Share

Bab 4

last update Last Updated: 2024-07-05 11:29:32

Dalam ruangan berukuran besar dengan barang-barang mewah di dalamnya. Pria berusia 60 tahunan sedang berdiri dengan tangan di belakang punggung. Ia sedikit mendongak dengan tatapan rindu dan penyesalan.

Sesekali ia menghela napas pelan dan berucap sangat lirih, "Sayang, maafkan Ayah Nak. Kembalilah, Ayah merindukan dirimu."

Tuan Oscar adalah salah satu pria terkaya di Eropa. Kekayaannya yang melimpah dan dengan usaha yang tersebar di mana-mana membuat hidupnya bergelimang harta. Namun, kepergian putri sulungnya menjadi salah satu cambuk terbesar di usia tua, yang harusnya di kelilingi oleh orang-orang terkasih.

Sekali lagi, tatapan rindu itu begitu nampak jelas dari mata yang sudah mulai mengabur. "Kembalilah, Nak. Ayah sangat merindukan semua tentangmu." Tuan Oscar mengusap air matanya pelan.

Putri sulungnya, menghilang begitu saja, bahkan sampai saat ini, dia tak tahu di mana keberadaan gadis cantiknya. Ia masih mengingat senyum manis putrinya. Lesung pipi kecil ketika ia tersenyum, juga dengan bola mata coklat ketika mereka saling menatap rindu.

Tuan Oscar menoleh ketika dua orang pria datang menghadapnya dengan wajah takut. Keduanya adalah orang kepercayaan selama ini.

Tuan Oscar duduk di sofa, ia akan mendengar penjelasan apa lagi yang keduanya laporkan selama menghilang selama satu minggu terakhir.

"Katakan!" seru tuan Oscar tanpa menatap keduanya.

"Kami belum menemukan keberadaan nona, Tuan," jawab salah satu diantara mereka berdua.

Tuan Oscar mengepalkan tangan, ia menatap keduanya secara bergantian dan berkata dengan dingin, "Tidak becus! Kalian pergi selama seminggu dengan uang yang banyak. Apa kalian mempermainkan aku?" bentaknya menggelegar sampai napasnya terengah.

"T-tuan, Anda baik-baik saja?" tanya salah seorang lagi khawatir karena tuan Oscar terlihat lelah saat menarik napas.

"Pergilah!" usirnya, kemudian melanjutkan lagi, "jangan munculkan wajah kalian sebelum tahu di mana putriku berada. Kalau perlu kerahkan semua orang untuk menemukannya dan bawa dia kembali!"

Eldhan, tangan kanan tuan Oscar yang sedari tadi berdiri tidak jauh dari sana mendekat, ia meminta keduanya segera keluar dan menjalankan tugas mereka.

Pria yang sudah lama bekerja sama dengan tuan Oscar ini langsung membatu membaringkan sang tuan beristirahat tidak jauh dari sofa. Sengaja di desain agar tuan Oscar tidak terlalu jauh melangkah bekerja dan beristirahat.

"Istirahatlah, Tuan. Saya akan panggilkan dokter untuk memeriksa Anda," katanya setelah memastikan sang tuan berbaring dengan benar.

Tuan Oscar tidak mengatakan apa pun. Ia membiarkan saja tangan kanannya melakukan apa pun yang diinginkan. Karena dia hanya menginginkan putrinya kembali.

"Pulanglah Nak. Maafkan Ayah yang sudah lalai menjagamu. Pulanglah, dan besarkan nama keluarga kita," gumamnya mencoba memejamkan mata sebelum gadis cantik berlari memasuki kamar dan duduk di sebelahnya.

"Ayah, kau sakit lagi?" tanyanya dengan nada khawatir.

Dia adalah Silviana. Anak kedua dari keluarga Oscar. Anak dari istri kedua dari pernikahan rahasia Oscar dan Delima. Pernikahan mereka yang terungkap menjadi sebab kematian istri pertama dan kehilangan putri sulungnya secara mendadak.

"Ayah sudah tua, Nak. Jangan khawatir," jawabnya lemah, menatap Silvia teduh.

Silvia mengerucutkan bibir, ia mengusap lengan ayahnya pelan dan berkata, "Ayah, aku dengar, tuan Arsen sudah tiba beberapa hari lalu. Bagaimana kalau kita mengundangnya makan malam?"

