Share

Turnamen tongkrongan

Ansel, Adit, dan Dalfon sekarang sedang berada di tongkrongan mereka. Suasana di tempat berkumpul mereka tadinya sangatlah ramai, karena memang di warung itu mereka sedang mengadakan turnamen game online.

Turnamen tersebut diadakan oleh mereka sendiri. Jadi tidak ada hadiah atau pun gelar juara di turnamen tersebut, karena memang sejak awal turnamen tersebut dibuat hanya untuk kesenangan semata.

Dan tentu saja orang yang pertama kali mencetuskan ide tentang turnamen tersebut adalah Dalfon. Karena memang semua orang yang ada di warung tersebut sedang tidak ada kegiatan, makanya ide Dalfon tersebut bisa berjalan lancar.

Satu tim terdiri dari empat orang. Dan karena sekarang di warung tersebut ada dua puluh, maka tim yang bermain dalam turnamen tersebut hanyalah lima tim.

Walau cuma sedikit. Tetapi mereka sangat-sangat merasa senang. Mereka semua menganggap bahwa turnamen tersebut adalah turnamen yang besar. Dan kalau menang mereka akan mendapatkan hadiah yang sangat besar. Walau mereka tau bahwa anggapan mereka itu cuma kiasan semata, hanya untuk membuat semangat mereka membara.

Turnamen tersebut sudah berlangsung selama satu jam lebih. Dan sekarang adalah saat-saat penentuannya. Cuma tinggal dia tim yang masih bertahan sampai menit-menit terakhir. Dan kedua tim tersebut sudah tidak memiliki anggota yang lengkap. Yang artinya sudah ada anggota dari tim tersebut gugur dalam turnamen.

Dan semua langsung menggebrak meja bersama-sama, saat Ansel berhasil menyelesaikan game terakhir dengan sangat baik. Membuat timnya yang terdiri dari dirinya, Adit, Dalfon, dan Shila memenangkan turnamen tersebut.

Tentu saja pujian tidak cuma tertuju pada tim Ansel saja. Pujian didapatkan oleh semua orang. Karena memang semua orang sudah berjuang sangat keras untuk memenangkan turnamen tersebut. Jadi mereka semua pantas untuk mendapatkan pujian tersebut.

Setelah mereka sudah puas berteriak, satu per satu dari mereka mulai memesan minuman dan makanan, untuk mengisi perut mereka yang sudah mulai keroncongan.

Sedangkan Ansel, Adit, dan Dalfon masih duduk diam di tempat mereka masing-masing. Ansel sedang sibuk mengagumi cara bertandingnya tadi. Adit sedang sibuk membalas pesan dari ibunya. Sedangkan Dalfon sedang sibuk melamun.

Tanpa aba-aba sedikit pun, pada detik yang sama, mereka menoleh ke arah sebuah mobil hitam yang terparkir di seberang jalan.

Mereka merasa ada yang aneh dengan mobil hitam tersebut. Pasalnya mobil tersebut terparkir di sana sudah sangat lama. Dan sama sekali tidak ada tanda-tanda bahwa mobil tersebut akan pergi dari sana. Membuat mereka curiga bahwa pemilik mobil tersebut sedang mengawasi mereka.

Tetapi Ansel dan Adit masih mencoba untuk berpikir positif. Karena memang menurut mereka wajar saja kalau ada seseorang yang memarkirkan mobilnya di seberang jalan saja. Berbeda dengan kedua sahabatnya, Dalfon langsung bisa tau pemilik mobil tersebut tanpa harus melihat melihatnya secara langsung.

"Apa perlu kita jemput?" tanya Adit sambil menyimpan ponselnya ke dalam kantong jaket.

"Tidak perlu. Palingan cuma orang parkir," jawab Ansel.

