari mertuanya. 

“Alhamdulillah akhirnya kamu datang juga, Ibu sudah nunggu kamu dari tadi.” Ucap wanita berusia 50 tahun bernama Sarah, ia menyambut Andini dengan mendekapnya erat. 

Andini menyambut dekapan itu dengan perasaan berbunga-bunga, “terimakasih sudah menyambut aku, Ibu,” imbuhnya. 

Melihat Andini dan ibunya berpelukan, Alyas terlihat tidak senang. Pria itu lantas menaiki anak tangga meninggalkan istri dan ibunya di ruang tamu sambil menggelengkan kepalanya. 

“Sudah, Nak!” Sarah melepaskan dekapan kepada menantunya itu. “Kamu harus segera naik, Alyas sudah nunggu kamu!” 

Andini tersipu malu, mendengar ucapan mertuanya itu. “Iya, Bu.” 

“Naiklah!” Sarah mempersilahkan Andini untuk segera naik.

Andini benar-benar dibuat salah tingkah oleh mertuanya itu. 

Andini perlahan berjalan menaiki anak tangga, jantungnya berdegup dengan sangat cepat, bibir tipisnya tersenyum simpul memikirkan apa yang akan terjadi di atas sana. ‘Aku tidak percaya malam ini adalah malam pertamaku dengan Mas Alyas, walau kami belum begitu saling mengenal, semoga saja di malam pertama ini kami bisa menjadi jauh lebih akrab lagi.’ 

Tok … tok … tok …

Dengan tangan yang bergetar, Andini memberanikan diri untuk mengetuk pintu.

“Masuk saja! pintunya tidak dikunci,” ucap Alyas. 

Ceklek 

Andini membuka pintu, sontak kedua bola matanya membulat melihat kamar yang indah dengan dekorasi khas malam pertama yang di taburi banyak bunga dan warna. Gadis itu tampak bahagia, bisa beristirahat di dalam kamar yang indah itu. Namun, ada sesuatu yang membuatnya tertegun, yaitu pada saat melihat pigura foto berukuran besar yang terpampang di dinding tembok kamar. Wanita berambut panjang itu mengerutkan keningnya merasa heran, seketika ada banyak pertanyaan yang muncul di benaknya. Setelah itu, Andini melirik ke arah suaminya yang tengah duduk di sofa sambil memegang secarik kertas dan pulpen. 

“Mas, siapa wanita yang sedang kamu peluk di dalam foto itu?” tanya Andini. 

Alyas menoleh ke arah foto yang ditunjuk oleh Andini, “oh foto itu, itu adalah istri saya.” 

Deg!

Andini sontak terkejut, ia lantas mematung di ambang pintu sambil menatap suaminya. 

“Kenapa kamu menatap saya seperti itu?” tanya Alyas dengan tatapan yang lebih menuntut. 

“Jika yang ada di dalam foto itu adalah istri kamu, lantas aku ini siapa?” wanita cantik itu bertanya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. 

“Kamu adalah istri kedua saya.” jawab Alyas santai. 

“Jadi aku istri kedua?” 

“Iya.” Jawab Alyas tanpa merasa bersalah sedikitpun.

“Tapi kenapa kamu nggak pernah bilang sebelumnya, Mas?”

“Saya sudah bilang sama Ayah kamu, dia juga sudah meyakinkan saya bahwa kamu juga pasti akan setuju.” 

Andini menggelengkan kepalanya merasa tidak percaya, ‘Kenapa Ayah tidak pernah bicara apa-apa tentang istri pertama Mas Alyas? ya Allah lindungilah hambamu ini dari orang-orang yang berniat jahat.’

Sambil mengusap air mata yang jatuh tanpa ia sadari, Andini berusaha untuk menguatkan diri dan hatinya meminta penjelasan. 

“La lantas dimana dia? kenapa dia tidak menentang pernikahan kita? kenapa aku tidak melihat keberadaannya selama proses pernikahan kita?” Andini berbicara tanpa jeda hingga membuat Alyas kesal. 