Tuan Oscar hanya tersenyum kecil, ia meraih tangan putrinya dan berkata dengan pelan, agar Silviana tidak marah dan sakit hati karena salah paham.

"Ayah akan pertimbangkan. Untuk saat ini, Ayah tidak bisa mengundang siapa pun karena kondisi Ayah yang tidak baik, Nak."

Silviana menghela napas berat, ia jelas tahu kenapa ayahnya selalu menolak dan memberinya banyak alasan agar Arsen tidak bertemu dengan dirinya.

"Tapi, Ayah, aku--" Silvia tidak melanjutkan ucapannya karena lebih dulu dipotong.

"Nona, biarkan dokter memeriksa ayah Anda terlebih dahulu." Eldhan mendekat dengan seorang dokter pria di belakangnya.

Silviana merenggut. Wajahnya terlihat muram karena kembali gagal membujuk ayahnya dan itu semua karena pria tuan bernama Eldhan. Gadis itu keluar dengan wajah masam. Ia akan mengadukan semua pada ibunya untuk melancarkan semua keinginannya seperti biasa.

Sepertinya Silviana. Eldhan langsung menutup pintu dan memberikan waktu dokter memeriksa tuan Oscar dengan segera.

Pria tua itu, terlalu merindukan putrinya hingga ia lupa menjaga kesehatan dirinya.

***

Setelah beberapa jam berlalu. Tuan Oscar juga sudah selesai dengan makan malamnya. Pria tua itu, masih tetap betah di dalam kamar ditemani foto keluarganya. Lebih, tepatnya tatapannya hanya tertuju pada gadis cantik berlesung pipi di tengah-tengah fotonya dan mendiang istrinya.

Tidak lama, seorang wanita cantik dengan piyama halus mendekat. Ia membawa nampan berisi air dan juga beberapa obat dokter.

"Bagaimana perasaanmu?" tanyanya dengan lembut. Ia duduk dan memberikan obat suaminya.agar segera meminumnya.

"Terima kasih, kau sangat perhatian padamu, Delima." Oscar menyerahkan gelas yang airnya sisa setengah setelah ia minum.

Delima sang istri terkekeh kecil. Terlihat cantik walau usianya tak lagi muda. Wanita itu berdehem kemudian menjawab, "Aku adalah istrimu. Sudah tugasku mendampingi mu, Oscar."

Tuan Oscar tertawa, Delima sekali bisa membuatnya terhibur. Wanita ini bahkan dengan sabar menerima makian dari orang-orang karena posisinya yang menjadi wanita kedua.

Delima selalu sabar, bahkan Oscar tahu bahwa Delima juga begitu terpukul atas kepergian putri sulung mereka.

"Kau wanita yang baik. Maaf karena aku menempatkanmu pada posisi yang tidak baik, Delima. Aku tahu bagaimana wanita-wanita lain menyalahkan dirimu atas posisi ini," tukas Oscar prihatin.

"Jangan pikirkan itu. Aku juga sudah memutuskan keluar dari keanggotaan. Mengurus dirimu jauh lebih penting untukku," terangnya lagi membuat suaminya terharu dan merasa semakin bersalah.

Oscar meraih tangan renta ibu kandung Silviana itu, mengecupnya pelan dan berkata, "Kau adakah bidadari, Sayang. Aku semakin merasa beruntung karena memiliki dirimu."

Lagi-lagi ibu kandung Silviana itu terkekeh malu. Suaminya selalu bisa membuat wajahnya merah bersemu. Hingga ia yakin bahwa sudah saatnya ia mengatakan hal penting.

"Oscar, apakah kau sudah bertemu dengan putrimu, Silviana? Dia mengatakan apa?" tanyanya ragu.

Oscar mengangguk dan mengecup lagi tangan istrinya. "Pagi tadi. Silvia mengatakan bahwa Arsen sudah tiba. Dia membujukku untuk mengundang pria itu." Oscar menghela napas.

"Lalu bagaimana? Apakah kita mengundangnya? Aku akan siapkan apa saja untuk menyambutnya?" Antusias Delima semakin menguatkan keyakinan Oscar bahwa Silvia begitu sangat menginginkan Arsen.

