Kembalinya Sang Pewaris

Kembalinya Sang Pewaris

Oleh:  Zila Aicha  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
25 Peringkat
168Bab
50.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Glenn Brawijaya selalu hidup seenaknya. Ia terlalu mengandalkan kekayaan yang dimiliki orangtuanya dan tak mau bersusah payah dalam hal apapun karena ia selalu percaya jika kekayaan orangtuanya akan jatuh ke tangan dirinya. Namun, apa yang terjadi jika ia dihantam oleh sesuatu yang tak pernah ia duga? Kekayaan keluarga besarnya malah jatuh ke tangan pamannya setelah kedua orangtuanya mengalami kecelakaan yang menewaskan keduanya. Ia bahkan harus terusir dari rumah mewahnya. Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya? Akankah Glenn merebut kembali apa yang menjadi haknya? Ataukah hanya diam dan menerima nasib?

Lihat lebih banyak
Kembalinya Sang Pewaris Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Zila Aicha
Halo, Good Readers. Zila ada novel baru lagi nih. "CEO Tampan Itu Ayah Putraku", coba baca yuk! Love from Zila ^.^
2023-11-09 05:31:28
3
user avatar
denis Ars
mana upnya thor? dah beli koin nih
2023-03-26 19:27:14
2
user avatar
Mario Des
suka karakter nggak lemah begini. meski di bawah, bisa lawan.
2023-03-24 06:22:12
2
user avatar
Cenderawasih Deg
Cerita novelnya bagus, saya menyukainya.
2023-03-22 22:55:23
2
user avatar
Femilia
ngikutin dari novel miliarder yg trsembunyi, anak miliarder, terus yg ini. penasaran sama penulisnya. ini laki apa prempuan? kalau cew kok kejam banget. peace thor
2023-03-19 09:11:25
3
user avatar
santyagr
next thor. suka
2023-03-19 09:08:36
1
user avatar
vera_ana
lanjut dong.
2023-03-19 09:06:32
1
user avatar
Aliya
ketinggalan dong
2023-03-19 09:05:29
0
user avatar
rey-21
mulai baca
2023-03-19 09:03:47
0
user avatar
deric
good. next. jangan lama
2023-03-19 09:00:57
0
user avatar
Maria Visea
covernya ini kaya kenal. Yibo kah?
2023-03-19 08:59:35
0
user avatar
Anggita_23
keren. sellau suka dari sejak miliarder yang tersembunyi
2023-03-19 08:57:25
0
user avatar
Qiaa Gracia
Bagus. suka
2023-03-19 08:54:59
0
user avatar
Dorothy Wats1
Nice. Ditunggu upnya
2023-03-19 08:53:56
0
user avatar
greselda_r5
telat tahu cerita barunya, thor. bagi ig dong
2023-03-19 08:51:42
0
  • 1
  • 2
168 Bab
Chapter 1: Bangun dari Mimpimu!