"Aku mau bicara jujur. Tapi kalian jangan kaget. Entah apa yang aku pikirkan saat itu, aku masuk ke dalam perusahaaan milik salah satu dari Lima Keluarga Besar. Dan kayaknya aku secara tidak sengaja menyinggung perasaan pemimpinnya, deh," cetus Dalfon membuat suasana di warung itu langsung hening.

Lima Keluarga Besar. Tidak ada yang tidak tau akan kelima keluarga tersebut. Kelima keluarga tersebut adalah keluarga yang sangat terkenal dan memiliki hubungan erat dengan pemerintahan. Bisa dibilang kelima keluarga itu memiliki bidang mereka masing-masing.

Keluarga pertama adalah keluarga Mayumi. Keluarga Mayumi sangat terkenal dalam bidang teknologinya. Bisa dibilang semua teknologi yang sedang digunakan oleh para manusia, hampir seratus persen adalah buatan dari perusahaan Mayumi.

Keluarga kedua adalah keluarga Aurora. Keluarga Aurora sangat terkenal karena bisa dengan mudah mendapatkan informasi yang bahkan sudah disembunyikan rapat-rapat oleh para pemerintah negara. Dan bisa dibilang, dengan kelebihannya tersebut, mereka membuka pasar gelap yang isinya adalah jual beli informasi-informasi penting.

Keluarga ketiga adalah keluarga Gracia. Keluarga yang bisa dengan mudah mengendalikan kekuatan militer. Tetapi entah kenapa eksistensi keluarga Gracia semakin tahun, semakin menurun. Bahkan ada rumor yang menyebar bahwa keluarga Gracia sekarang sudah bubar karena ada perang dingin antar lima keluarga. Rumor tersebut semakin kuat saat ada beberapa orang yang mengatakan bahwa sang pemimpin keluarga Gracia sekarang membuka sebuah cabang restoran dan sebuah perusahaan. Dan tidak lama muncul lagi sebuah rumor yang mengatakan bahwa keluarga Gracia telah kehilangan kekuatan militer mereka. Tetapi sampai sekarang, semua rumor tersebut belum terbukti benar. Karena memang sang pemimpin belum mengatakannya secara langsung pada umum.

Dan masih ada kedua keluarga lainnya. Yang tentu saja mereka memiliki keunggulan dalam bidang mereka masing-masing. Dan tentu saja sangat disegani oleh semua orang.

Yang pasti, kelima keluarga tersebut adalah keluarga yang sangat disegani dan sama sekali tidak ada masyarakat umum yang mau berurusan dengan mereka. Tetapi dengan bodohnya, salah satu sahabat mereka dengan sengaja datang ke tempat salah satu keluarga tersebut dan mencari masalah. Membuat mereka semua bingung harus mengucapkan apa, supaya sahabat mereka tersebut bisa sadar bahwa ia telah melakukan hal bodoh dan hal bodoh tersebut bisa membawanya ke sebuah kematian.

"Kamu gila, Nyet? Kenapa kamu harus cari masalah sama mereka, sih?! Kamu tau sendiri kalau mereka tuh keluarga besar?! Dan punya koneksi sama pemerintah! Tapi kenapa kamu dengan bodohnya malah menyeret diri kamu sendiri ke dalam masalah besar?!" cetus Adit dengan nada tinggi.

"Aku cuma mengembalikan sesuatu pada tempatnya. Jadi kalau memang mereka cari masalah, aku tidak ada alasan untuk kabur. Aku bakalan hadapin mereka sekuat tenaga," balas Dalfon dengan santainya.

"Kamu mengerti tidak, sih? Orang yang sekarang kamu lawan tuh salah satu dari Lima Keluarga Besar! Dan kamu tidak punya sedikit pun kemungkinan untuk menang," ucap Ansel.

