KUBELI KESOMBONGAN IPARKU

KUBELI KESOMBONGAN IPARKU

By:  Siti_Rohmah21  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.6
27 ratings
87Chapters
223.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Nilam seorang wanita yang terlahir kaya raya, tapi jatuh cinta pada Arlan yang kebetulan keluarga kalangan menengah. Nilam diperbolehkan menikah dengan syarat dari sang Papa, yaitu Ruslan, tidak boleh mengutarakan jati diri keluarganya pada keluarga Arlan. Sebab, orang tuanya memiliki feeling tidak baik di keluarga sang suami. Dugaan sang papa benar. Nilam mendapatkan perlakuan kurang baik dari mertua yaitu Desti dan iparnya yang bernama Dila. Seiring waktu, Nilam sudah sangat geram dengan perlakuan sang ipar yang selalu merendahkannya dengan apa yang dimiliki oleh suaminya Dila, yang tidak lain adalah kakaknya Arlan. Namun, Ruslan menyuruhnya bersabar sampai waktunya tiba nanti. Dila merendahkan Nilam, padahal bos dari suaminya adalah Om Farhan, yaitu Om dari Nilam. Arlan pun akhirnya mengetahui hal ini, sempat minder tapi akhirnya ia dapat menerimanya karena satu rahasia yang akhirnya terkuak. Apakah itu? Baca sampai tamat yuk kisahnya!

View More
KUBELI KESOMBONGAN IPARKU Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Nur Syahira
ceritanya sangat bagus,,
2023-12-13 11:08:41
0
default avatar
Aini Nak Kramat
bagus seritanya..semoga banyak yg suka dan semoga sukses selalu amin
2023-12-09 16:49:17
0
user avatar
Ayuni
bagus ceritanya
2023-11-29 06:35:47
0
user avatar
Zakiyyan Hafiza Adlan
ceritanya bagus.
2023-11-17 11:19:16
0
default avatar
Vina Fely
ceritanya bagusssss
2023-11-15 00:36:25
0
user avatar
Rahayu Tri
baguss..ga bertele jalan ceeritanya
2023-07-19 19:53:13
0
user avatar
Ahmad Rhoni
sngat menarik..
2022-08-28 14:58:59
1
user avatar
Khoirun Nada
mantap bosku
2022-08-25 10:39:29
2
user avatar
Uwen Kolow
cerita yang menarik
2022-08-14 21:31:50
1
user avatar
Aulia Sudarso
Sangat menarik ceritanya, andai aku jadi Al alangkah nikmalnya
2022-08-13 07:52:31
1
user avatar
Dhyah Pujowati
bagus ceritanya
2022-08-11 22:44:19
1
user avatar
Novi Susanti
cerita nya bagus banget , banyak pembelajaran yang bisa di ambil dari setiap karakter pemain nya , sampai detik ini masih suka banget sama cerita nya ...