“Buatkan aku kopi!" Glenn memerintah. Fero terbelalak, "Sekarang, Tuan?" Glenn menatap jengkel, "Kenapa? Kau tidak mau membuatkannya?" Fero menggeleng cepat, "Tapi ini pukul dua belas malam, Tuan Muda. Kalau Anda minum kopi sekarang, besok Anda akan bangun terlambat. Anda akan-" "Cerewet. Buatkan saja!" potong Glenn kesal. Fero melirik cemas ke arah jam dinding tapi ia akhirnya memilih melakukan perintah sang tuan. Ia pun hanya membutuhkan beberapa menit saja menyajikan kopi itu. Glenn lalu menikmati kopinya sambil berdiri di depan jendelanya dan baru pergi tidur di pukul empat pagi. Beberapa jam setelahnya, Fero sudah hampir menyerah saat ia tak berhasil juga membangunkan Glenn. Namun, di usahanya yang kedua puluh sembilan, itu membuahkan hasil. Glenn bangun pukul sepuluh. "Fer, siapkan pakaianku!" titah Glenn. Sementara itu, di Brawijaya Corporation yang merupakan perusahaan telekomunikasi nomor satu di Indonesia, terlihat Andi Brawijaya sedang duduk mematung di kursinya. "
Baca selengkapnya
Chapter 2: Pengoleksi Mobil Mewah
Glenn menertawakan kepercayaan diri yang begitu tinggi itu dan masuk ke dalam lift dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celananya. "Apa yang kau tertawakan?" ujar Narendra marah. Glenn menghentikan tawanya sejenak dan berkata dengan santai sebelum lift itu tertutup, "Kau terlalu banyak mengkhayal, Narendra.” "Me-ngkhayal?" Glenn tersenyum meremehkan. “Ya. Ingat, kau itu hanya keponakan ayahku. Tidak akan mungkin ayahku mewariskan perusahaan ini kepadamu,” ucap Glenn datar. Begitu pintu lift tertutup, Narendra mengamuk. Ia menendang tempat sampah besar. Tak dia pedulikan para karyawan yang melihat ke arah dirinya dengan tatapan penuh tanya. "Awas saja kau, Glenn. Awas saja!" ujar pria itu. Sementara itu, Glenn yang baru saja tiba di unit apartemen Gardenia Hills miliknya itu terkejut luar biasa saat melihat Fero, asisten perbadinya itu berdiri di depan pintu apartemen dengan beberapa koper besar di dekatnya. "Apa yang kau lakukan di depan sini? Kenapa koper-koperk
Baca selengkapnya
Chapter 3: Kabar Mengejutkan
"Glenn, kita sudah pernah membicarakan hal ini berulang lagi." Amelia menatap putranya dengan sedih. "Kalau begitu, jangan coba atur-atur aku lagi! Ibu tidak berhak," ujar Glenn datar. Amelia menghela napas panjang, "Ibu tahu kau sangat membenci Ibu tapi setidaknya-" "Bagus kalau Ibu tahu," potong Glenn seenaknya. "GLENN!" Sebuah teriakan keras tiba-tiba terdengar di sana. Glenn hanya menoleh tanpa minat. "Wah, Ayah pulang cepat!” seru Glenn. "Sungguh suatu kejutan!" lanjutnya. Andi berjalan mendekat diikuti Edgar di belakangnya, "Mau sampai kapan kau bersikap kurang ajar seperti ini?" "Kurang ajar bagaimana? Ah, aku tahu. Ayah marah karena aku memakai uang 12 miliar itu. Begitu?" "Tidak. Bukan soal jumlahnya, Glenn." "Lantas?" tanya Glenn sambil menaikkan sebelah alisnya. "Kau sudah membuang-buang uang untuk hal yang tidak berguna," jawab Andi. Glenn tersenyum, "Itu sangat berguna, Ayah. Bukankah Ayah dan Ibu bekerja keras selama ini untuk hal ini?" Andi dan Amelia terdi
Baca selengkapnya
Chapter 4: Cepat Hajar Dia!
"Jet itu tiba-tiba mengalami gangguan dan jatuh tak jauh dari bandara, Tuan Muda. Sekarang ini, evakuasi sedang dilakukan," ucap Edgar pelan. Glenn tertawa. "Kau pikir aku akan percaya atas apa yang baru saja kau katakan?" Edgar tertunduk dalam. Glenn berkali-kali menggumamkan dia tidak percaya tapi saat ia menyaksikan berita yang disiarkan secara langsung tersebut, ia tak bisa lagi mengelak dari kenyataan. Jelas sekali disebutkan di berita tersebut jika jet pribadi yang membawa kedua orangtuanya dan beberapa kru pesawat itu telah ditemukan dan jenazah pun telah berhasil dievakuasi. "Tuan Muda," panggil Edgar. Glenn kesulitan berkata-kata. Tetapi ia tetap menyeret dirinya ke lokasi itu dan menyaksikan jenazah kedua orangtuanya dengan matanya sendiri. "Siapkan pemakaman!" perintahnya pada bawahan ayahnya tersebut. Glenn tampak terdiam sepanjang pemakaman itu digelar. Ia tak membalas ungkapan duka cita dari semua orang yang datang ke pemakaman itu. Fero, asisten pribadinya terseb
Baca selengkapnya
Chapter 5: Kau Salah Orang!