"Dia akan kecewa, Delima! Kita berdua tahu, Arsen mencintai siapa. Aku tidak ingin Silviana merasa sakit hati, jika keinginannya dituruti," ujar Oscar gundah.

"Tapi, Silviana menyukai Arsen. Benar jika Arsen hanya menginginkan putri kita yang satu. Tetapi, bagaimana jika dia--"

"Tutup mulutmu, Delima!" bentaknya.

Delima terkejut, ini pertama kalinya mendengar Oscar berbicara keras padanya. Sungguh sakit, apalagi itu karena anak tirinya.

"Oscar, aku hanya--"

"Aku tidak ingin mendengarkan apa pun. Sekarang kau keluar dari kamarku!" usir Oscar tanpa segan.

"Jangan kejam pada putrimu, Oscar! Kau keterlaluan karena tidak memihak pada Silvia." Delima berdiri dan menatap marah pada suaminya yang sudah lemah.

"Keluar!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 216 TAMAT

    Luna menghela napas berulang kali, ia duduk dan menatap menantunya. “Ibu hanya tidak bisa membayangkan bagaimana nasib Laila di sana.”Leo mengangguk paham. Ia meraih tangan ibunya. “Ibu, Damian akan menjaganya selama satu bulan, lagipula ada Arsen di sana.”“Arsen? Kamu masih percaya pada pria itu? Bagaimana jika–”“Ibu, tolong percaya dengan keputusan yang sudah aku ambil, Arsen adalah satu-satunya yang bisa menjaga Laila setelah Damian.”Lagi-lagi Luna mendengus, ia tak suka dengan pria bernama Arsen. Pria itu ingin merebut Alice dari putranya bahkan dengan terang-terangan mengakui Laila dan Damian sebagai anak.“Kalian tidak ada yang mengerti dengan kekhawatiranku. Aku hanya ingin cucuku hidup dengan damai, tidak perlu sekolah di tempat jauh, kita bisa–”“Maafkan aku karena memotong ucapanmu Bu. Tetapi ini adalah keputusan mereka. Laila ingin sekolah bisnis seperti Silviana, sementara Damian, putraku adalah penerus, dia harus memiliki pendidikan yang jauh lebih hebat.”Membuang na

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 215

    Alice dan Leo saling pandang, pun dengan Laila yang hanya berdecak mendengar permintaan kakaknya.“Apa maksudmu, Damian?” tanya Laila semakin jengah.“Aku tidak mungkin mengekor padamu, aku juga ingin memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan,” katanya.“Tidak ada yang menjagamu sebaik aku, Laila. Sejak kita kecil, aku yang–”“Tapi sekarang aku sudah besar, aku bisa menjaga diriku, lagipula di sana ada Ayah Arsen.” Laila berdiri dengan kesalnya.“Terserah jika kalian tidak mendukung, aku akan tetap bersekolah di tempat yang aku inginkan,” ujarnya, “dan Ayah tidak boleh menarik kesepakatan kita.”“Laila duduk dulu, Nak.” Alice menepuk pelan sebelah sisi tempatnya.“Tidak Ibu. Tidak sebelum Damian berpikir waras.”Setelah mengatakan itu, Laila meninggalkan ruangan dengan kekesalan pada Damian.“Dia gila,” geramnya dengan nada yang kesal.Sementara itu, Clara yang melihat kakak perempuannya menuju kamar, segera mengikuti. Rasanya sangat berat berpisah meski mereka berdua jarang sekali terli

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 124

    “Selamat pagi.” Laila datang lebih cepat, memotong ucapan Alice yang tengah memeluk putri bungsunya.“Selamat pagi, Sayang.” Leonardo menyambut putri sulungnya, kemudian meminta Laila untuk duduk di sebelahnya.Melihat itu, Clara mengerucutkan bibir, “Ayah, jangan terlalu memanjakan kakak, dia sudah–”“Clara lebih baik kamu diam, berikan susu yang kamu buatkan tadi untukku.” Laila meraih selembar roti dan mengolesi dengan selesai cokelat.“Baiklah.” Clara memeluk ibunya singkat kemudian memberikan susu yang dibuatnya pada Laila.“Sekarang berikan nilai untukku. Aku yakin ini rasanya seratus,” kata Clara.Laila meraih gelas susu miliknya, kemudian meneguknya hingga setengah. “Enak, aku rasa ini adalah bakatmu.”Clara mengerucutkan bibir, “Bakatku banyak Kak. Hanya saja, aku tidak ingin menunjukkan pada orang lain,” katanya dengan bangga.“Oh aku sangat kagum padamu. Duduklah, aku ingin memberikan hadiah lain.” Laila meletakkan gelas yang sudah kosong kemudian merogoh kantong celana mil