2022-08-05 22:27:08
1
user avatar
Astika Buana
selalu keren
2022-08-02 08:56:10
1
user avatar
Iis Nur
baru mulai baca sih awalny menarik musah2an untuk seterusny menarik
2022-07-29 12:17:27
2
user avatar
Dinar Arief
menarik banyak pembelajaran yg bisa diambil dari setiap karakter pemain
2022-07-27 21:53:42
1
  • 1
  • 2
87 Chapters
Hinaan
"Mas, nanti ganti mobil ya, aku ingin mobil honda jazz," celetuk Mbak Dila pada suaminya di hadapanku dan Mas Arlan. Bibirnya bicara tapi matanya melirik ke arah kami, apa maksudnya? Pamer?"Iya, Sayang, besok kita ganti mobil, apa sih yang nggak buat kamu," timpal Mas Gerry, kakak dari suamiku.Kemudian, gara-gara mendengar Mbak Dila minta mobil baru, mertuaku muncul dari kamarnya. Lalu ikut nimbrung bicara di ruang keluarga. Ya, kami sedang berkumpul bersama karena adik Mas Arlan yang bungsu akan dilamar. Kebetulan mereka juga membeli rumah di depan mertua persis."Kamu mau beli mobil baru, Gerry. Kapan itu? Uang kamu banyak ya ternyata, pasti karena Dila pandai mengatur keuangan rumah tangga. Nggak seperti Nilam, yang kerjaannya belanja online terus," sindir mertua tunggalku, namanya Desti. Aku tinggal bersamanya makanya ia tahu bahwa aku sering belanja online. Mas Arlan terdiam, tapi tangannya mencekal pergelangan tanganku. Kemudian membawa diri ini ke kamar. Sepanjang jalan mele
Read more
Julidnya Ipar
Aku terdiam sejenak sambil mengukir senyuman, betapa beruntungnya aku memiliki seorang ayah seperti papa.Tiba-tiba saja ingatanku mengulang kata-kata Mas Arlan yang bilang bahwa menurut tetangga, dirinya bukan anak kandung Mama Desti. "Emm, Pah, aku boleh minta tolong satu lagi?" tanyaku lebih dulu."Apa, Sayang?" tanya balik papa. Kemudian, kaki ini aku turunkan ke bawah dan beranjak ke ujung jendela, pembicaraan ini sangat rahasia, jadi aku takut Mas Arlan mendengar obrolan kami.Aku berdiri berada di depan jendela persis, menyandar dan berdiri dengan santai."Pah, menurut sependengaranku, Mas Arlan itu bukan anak kandung Mama Desti, bisakah Papa cari tahu tentang hal ini? Aku tuh memang merasa perbedaan antara Mas Gerry dan Mas Arlan. Mama bedain banget," ungkapku masih berada di sudut jendela tapi mata ini tetap mengawasi Mas Arlan. "Kok bisa gitu? Coba nanti Papa cari tahu melalui Om Farhan selaku bos nya Gerry," jawab papa.Mas Gerry itu kerja di perusahaan milik adiknya papa
Read more
Fitnah
Aku bangkit dan segera merampas ponsel genggam yang dipegang Mbak Dila."Ini ponselku, Mbak. Jangan lancang seperti itu dong jadi orang! Aku punya privasi!" sentakku sambil mematikan panggilan telepon dari Om Farhan. Sebab, ini bukan waktu yang tepat untuk mengangkat telepon darinya."Aku heran, kok bisa kamu punya kontak WhatsApp bos besar suamiku?" Mbak Dila sangat yakin bahwa Om Farhan yang di ponselku adalah bos dari suaminya. Aku terdiam seketika, memutar bola mata sambil berpikir alasan apa yang akan kubuat untuk mengelak. Namun, belum sempat aku menyanggah tuduhan dari Mbak Dila, ia sudah bereaksi seperti menemukan jawabannya. "Emm, Aku tahu sekarang," celetuknya sambil mengangguk. "Awas kamu Nilam, akan aku bilang pada Mama Desti, ini tak bisa dibiarkan," ancam Mbak Dila sambil menunjuk dengan jari telunjuknya. Namun, kakinya melangkah ke arah kamar sang mama mertua. Aku yang tidak tahu apa tujuannya Mbak Dila ke kamar mertua pun mengernyitkan dahi, tapi kugunakan kesempata
Read more
Satu Rahasia