Satria menambahkan, “Glenn sudah bukan tuan muda kalian lagi. Sekarang patuhi perintahku atau kalian aku pecat.” Glenn mengamati mereka dan berikutnya belum sempat ia memahami semuanya, ia telah dihajar oleh anak buah ayahnya dan kemudian dilempar ke luar rumah. “Maafkan kami, Tuan Muda Glenn. Maafkan kami.” “Semoga Tuan Muda hidup dengan baik di luar.” Glenn terbatuk darah malam itu dalam keadaan terbaring di tengah jalanan ditemani hujan deras yang mengguyur. Pria itu tak dapat bergerak lantaran rasa sakit yang begitu amat menyakitkan menyerang tubuhnya. Di tengah-tengah semuanya itu, seseorang mendekat ke arahnya dengan membawa payung serta sebuah tas ransel. Ia mengangkat Glenn ke arah pinggir dan membantunya untuk duduk. Pria muda itu memberinya sebotol air mineral dan membantunya untuk minum. Glenn yang membutuhkan tenaga itu dengan rakus meminumnya sampai ia tersedak. “Maaf, Tuan Muda.” "Fer!" panggil Glenn lemah. Laki-laki muda itu lalu memberikan sebuah ransel hitam b
Baca selengkapnya
Chapter 6: Siapa Kau?
"Aku bisa membantumu merebut kembali semua hakmu," ujar pria itu. Mendengar perkataan pria yang menatapnya dengan sorot penuh ketenangan itu, Glenn sontak tertawa nyaring. Ia bahkan nyaris terjatuh dari bangku saat tertawa. "Apa yang kau tertawakan?" tanya pria muda itu keheranan. Glenn bangkit dari tempat duduknya dan menatap pria itu dengan meneliti, ia lalu menjawab santai, "Tentu saja kau." "Kenapa? Apa yang salah denganku?" Glenn menggelengkan kepalanya lalu berjalan melewatinya tanpa berkata sepatah katapun lagi. Pria itu terhenyak. "Glenn!" Glenn tak berhenti dan terus berjalan tanpa berniat sedikit pun untuk menyahut. "Glenn!" panggilnya lagi. Ia menyusul Glenn dan berjalan di samping Glenn. "Setidaknya dengarkan aku dulu," ucap pria itu. Glenn tak menggubris dan tetap berjalan, menganggap orang itu sebagai angin lalu. "GLENN BRAWIJAYA!" teriak pria itu. Jengkel, Glenn menghela napas panjang. "Pergilah!" "Tidak. Kau harus mendengarkan aku dulu," ucapnya, masih beru
Baca selengkapnya
Chapter 7: Dasar Gelandangan!