Mendengar ucapan Andini, membuat tangan Alyas bergetar hebat. Ia pun beranjak dari sofa dan berjalan mendekat ke arah gadis yang wajahnya sudah basah dengan air mata. Alyas menutup mulut Andini yang terus saja bertanya dengan jari telunjuknya. 

“Dia tidak bisa mencegah pernikahan ini, walaupun saya ingin sekali dia datang dan menghentikan pernikahan kita.” Seru Alyas emosional. 

Kedua bola mata antara Alyas dan Andini bertemu dengan sangat dekat, kedua pasang mata itu sama-sama memiliki amarah di dalamnya. Jantungnya sama-sama berdegup dengan cepat, walau bagaimanapun ini kali pertama mereka bersentuhan. 

“Jangan pernah bermain api dengan yang namanya pernikahan, Mas!” seru Andini menghempaskan tangan Alyas yang menutup bibirnya. “Pernikahan kita sudah sah, baik itu secara agama dan juga negara.”

“Sebagai wanita kau juga harus menjaga ucapan kamu, Jangan pernah menanyakan sesuatu yang bisa membuat orang lain kembali terluka.” 

“Maksud kamu itu apa sih, Mas?” Andini semakin frustasi dan bingung.

Alyas kemudian menarik tangan Andini untuk duduk di sofa secara kasar, kemudian ia memberikan pulpen dan secarik kertas yang berada di atas meja untuk ditandatangani. Tangan dan kaki Andini sampai bergetar saking terkejutnya dengan sikap Alyas tersebut. 

“Apa yang sebenarnya kamu mau, Mas? Jujur aku sangat takut dengan sikap kamu ini.” Andini menoleh ke arah Alyas yang sedang berdiri di hadapannya dengan tetesan air mata yang mulai berjatuhan.

“Cepat tanda tangani berkas itu!” tunjuk Alyas.

“Enggak, aku tidak mau menandatangani berkas apapun, Mas.”

“Kamu harus menandatangani berkas yang berisi kontrak pernikahan kita.”

Deg!

Jantung Andini terasa berhenti untuk sesaat. “Apa katamu, Mas? kontrak pernikahan?” Andini menatap wajah Alyas yang penuh dengan tuntutan.

Kemudian ia menatap berkas yang tergeletak di atas meja, dengan tangan yang bergetar Andini mulai memegang berkas dan membaca setiap kata yang terdapat di dalamnya. Bulir bening dari sudut matanya terus berjatuhan hingga membasahi berkas itu. 

“Kamu harus menandatanganinya, jika tidak akan ada masalah besar yang harus kamu hadapi.” Jelas Alyas menatap Andini yang tampak tidak berdaya lagi. 

“Kenapa kamu setega ini sama aku, Mas? aku punya salah apa sama kamu?” 

Tidak mau menjawab pertanyaan dari istri barunya itu, Alyas kemudian membaringkan tubuhnya di atas ranjang. 

Sedangkan Andini terus menerus menangis merasa tidak percaya dengan keadaannya saat ini, malam pertama yang seharusnya menjadi malam yang indah dan membahagiakan. Namun, malam pertamanya ini menjadi awal kemalangan dalam hidupnya. 

Duar …

Terdengar suara gemuruh dari awan hitam, tidak berapa lama kemudian turunlah hujan deras membasahi tanah di sekitarnya. Andini duduk di tepi jendela menatap derasnya air hujan sambil membalas pesan singkat dari kedua orang tuanya.

“Aku baik-baik saja, Bu. Mas Alyas memperlakukanku dengan sangat baik. Ibu tidak usah khawatir, ya!” Tulis Andini lewat pesan singkat. 

Andini menutup mata dan di saat bersamaan terja

tuh air mata di atas benda pipih yang berisi pesan singkat yang ia kirimkan untuk ibunya. 

To be continued 

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Cindi
ceritanya seru. kasihan Andini Thor 🥲
2024-07-06 09:04:59
2
user avatar
Senja_Khoir
Cerita yang menarik, menunggu Alyas jatuh cinta kepada istri kontraknya
2024-07-03 18:23:14
2
26 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status