Istri yang Tak Dinafkahi

Istri yang Tak Dinafkahi

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Oleh:  Setia_AMTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
139Bab
11.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sindy harus puas mendapatkan nafkah sisa dari Ardi setelah gajinya sebagian besar diberikan kepada ibu mertua. Namun, tuntutan kebutuhan hidup membuat Sindy akhirnya bangkit melawan!

Lihat lebih banyak

Bab 1

1 Nafkah Mepet dari Suami

“Ini nafkah buat kamu, Sin.”

Sindy menatap tiga lembar uang warna merah yang diletakkan Ardi di atas meja, dahinya berkerut karena jumlah nafkah yang diberikan kepadanya semakin berkurang dari minggu ke minggu.

“Kok cuma segini, Mas?”

“Segitu masa nggak cukup? Hemat sedikit lah, kapan kita bisa nabung kalau kamu nggak bisa atur uang belanja?”

Sindy menghela napas. Mau protes, tapi dia juga tahu kalau akhir-akhir ini pekerjaan Ardi sebagai tenaga borongan di gudang besi sedang sepi, sehingga mempengaruhi penghasilan yang diterima suaminya.

“Ya sudah, disyukuri saja ...”

“Nah, itu tahu! Jadi istri memang harus pintar-pintar bersyukur, Sin.”

“Kalau begitu hari ini aku masak tumis kangkung sama goreng tempe buat kamu ya, Mas?”

Ardi mengernyitkan keningnya mendengar deretan menu yang disebut Sindy.

“Tempe goreng lagi? Baru dua hari yang lalu kamu masak oseng tempe, sekarang goreng tempe ... Heran, apa kamu nggak bisa bikin menu yang lebih enak lagi selain olahan tempe?”

Sindy mengembuskan napas berat. Ini yang membuatnya kadang tidak bisa bersyukur dengan rejeki yang sudah diterimanya, Ardi terlampau menuntut menu masakan yang menelan budget cukup tinggi sementara uang diberikan semepet itu.

“Terus kamu mau aku masak apa? Tanya Sindy, mencoba untuk meluaskan kesabarannya sedalam lautan.

“Ikan kakap, sambal terasi sama lalapan segar. Biar ada gizinya gitu sekali-kali kita makan ikan,” jawab Ardi sembari mengangkat cangkir kopinya yang masih mengepulkan asap dan aroma nikmat di hidung bangirnya.

“Ikan kakap?” Kepala Sindy langsung menjelma menjadi kalkulator dadakan dan menghitung sisa uang jika dia belanja dua ekor ikan kakap mentah, cabai dan sayur untuk lalapan.

Kemudian sisa uang itu masih harus Sindy bagi lagi setidaknya untuk enam hari ke depan sampai Ardi kembali menerima gaji.

“Iya, masa kamu nggak dengar aku ngomong apa tadi? Kalau suami ngomong tuh dengerin makanya!”

“Tapi, Mas ... Kalau hari ini kamu minta menu ikan kakap, besok-besok sisa uangnya cuma cukup buat masak menu sederhana. Nggak apa-apa kan?”

Ardi berdecak, tapi dia masih sempat menyeruput sedikit kopi sebelum menoleh ke arah istrinya.

“Kamu ini benar-benar nggak bisa ngatur keuangan kita, yang hemat gitu lho. Kayak ibu aku, pintar banget mengelola keuangan. Hemat, tapi menu yang disajikan untuk ayahku selalu enak dan penuh gizi.”

Sindy menggosok-gosok telinganya, panas karena bukan sekali dua kali ini saja Ardi membandingkan cara mengelola uang antara dirinya dan ibu mertua.

“Mungkin gaji ayah jauh lebih banyak, Mas. Makanya ibu bisa mengelola uang yang ada, sedangkan aku? Boro-boro nabung, nggak ninggal utang di warung sayur saja sudah syukur ...”

“Sudah, sudah, pusing aku dengar omelan kamu! Pokoknya aku nggak mau tahu, kamu harus cukup-cukupkan uang yang aku kasih tadi untuk satu minggu ke depan.”

“Bisa kalau dipaksa cukup, asalkan permintaan kamu jangan yang tinggi-tinggi.” Sindy masih merendahkan suaranya meski ada emosi yang tertahan.

“Tinggi gimana, orang suami minta menu ikan kakap doang kok protes terus!”

“Ada apa sih kalian ini kok ribut-ribut?”

Perhatian Sindy dan Ardi langsung teralihkan oleh suara yang baru saja bergabung dalam pembicaraan mereka.

