Sopir taksi mengantar Yoko ke alamat yang ditunjukkannya. Sopir taksi itu bahkan bertanya dengan sangat ramah, “Kamu kenal keluarga Herdian?”“Apa?” tanya Yoko terkejut.“Nggak apa-apa. Hati-hati saat keluar dari mobil,” ujar sopir taksi dengan sangat sopan.Yoko membayar ongkos taksi dan turun dari mobil. Kemudian dia berjalan menuju sisi berlawanan dari jalan aspal yang penuh dengan bunga di kedua sisinya. Yoko semakin terkejut kala dirinya semakin dekat dengan vila tujuan. Halaman vila di seberangnya sangat luas, dengan berbagai tanaman hijau yang saling bertautan. Melalui pagar hitam, Yoko bisa melihat pemandangan di halaman itu seperti sebuah taman. Dia terus berjalan ke depan vila, lalu dia melihat sebuah vila yang indah di balik pohon maple yang rendah.Apakah Tasya sudah gila? Untuk sewa vila sebesar itu, setidaknya harus menghabiskan puluhan juta sehari, bukan?Di satu sisi Yoko merasa terkejut, di sisi lainnya dia juga merasa senang. Tasya mengeluarkan begitu banyak uang untu
Tasya dan Sonia berjalan menuruni tangga spiral bersama. Semua orang serempak berdiri dan menatap kedua perempuan itu dengan takjub.Joko juga berdiri. Dia menatap terpaku Tasya yang mengenakan gaun panjang seputih salju, berdiri terpelongo seolah telah kehilangan jiwanya.Tasya bersikap seolah tidak melihat Yoko di sana. Dia hanya tersenyum manis dan berkata, “Selamat datang di rumahku. Kenalkan, ini temanku, Sonia.”Setelah itu, Tasya juga berkata pada Sonia, “Sonia, ini teman sekelasku, Deska, Amanda, Fanny ....”Tasya memperkenalkan mereka satu per satu. Sonia dan Deska serta yang lainnya saling menyapa. Setelah sesi perkenalan, Deska baru memiliki kesempatan untuk bertanya, “Tasya, ini rumah kamu?”Sonia tersenyum dan mengangguk, “Iya. Maaf, selama ini aku nggak pernah ajak kalian ke rumahku. Sekarang kalian sudah datang. Lain kali kalian bisa sering-sering main ke rumahku.”Semua orang tercengang, termasuk Yoko. Amanda yang dari keluarga cukup mampu mengenal beberapa orang kaya.
Tasya tidak bicara, hanya menatap Yoko dengan acuh tak acuh.Yoko mengeluarkan kotak perhiasan berwarna merah. Setelah dia membuka kotak itu, ada sepasang anting-anting GK di dalamnya. Kemudian, dia berkata, “Aku ingat kamu bilang kamu paling suka anting-anting. Aku habiskan semua uang yang aku punya untuk beli ini. Aku ingin berikan ke kamu di hari ulang tahunmu. Aku harap kamu maafkan kesalahanku sebelumnya. Tapi hari ini aku datang ke sini dan baru tahu betapa naifnya aku. Ternyata kamu nggak kekurangan barang-barang seperti ini. Aku juga lebih mengerti betapa kamu mencintaiku dulu.”Mata Tasya bagaikan tanah yang gersang, tidak ada perasaan apa pun lagi. Dia pun mengucapkan kata demi kata, “Tapi aku sudah nggak mencintai kamu lagi.”Yoko cepat-cepat menggelengkan kepala, “Nggak, Tasya. Maafkan aku, Tasya. Aku mohon, beri aku satu kesempatan lagi.”Tasya menatap pria itu seperti menatap orang asing, tidak ada perasaan yang dulu lagi, “Aku nggak suka diganggu terus. Kita pisah baik-b