"Aku? Apakah setelah aku mengatakan siapa diriku, kau mau merebut kembali hakmu?" tanya pria muda itu. Glenn berkata, "Sudah, lupakan saja omong kosongmu itu. Aku juga tak ingin tahu siapa dirimu." Glenn hampir saja kembali berjalan, tapi pria muda itu mencegahnya lagi dengan berdiri tepat di depannya. "Minggirlah!" geram Glenn. "Alexander Barata." Glenn terdiam sejenak, "Terus?" "Aku salah satu orang yang pernah dibantu ayahmu. Saat ini aku menjalankan bisnisku sendiri dan kebetulan cukup maju. Semuanya berkat ayahmu, Paman Andi yang selalu membantuku sekaligus menjadi mentorku," jelas pria bernama Alexander itu. Glenn manggut-manggut, "Aku tak pernah mendengar namamu. Tapi hm, itu tidak penting. Ya sudah, Barata. Aku pergi." "Tidak. Kau tidak bisa pergi begitu saja." Glenn bersedekap, menatap Alex dengan menyipitkan matanya. "Kenapa kau begitu bersikeras, Barata?" Alexander menjawab, "Aku ... harus melakukannya." Glenn mencibir, "Ah. Aku tahu sekarang. Kau berniat membalas
Baca selengkapnya
Chapter 8: Kemarahan yang Menggelegak
"Aku sudah membayarnya, bukankah kau tidak berhak mengomel lagi?" ujar Glenn dingin, tatapannya terlihat menakutkan. Sang pemilik warung itu hanya terdiam, merasa kalah lantaran uang yang diberikan oleh Glenn kepadanya jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang seharusnya. Glenn tersenyum sinis melihat orang itu lalu melangkahkan kakinya menjauh dari warung yang sedang penuh pelanggan itu. Akan tetapi, ketika ia baru saja sampai di depan warung, ia meringis kaget saat kepalanya dihantam oleh sesuatu. Ia memegang bagian belakang kepalanya yang ternyata terkena pecahan telur mentah. Semua orang sontak menertawakannya. Sebagian dari mereka bahkan bersorak seolah kejadian yang baru saja terjadi itu merupakan sebuah pertunjukan yang sangat bagus. "Sana pergi, gelandangan!" teriak istri dari pemilik warung itu. "Dasar miskin!" ejek wanita yang tadi sempat berdebat dengannya. Glenn tidak tahu siapa yang telah melemparkan telur itu kepadanya, sehingga ia tidak bisa membuat perhitungan.
Baca selengkapnya
Chapter 9: Jangan Ikut Campur!
Seseorang dengan pakaian trendi dan terlihat begitu berkelas menghampiri Glenn yang masih sedang berdiri sana. "Kenapa kau malah pergi?" tanya Narendra. Glenn yang memunggunginya tak menjawab dan malah mulai melangkah menjauh. Akan tetapi Narendra tidak membiarkannya lepas begitu saja. Ia kembali memanggil, "Glenn! Apa itu kau?" Glenn seketika berhenti melangkah. Napasnya mulai memburu. Mendengar suara sialan itu memanggil namanya rasanya ia ingin menghajarnya. Tapi tentu ia tidak bisa melakukannya sekarang. Ia tidak akan pernah bisa menyentuh sepupu brengseknya itu. Narendra tersenyum miring, "Benar kan? Kau Glenn, sepupuku. Kau-" "Astaga, apa kau itu buta, Rendra? Pengemis ini kau bilang Glenn?" ujar Zayn, teman Glenn di masa dulu yang kini menjadi teman Narendra. Glenn dengan mudah mengenali suara mantan sahabat dekatnya itu. Dia tidak mungkin salah. Itu memang Zayn, sahabat dekatnya yang ia datangi pertama kali saat malam ia diusir kala itu. Namun, kala itu Zayn justru men
Baca selengkapnya
Chapter 10: Tuan Muda yang Terusir
Usai mengatakan hal itu, Glenn segera pergi dari tempat itu, meninggalkan Dewa yang masih terbatuk-batuk akibat ia cekik. Glenn memang tidak mencengkeram lehernya dengan begitu kuat tapi tetap saja tenggorakannya luar biasa sakit. Ia kesulitan bernapas. "Dasar orang aneh!" ujar Dewa heran. "Ke mana dia pergi?" lanjutnya usai melihat Glenn sudah tak terlihat lagi. Dewa mengambil napas dalam-dalam dengan begitu rakus sebelum kembali berguman tidak jelas, "Apa yang sebenarnya terjadi dengannya? Apa benar dia memang memiliki hubungan ada dengan orang-orang sialan itu?" Glenn sendiri berjalan tanpa arah tujuan yang jelas selama belasan menit sampai ia memilih berhenti di sebuah taman kota. Taman itu tak terlalu ramai dan kebetulan terdapat banyak tempat duduk di sana. Ia pun memilih salah satu bangku panjang dan duduk di bangku itu dengan tatapan kosong. "Sudahlah, Glenn. Memang apa yang sekarang bisa kau lakukan? Tidak ada. Kau ini hanya seorang gelandangan yang tidak punya apa-apa,
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status