Dalfon tersenyum kecil mendengar ucapan Ansel barusan. Memang benar kalau dirinya sama sekali tidak mempunyai peluang untuk menang. Dan bahkan mungkin saja, ia akan tewas sebelum ia siap untuk melawan mereka. Tetapi Dalfon tetaplah Dalfon, seorang laki-laki yang tidak akan segan-segan menghabisi semua orang yang mengganggu kehidupan adiknya. Karena memang sekarang lawannya belum mengganggu ketenangan hidup adiknya, maka sekarang ia tidak punya alasan untuk menyerang. Tetapi saat lawannya tersebut sudah melebihi garis batasnya, maka ia tidak akan segan-segan langsung menghampiri lawannya lalu bertarung sampai darah titik penghabisan.

"Aku akan baik-baik aaja. Tapi kalau memang aku kenapa-kenapa, tolong jaga Jingga buatku," pinta Dalfon sambil menggunakan hoodienya.

"Mau ke mana kamu?" tanya Ansel sambil menatap Dalfon.

"Mau ke pasar, lah. Emangnya mau ke mana lagi coba?" jawab Dalfon sambil mengambil kunci motornya yang ada di atas meja.

"Kamu mau pergi sendiri setelah tau kamu sedang diawasi?" tanya Adit.

"Mereka tidak akan berani sentuh aku. Santai aja," jawab Dalfon.

"Woi, Nyet. Aku pergi dulu, ya. Besok kita lanjutkan turnamennya," teriak Dalfon kepada semua orang yang ada di warung.

Setelah mengucapkan hal tersebut, Dalfon langsung pergi meninggalkan tongkrongan menggunakan motornya. Sedangkan Adit dan Ansel masih tetap berada di kursi mereka. Menatap kepergian Dalfon. Dan sesekali memandang mobil hitam yang sepertinya sudah mulai bergerak.

"Apa dia akan baik-baik saja?" tanya Adit sambil mengalihkan pandangannya ke arah Ansel.

"Dia Dalfon, lho. Mana mungkin ada orang yang bisa bikin dia kapok. Mau musuhnya Lima Keluarga Besar atau bukan, dia akan tetap maju kalau itu demi adiknya. Jadi tenang saja," jawab Ansel lalu tersenyum.

Ansel berbohong. Ia sama sekali tidak berpikir seperti itu. Karena memang lawan Dalfon sekarang bukanlah orang biasa. Melainkan orang-orang yang mempunyai kekuasaan. Jadi kali ini, Dalfon benar-benar dalam bahaya.

Ia sengaja berbohong, supaya Adit tidak mengkhawatirkan kondisi Dalfon. Baginya sekarang yang terpenting adalah membuat semua orang percaya bahwa memang Dalfon sanggup melawan Lima Keluarga Besar. Dengan begitu, kondisi tongkrongan mereka akan tetap seperti awal, santai dan tanpa gangguan sama sekali.

Soal Dalfon yang akan melawan Lima Keluarga Besar, Ansel siap membantu Dalfon kapan saja. Dalfon adalah sahabat berharganya. Jadi ia tidak akan membiarkan satu orang pun berhasil melukai sahabatnya. Walau ia tau, kalau kemungkinannya bisa melindungi Dalfon sangatlah kecil, ia akan tetap melakukannya.

"Besok hari pertunangan kamu, 'kan? Aku sama Dalfon akan datang bawa hadiah yang sangat istimewa," cetus Ansel untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"Besok cuma tunangan saja. Harusnya kalian tidak perlu bawa hadiah," jawab Adit.

"Tapi kami berdua sudah menyiapkannya. Jadi terima aja. Lagian mana mungkin Dalfon mau datang tanpa bawa hadiah."

"Itu yang aku khawatirkan. Dalfon sudah tidak punya uang. Kalau dia beli hadiah buatku, bagaimana kehidupannya? Bagaimana kalau tiba-tiba dia butuh sesuatu?"

"Kamu tidak perlu khawatir tentang Dalfon. Dia akan baik-baik saja, karena memang sejak awal dia sudah terlatih untuk berjuang sendiri. Aku yakin kalau Dalfon bisa cari uang lagi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan adiknya."

"Semoga aja."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status