“Tasya!” Yoko berteriak di belakang Tasya, “Bagaimanapun, aku benar-benar mencintai kamu. Sungguh!”Tasya bahkan tidak menoleh ke belakang. Dia terus berjalan menuju halaman belakang tanpa menghiraukan teriakan pria itu.Pesta ulang tahun Tasya diadakan di halaman belakang. Di bawah payung teduh besar, ada sebuah meja panjang yang ditata penuh dengan berbagai jenis makanan barat, makanan penutup, koktail, serta balon-balon berwarna pink. Di samping kolam renang juga sudah disiapkan baju renang untuk semua orang. Deska dan yang lainnya makan sambil mengobrol, sangat meriah.Sonia duduk di ayunan sendirian. Begitu melihat Tasya datang sendirian, dia langsung mengangkat alis pada perempuan itu. Tasya membalasnya dengan senyuman, senyum yang santai.“Tasya,” panggil Fanny. “Kolam renangmu besar banget. Kami mau lomba renang. Kamu mau ikut, nggak?”“Oke!” Tasya berjalan cepat ke arah mereka.Amanda dan yang lainnya melihat hanya Tasya seorang diri, tidak terlihat sosok Yoko. Mereka merasa b
Emosi Yoko telah menumpuk selama beberapa hari ini. Setelah pergi ke rumah Tasya hari ini, emosinya pun memuncak. Akhirnya sekarang semua emosinya meledak.Wajah pria yang tampan dan lembut itu kini telah berubah. Sorot matanya menjadi ganas dan menakutkan. Dia memukul wajah Rani berulang kali seolah untuk melampiaskan amarahnya.Semua gara-gara Rani, semua gara-gara keluarga perempuan itu. Kalau tidak, Yoko akan menjadi menantu keluarga Herdian. Jangankan wakil manajer di perusahaan keluarganya Rani. Dia bahkan bisa memiliki seluruh perusahaan itu.Namun sekarang, semua itu sudah hilang. Yoko pun melampiaskan semua amarahnya pada Rani. Dia pukul Rani hingga perempuan itu menangis histeris. Akan tetapi, Yoko justru menjadi semakin bersemangat ketika mendengar tangisan histeris perempuan itu.Usai memukul Rani, Yoko langsung melarikan diri. Dia jual anting-anting yang dia curi dari Rani dan hendak dia berikan kepada Tasya. Dia jual dengan harga puluhan juta. Kemudian, dia mencari rumah
Sonia mengangguk pelan dan tidak bertanya lagi.Kelly masih harus bekerja, karena itu Sonia tidak duduk lama di sana. Setelah mengambil kue yang dibeli untuk Bi Rati dan Pak Umar, Sonia membayar dan pergi dari toko.Sonia telah menelepon Bi Rati terlebih dahulu. Jadi ketika dia tiba di Vila Green Garden, Bi Rati sudah menunggu di luar vila. Bibo baring telungkup di tanah. Begitu melihat Sonia turun dari taksi, Bibo langsung berdiri dan berlari dengan senang ke arah Sonia.Sonia berjongkok dan meletakkan makanan di tanah. Dia memeluk Bibo dengan kedua tangan, lalu menatap Bi Rati dan Pak Umar yang berdiri di depan pintu. Dia pun melemparkan senyuman kepada mereka.Vila itu masih sama seperti sebelum dia pindah. Kamar yang dulu dia tempati juga tidak ada yang berubah. Bi Rati membersihkan kamar itu setiap hari dan mengganti seprai setiap sesuai jadwal. Setiap sudut vila begitu bersih tanpa debu.Begitu tahu Sonia mau datang, Bi Rati sudah membuat banyak makanan ringan kesukaan Sonia lebi
“Pak Reza.” Celine berkata dengan lembut dan anggun, “Rapat akan segera dimulai.”Setelah mendengar suara, Reza langsung menoleh. Saat dia mengangkat wajahnya, senyumannya yang tadi seketika menghilang, berubah kembali menjadi wajah yang acuh tak acuh seperti biasa, “Aku akan segera ke sana.”“Baik.” Celine mengedipkan mata, lalu berbalik dan berjalan keluar dengan langkah ringan.Reza menunduk kembali dan mengetik sesuatu di ponselnya, “Jangan lama-lama, aku rapat dulu.”“Oke.”Sonia lagi-lagi hanya menjawab satu kata. Namun, Reza melihatnya selama satu menit penuh. Setelah itu, dia baru menyimpan ponselnya dan berdiri, lalu berjalan menuju ruang rapat.Sonia meletakkan ponselnya di halaman rumput. Dia memeluk leher Bibo lagi, merasakan angin sejuk bertiup lembut di alisnya. Sudut bibir perempuan itu terangkat secara tanpa sadar.Setelah makan siang, Sonia baru meninggalkan Vila Green Garden dan kembali ke kota. Baru sampai di Imperial Garden, dia tiba-tiba menerima telepon dari Hendr