"Apa itu masalah korupsi, Om? Apakah sudah terbukti catatan keuangannya?" Aku bertanya dengan sederet pertanyaan. Tangan ini juga menjalar ke perekam percakapan untuk aku simpan sebagai cadangan bukti nantinya."Licin untuk membuktikan Gerry, tapi ternyata di balik pintarnya kakak iparmu menutupi keuangan saat audit itu ada wanita di belakangnya," timpal Om Farhan membuatku terkejut, kini posisiku berdiri tegak seraya penasaran dengan apa yang beliau katakan. "Menarik sekali, Om, ada wanita lain di belakangnya, wah ini buah dari karmanya Mbak Dila dong yang menuduhku tadi," kataku dengan semangat. Jelas ini kabar baik untukku, sebab orang yang sering julid padaku ternyata kena omongannya sendiri. Barusaja aku disebut wanita murahan, ternyata suaminya sendiri ada main gila dengan wanita lain. "Ya, kami sedang berdiskusi dengan team, karena wanita yang berada di belakang ini semua sangat berpengaruh di kantor yang Om punya, saat ini sahamnya 35 persen di perusahaan ini," jawab Om Farh
Read more
Arlan Pulang
"Mana buktinya, coba tunjukkan pada kami," pinta Mama Desti. Aku menyunggingkan senyuman miring, lalu menarik alis ke atas seraya merasa menang, sebab aku sempat merekam obrolan dengan Om Farhan tadi. Namun, ketika aku ingin menunjukkan bukti rekaman suara obrolan melalui sambungan telepon tadi, suara deru motor terdengar tepat di garasi rumah. Wajah mertuaku seketika mengembang, mereka bertiga yang tadinya tegang berhamburan ke depan. Aku pun ikut penasaran siapa yang baru saja datang hingga mereka bahagia seperti itu.Aku intip dari dalam, ternyata Mas Arlan pulang, aku keheranan melihatnya, kenapa ia tidak bilang bahwa hari ini pulang lebih cepat? Papa juga nggak bilang tentang hal ini."Nah kan, akhirnya kamu pulang juga, Arlan, ini waktu tepat sekali," ucap Mama Desti. Tangannya merangkul Mas Arlan yang kulihat murung. Ternyata mamanya dan Mbak Dila telah mengadu yang membuat Mas Arlan pulang lebih cepat. "Aku belum bisa percaya kalau Nilam selingkuh," kata Mas Arlan sambil me
Read more
Sombong
Mulut ini sudah menganga, sudah siap untuk mengutarakan pada Mas Arlan mengenai siapa Om Farhan. Namun, pintu kamar diketuk oleh Mama Desti. Ketukan itu sangat keras seraya sedang menggedor-gedor maling.Mas Arlan menghela napas sambil menurunkan bahunya, lalu ia bangkit. "Sebentar, nanti kita lanjutkan," pesannya sambil melangkah untuk membuka pintunya. Aku mengawasi dari ranjang. Mas Arlan membuka pintunya dengan lebar.Mama Desti bersama Mbak Dila berdiri di depan pintu dengan mata celingukan ke dalam. Aku yakin mereka menginginkan kami bertengkar lalu cerai."Sudah ketahuan kan istrimu yang selingkuh? Tapi dia malah memutar balikkan fakta, bilang bahwa Mas Gerry yang selingkuh, ini fakta Arlan," ucap Mbak Dila terus menerus mengotori pikiran Mas Arlan. Mulutnya bicara tapi matanya terus menyelidiki aku yang ada di ranjang."Tolong kalian keluar ya, ini urusan rumah tangga kami," celetuk Mas Arlan.Aku menyunggingkan senyuman menyorot Mbak Dila, lidahku pun sengaja aku julurkan se
Read more
Arlan Tercengang
Tiba-tiba Hesti muncul, ia sudah mengeluarkan motornya, Honda Scoopy yang ia beli dari hasilnya bekerja. "Ayo, Mah, sama aku aja, biarin aja mereka pada nggak berbakti, durhaka," katanya sambil menyalakan mesin motor.Mas Arlan menghela napas berat, kemudian ia menarik pergelangan tangan sang mama."Ayo naik, aku yang anter," ajak Mas Arlan akhirnya mengalah. Hesti mendorong motornya lagi ke parkiran, sepertinya memang sengaja melakukan hal ini, memancing suamiku untuk mengantarkan Mama Desti.Mas Arlan berbisik padaku, "Sabar ya, aku nggak lama kok." Kalau ia sudah memohon, luluh sudah hati ini tak bisa melarang meskipun dalam hati ini ada rasa kesal.Mama menunggangi kuda besi roda dua, senyumnya sengaja ia tarik sambil melambaikan tangannya ke hadapanku. "Dah kamu ngepel dan nyapu aja di rumah!" pesannya saat Mas Arlan mulai menarik gas motor.Aku terdiam sejenak, terdengar melekat di telinga suara tawa Hesti saat beranjak ke dalam. Namun, aku tetap berdiri menunggu Mas Arlan yang