“Eh Ibu!” Ardi lantas garuk-garuk tengkuknya yang tidak gatal, sementara Sindy hanya bisa tersenyum kaku.

“Belum ada makanan sama sekali di meja ini?” tanya ibu Ardi.

“Belum, Bu. Adanya baru kopi ...”

“Kamu itu ya, Sin?” Ibu Ardi memotong ucapan. “Suami pulang kerja tuh seharusnya makanan atau cemilan sudah siap, jadi Ardi tinggal mandi terus makan.”

“Masalahnya Mas Ardi kan baru gajian, jadi tadi aku nggak pegang uang, Bu.” Sindy membela diri, meski begitu dengan nada suara yang tetap santun.

“Terus kenapa begitu dapat uang kamu nggak langsung lari ke warung beli sesuatu, ini malah ribut sama suami sendiri?”

“Nggak tahu tuh, Bu. Padahal sudah pegang uang juga ...” Ardi terkesan menambah keruh situasi antara ibu dan istrinya.

“Ya ampun, jangan begitu lah. Suami sudah capek-capek banting tulang, istri jangan nambahin beban pikiran.”

“Bukan begitu, Bu. Masalahnya uang yang Mas Ardi kasih semakin berkurang,” bantah Sindy, karena dia sudah tidak tahan disudutkan terus oleh suami dan ibu mertuanya.

“Kerjaan aku kan agak sepi, maklum tenaga borongan.”

“Nah, itu masalahnya. Kenapa kamu nggak bisa ngertiin suami kamu?”

Sindy semakin merasa terpojokkan. Kemarin-kemarin dia masih tahan diri dan lebih memilih mengalah, tapi kali ini apa harus begitu lagi?

“Ya kalau kamu minta ikan kakap, minimal tambah lagi uang belanjanya biar besok-besok aku bisa masak menu selain tahu tempe.” Sindy berusaha membujuk suaminya, tapi reaksi keras justru datang dari ibu mertua.

“Lho, lho, lho, Ardi kan sudah bilang kalau kerjaan lagi sepi. Kamu kok malah banyak nuntut begini sih?”

“Bukan aku yang nuntut, tapi mas Ardi sendiri yang minta menu mahal-mahal.”

“Sudah deh, cuma beli kakap saja sudah ngeluh. Itu Ardi sudah kasih uang kan? Cepat kamu belanja sana, biasanya jam segini di warung depan stok sayur sudah diganti yang baru-baru.”

Sindy menghela napas panjang, percuma bicara panjang lebar dengan suami dan ibu mertuanya. Selalu dia yang dianggap tak becus.

***

Dua ekor ikan kakap goreng, semangkok sambal terasi, dan irisan lalapan segar menghiasi meja makan di rumah Ardi.

“Nah, ini baru masakan yang membangkitkan selera!” Ardi berdecap, air liurnya terbit menatap hasil masakan Sindy yang masih menguarkan aroma gurih itu. “Ambilkan aku nasi yang banyak, Sin!”

Dengan penuh rasa bakti, Sindy mengambil piring bersih dan menyendokkan nasi sesuai permintaan suaminya. Tidak lupa dia juga mengambilkan satu porsi kecil untuk putri mereka yang masih berusia dua tahun.

“Seharusnya itu kamu masak menu-menu bergizi seperti ini. Bukannya tahu tempe sama sayur bening setiap hari!” komentar Ardi dengan mulut penuh nasi bercampur potongan ikan kakap.

Usai makan, ibu anak satu itu segera membereskan piring kosong bekas makan dirinya dan sang anak sementara dilihatnya Ardi masih sibuk menikmati lalapan segar yang dicocol dengan sambal terasi buatannya.

Beberapa hari berlalu dan Sindy mulai pusing dengan sisa uang yang masih ada di dompetnya.

“Mas Ardi bosan sama menu tempe, terus dengan uang sisa segini, aku harus masak apa?” pikir Sindy sambil menatap aneka sayur mayur yang tertata rapi di warung depan.

Ketika melihat bumbu soto, Sindy akhirnya memutuskan membeli bahan-bahan yang digunakan untuk memasak soto saja.

Ketika masakan sudah matang, Sindy sengaja mampir ke rumah mertua untuk sedikit berbagi.

“Lihat ini, Bu. Gajiku sudah cair!”

“Wah, lumayan banyak ya, Di!”

Sindy baru saja akan mengetuk pintu ketika dia mendengar suara girang Ardi bersama ibu mertua.

“Ini buat Ibu uangnya, cukup kan?”

Bersambung—

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
139 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status