Celine berkata, “Meski keluarga kita nggak setenar keluarga Herdian, keluarga kita juga bukan keluarga yang nggak dikenal. Hanya selembar kartu undangan, kita antarkan secara terang-terangan. Kalau cari alasan, justru akan terlihat picik.”Aminah mengangguk pelan, “Kamu juga tahu pikiran kakek dan nenekmu masih konservatif. Lebih baik kita turuti saja.”Celine hanya tersenyum, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Aminah tertawa pelan dan berkata, “Meskipun ini pesta ulang tahun nenekmu, aku masih berharap kamu bisa undang Reza ke sini. Kalau dia datang, bukankah itu lebih menjelaskan kedudukanmu di Herdian Group?”Celine tiba-tiba teringat dengan pemandangan yang dia lihat di kantor CEO tadi sore. Pikiran Celine melayang, dia pun agak melamun. Setelah beberapa saat dia baru berkata, “Kakek benar. Nenek yang ulang tahun, yang datang pasti ibu-ibu. Pak Reza yang datang nggak cocok. Lagi pula, aku sudah lama kerja dengan Pak Reza. Sepertinya dia nggak suka hadir dalam acara seperti ini.”“
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak
Saat Morgan kembali ke ruangan VIP, Reza pun telah tiba.Tadinya Hallie duduk di samping Sonia. Begitu Reza datang, dia pun langsung duduk di samping Morgan.Saat melihat Morgan telah kembali, Hallie segera berkata dengan tersenyum, “Kak Morgan, masakan sudah datang, rasanya benar-benar enak!”Morgan tidak membalas, melainkan melihat Reza. “Kapan kamu datangnya?”“Baru saja!” Reza tersenyum tipis, lalu menuangkan segelas alkohol untuk Morgan. “Arak hasil fermentasi Bos. Coba dicicip!”Sonia berkata, “Aku juga ingin minum!”Reza menuangkan setengah gelas untuk Sonia. “Cuma segini saja.”Daripada tidak ada, Sonia juga tidak boleh serakah. Dia menuangkan setengahnya ke gelas Hallie. “Sebelumnya saat di Istana Fers, aku lihat kamu jago minum. Cuaca sudah dingin. Ayo, kita minum bersama untuk menghangatkan tubuh.”Hallie tersenyum malu. “Aku itu memaksakan diriku buat minum. Sebenarnya aku gampang mabuk.”Mereka minum sembari mengobrol. Saat Reza mengobrol dengan Morgan, dia juga tidak lupa
Theresia mengangkat pandangannya dan tersenyum lembut. Seketika seperti angin musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran.Setelah menghabiskan sebatang rokok, Morgan melangkah ke sisi restoran. Saat melewati jendela sebelah, dia menoleh sekilas, ternyata adalah seorang pria. Dia juga mengenakan sweater biru dan kelihatan sangat muda.Setelah sekilas pandang, Morgan mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya.Sesampainya di dalam restoran dan melewati koridor, tiba-tiba pintu kayu di sebelah kanan terbuka. Morgan mengangkat kepalanya dan matanya berpapasan dengan mata gadis yang keluar dari pintu. Satunya kelihatan syok, sedangkan yang satu lagi menatap dengan tatapan penuh makna.Setelah mereka kencan buta, mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. Hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu lagi.Ternyata selama berada di satu kota, pasti akan ketemu.Theresia duluan bersuara, “Kamu masih belum pergi?”Seingat Theresia, Morgan mengatakan dia hanya akan tin