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 213

    Alice masih ke dalam ruang makan dan benar saja, semua sudah disiapkan dengan sangat baik. Clara yang melihat wajah takjub ibunya pun ikut merasa bahagia.“Bagaimana? Aku sangat membanggakan bukan?” tanyanya pada sang ibu.“Benar Clara yang melakukan ini sendiri?” Alice menoleh pada putrinya yang langsung terdiam dengan bibir tersenyum kecil.“Senangnya, Clara dibantu oleh kak Laila,” akunya, “tapi karena dia kelelahan dan mengantuk, kakak kembali ke kamar.”Alice menaikkan alis, kemudian mengangguk paham. “Ya sudah, tapi setidaknya, Clara sudah membuktikan jika putri ibu sudah sangat hebat.”Clara mengangguk senang. “Tolong beritahu kakek ya, Bu. Aku ingin kakek mendengar hal baik tentangku.”“Baiklah, jika kakek bertanya, Ibu akan memberitahu jika cucunya yang cantik ini sudah besar.”Clara memeluk ibunya. “Ibu aku sangat menyayangimu. Aku yakin karena itulah ayah sangat mencintaimu.”Alice terkekeh, “Ya sudah, sekarang duduk dulu, Ibu akan buatkan sarapan untuk kita semua.”“Aku ak

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 212

    Alice menghela napas panjang untuk meredam semuanya. Tidak ada yang bisa mengetahui takdir kedepannya. Damian masih terlalu muda, sementara Sera, gadis kecil itu juga masih seusia Clara yang mungkin tidak mengerti dengan situasi ini.“Semoga saja, Damian mendapatkan yang terbaik,” putus Alice akhirnya.Leo mengangguk meski rasanya ada yang aneh. Rasa sakit yang Alice rasakan sepertinya terlalu besar, hingga sang istri belum bisa memaafkan apa yang telah terjadi.“Kamu benar, Damian masih terlalu muda. Kita bisa lebih tenang karena Bram juga telah meninggalkan kota bersama putrinya.Setelah mereka membahas semuanya, Alice memutuskan untuk tidak membahas ini lagi. Ia bahkan meminta Laila untuk tidak membantu Damian melupakan perasaannya yang diyakini hanya rasa sesaat.“Tidurlah, aku masih ada banyak pekerjaan di bawah,” kata Leo akhirnya, hingga saat ini ia belum menemukan seseorang yang bisa menggantikan posisi Bram di kantor.“Maafkan aku. Aku seharusnya tidak terlalu keras sehingga

  • Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder    Bab 211

    Malam hari, Alice yang masih merasa curiga pada Dara dan Leo memutuskan untuk tidur lebih cepat. Ia tahu usianya tidak lagi muda seperti dulu. Jadi, tidur adalah pilihan yang lebih tepat.Sementara itu, Leo yang tahu dengan kecemburuan istrinya hanya tersenyum kecil, merasa bersalah, tetapi ia bisa buktikan jika dirinya dan Dara tak ada hal yang harus dicurigai.“Aku sudah katakan padamu, kedatangannya adalah untuk berterima kasih karena tidak menghalangi Bram keluar dari perusahan,” jelas Leo pelan di telinga sang istri.“Mereka memutuskan untuk meninggalkan kota ini, jadi Bram sudah mengundur diri,” sambungnya.“Kenapa harus bertemu? Bukankah Bram bisa mewakili, Kenapa harus datang padaku, bukankah sama saja dia ingin mengulang kejadian yang telah lalu?” balas Alice akhirnya. Wanita itu membuka mata, tak menoleh tetapi masih menunggu suaminya menjawab pertanyaannya.“Sera yang memaksa untuk datang dan kebetulan dia–”“Apakah setelah melihatnya kembali hatimu masih bergetar? Dia bah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status