Read more
Rahasia
Aku tersenyum sambil mengangguk, Mas Arlan pun turun dari motornya."Ini serius, Nilam?" tanya Mas Arlan benar-benar terlihat tidak percaya."Aku serius, Mas Arlan yang paling tampan," godaku pada suami yang mulai mengedarkan pandangannya ke lantai atas, di sana sudah ada papa yang melambaikan tangannya."Itu Papa kamu kok ada di atas?" tanya Mas Arlan dengan wajah sedikit kaku."Ya iyalah Papa ada di atas, ini kan rumahnya, rumahmu juga, Mas, kan aku anak semata wayangnya," jelasku sekali lagi. Mas Arlan tampak bergidik, terlihat dari tangannya yang mengusap kasar leher belakang. Kelihatan dari tempatku berdiri, bulu kuduknya seperti merinding."Mas, emang rumahku ada hantunya ya? Kok kamu merinding? Bulumu terlihat berdiri loh itu," kataku sambil menunjuk ke arah leher juga lengannya yang memang kelihatan sekali saat bulu kuduk berdiri."Aku kaget sekaligus tegang, Nilam. Takut juga jika rumahmu sebesar ini," jawab Mas Arlan menambah rasa penasaranku."Maksud kamu gimana, Mas?" tan
Read more
Apartemen
"Secepat itu, Pah?" tanyaku padanya."Belum, malam ini baru ada jadwal ketemu dengan saudara Bu Desti asal dari Lampung." Mas Arlan kembali menautkan kedua alisnya, lalu membasahi bibirnya."Emm, maaf, Pah, apa itu Tante Dian dan Om Khalil?" tanya Mas Arlan langsung menebak. Sebab Om dan tantenya sore ini memang berencana ke Jakarta."Ya, betul, mereka ke Jakarta karena Papa yang suruh, dan bertepatan dengan pernikahan adikmu," jawab papa."Sebenarnya Om juga mau bahas soal kakak kamu, Arlan," sambung Om Farhan sambil menyentuh bahu suamiku.Mas Arlan tersenyum. "Sebenarnya bukannya saya sok suci, Om. Meskipun kami saudara, tapi rasanya tidak etis kalau saya ikut campur dalam rumah tangganya, soal perselingkuhan Mas Gerry, sejujurnya saya sudah tahu, tapi memilih diam," terang Mas Arlan membuatku terkejut. Ia tidak pernah cerita padaku tentang hal ini, sebegitu rapatnya suamiku menyimpan aib saudaranya, begitu tidak inginnya suamiku ikut campur urusan orang lain meskipun kakaknya send
Read more
Penasaran
Mbak Dila terlihat memutar matanya, respon saat aku menyebutkan tempat meeting di apartemen membuatnya sedikit menyipit."Berempat kan, Mas, meetingnya? Jadi nggak masalah mau meeting di apartemen, rumah sakit, itu sama saja yang terpenting kan tidak berdua," ungkap Mbak Dila."Iya, aku meeting berempat kok, semuanya laki-laki, nggak mungkin kan kami berempat berbuat tidak baik, kami laki-laki normal," jawab Mas Gerry.Aku tersenyum sambil berusaha santai menanggapi mereka berdua. Sebab, aku tahu mereka itu sebenarnya panik, hanya saja saling menutupi kecemasannya.Mata Mbak Dila mulai menyorotku penuh. "Kenapa kamu bisa tahu Mas Gerry meeting di apartemen, aku malah jadi curiga denganmu, Nilam. Jangan-jangan kamu ada hati pada Mas Gerry, sampai segitunya mencari tahu tempat di mana meeting," tukas Mbak Dila membuatku menggelengkan kepala.Aku menghela napas panjang sambil disertai tawa yang menutupi mulut ini. Namun, wajah Mas Arlan yang menatapku secara diam-diam telah menghentikan
Read more
DMCA.com Protection Status