"Lo tanya sama dia, apa yang dia lakuin sama istri gue!" jawab Javier melirik murka pada mantan kekasih nya."Fell?" kata Cara meminta penjelasan."Asal kamu tau Fell, gara gara ulah kamu, ketiga anakku harus hidup tanpa kasih sayang ibu nya. Gara gara kamu mereka harus menyandang gelar anak Piatu! Bahkan kamu tau, mereka belum merasakan dekapan hangat ibunya. Karena apa? Karena kamu membunuh ibunya!" teriak Javier menunjuk wajah Felly."Heh kunyuk! Lo kalau ngomong jangan asal yah! Felly gak mungkin ngebunuh Celena!" seru Cara tidak terima, sedangkan Felly sudah menangis tersedu sedu.Jangan tanyakan orang tua Felly. Setelah ia mendapatkan telfon dari Arya dan Jenar akhirnya mereka diam tak bisa berkutik. Selama Javier tidak bermain tangan maka Fahmi dan Leona tidak akan ikut campur. Ia akan menenangkan Felly nanti saat urusan mereka selesai."Cih, bela aja terus. Kalian berdua dari dulu selalu kompak kan!" cibir Javier lalu melemparkan beberapa foto yang di b
Sepanjang perjalanan Farrel terus berdoa agar selamat sampai tujuan. Farrel suka balapan tapi, tidak saat keadaan seperti ini. Ia takut amarah Javier membawanya ke alam baka nantinya menyusul Celena. "Jav, ingat mati woy. Lo mau ngajak gue nyusul Celena hah!" bentak Farrel karena Javier semakin menggila.Kalau Javier mati ia enak bisa bertemu Celena. Lah kalau Farrel ikut mati? Rugi dong dia kan belum nikmati hidup. Bajkan ia belum sampai ke puncak surga dunia, masa mau langsung ke surga akhirat.Setelah beberapa saat, mobil yang di kendarai Javier sudah sampai di kediaman Felly. Bila berkendara normal mereka akan membutuhkan waktu kurang lebih 40 menit. Tapi karena Javier sedang di rasuki setan akhirnya hanya dengan waktu 17 menit dia sudah sampai. Bisa bayangkan seberapa kecepatannya? "Felly keluar!" teriak Javier saat turun dari mobil.Ceklek!Pintu terbuka dan Leona juga Fahmi yang keluar."Javier ada apa ini?" tanya Fahmi bingung karena Javier suda
‘’Mas, bagaimana ini? Sudah hampir seminggu Javier tidak mau keluar kamar. Bahkan ia sampai memakaikan baju Celena pada guling loh," gumam Jenar saat sedang berdua dengan Arya.Yah memang selama seminggu ini Javier hanya berdiam diri di dalam kamar. Ia masih belum bisa melupakan bayang bayang Celena. Bahkan, guling yang ia pakaikan baju Celena pun mengira bahwa itu Celena. Dan Javier selalu memeluknya sepanjang waktu.Katakan lah Javier gila. ia memang sangat gila karena belum bisa merelakan Celena pergi."Bagaimana anak anaknya? Apakah sudah bisa di bawa pulang? Mungkin kehadiran anak anak nya dia bisa melupakan Celena,""Lalu bagaimana dengan Felly?""Entahlah aku bingung Sayang. Coba kamu bicara sama Fahmi, biar dia yang mengurus nya," ujar Arya."Mas, Aku takut kalau nanti Javier tau bahwa Felly dan Celena sempat berbicara berdua seperti itu bagaimana? Aku takut Javier akan—" "Apa maksud Mommy?" tanya Javier yang ternyata sedari tadi menyimak pembicaraan Arya dan Jenar di ruang k
"Ayo pulang Sayang," Lagi dan lagi Mommy mengajakku untuk pulang. Namun aku masih enggan beranjak dari tempat ini. Aku masih ingin disini, menemani istriku. Apakah aku salah?"Vier mau disini dulu Mom," jawabku dengan suara serak karena habis menangis."Sudahlah Nak, ikhlaskan Celena. Pikirkan anak anak kamu," ujar mommy Narra ikut membujuk ku."Kamu tidak perlu berpura pura hancur seperti ini. Bukankah harusnya kamu bisa senang karena akhirnya kamu bisa melanjutkan pernikahan mu dengan mantan mu," kata Daddy Bisma lagi lagi menyindirku, "Lupakan anakku, dan aku akan membawa cucu cucuku. Jadi kamu bisa terus kan hidup kamu dengan mantan kamu itu," imbuhnya membuat ku mengepalkan tangan dengan kuat."Asal Daddy tau, Javier sangat mencintai Lena. Kalaupun Sekarang Lena pergi, Javier tidak akan pernah menikah lagi. Bahkan sampai Javier menyusul Lena nanti," kataku dengan tegas, ‘’"Dan untuk anak anak? Mereka anakku, juga aku masih sanggup mengurus mereka bertiga tanpa i
Javier semakin mempercepat laju kendaraan nya. Tak butuh waktu lama, kini ia sudah sampai di rumah sakit, Javier langsung berlari menuju ruangan Celena. Dan setelah sampai ia hanya mampu terdiam di ambang pintu. Ternyata keluarganya sudah ada di sana. Daddy arya, Daddy Bisma, mommy Narra dan Mommy Jenar.TesAir mata langsung luruh saat melihat tubuh istrinya sudah di tutup oleh kain putih. Tubuh Javier seolah lemas tak ada tulang. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa ia pergi setelah Javier pulang sebentar. Hanya sebentar, belum ada dua jam ia meninggalkan istrinya. Kenapa malah seperti ini? Batin Javier."Son," panggil daddy Arya menghampiri Javier yang diam dengan tatapan kosong nya."Javier hiks hiks," gumam Narra merasa tidak tega melihat menantu nya."Hem, Daddy pasti Vier bermimpi kan Dad?" tanya Javier dengan tawa getir di wajahnya."Daddy yakin, kamu kuat dan bisa menerima semua ini dengan ikhlas," ucap Arya menepuk bahu Javier.Dengan perlahan, Javier
‘’Bagaimana keadaan Celena sekarang?" tanya Bisma saat amarahnya sudah sedikit reda."Koma," jawab Javier pelan dan menahan tangisnya."Koma? Bagaimana bisa?" tanya Bisma lagi.Akhirnya Javier menceritakan bagaimana kondisi Celena selama ini dan alasan mengapa dirinya tidak ingin memberitahu Bisma dan Narra. Narra lah yang paling terpukul, berarti Celena selama ini menjalani hidup sama sepertinya dulu.Seolah tau apa yang di pikirkan istrinya, Bisma pun segera memeluk tubuh Narra dengan erat."Sshhhtt tenang lah, kita akan segera menemukan jalan keluarnya." Bisik Bisma pada istrinya."Kenapa harus Lena mas hiks hiks," ucap Narra terisak."Saya sudah mencari pendonor untuk Lena, orang itu sudah setuju dan siap menunggu sampai Lena melahirkan tapi—" ucap Arya setelah mendekat ke arah besan nya."Tapi?" tanya Bisma mengerutkan dahinya."Orang itu menghilang," ucap Arya pelan dan kecewa.Memang, Arya dan Arlan sudah mencari sosok pendonor sumsum t