Share

Bab 2

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2025-10-31 06:33:43

Katya berlari seperti orang gila. Dia bahkan tak peduli berapa orang  yang dia tabrak sepanjang lorong ini. 

Informasi yang dia dapat berhasil membuat tubuh dan jiwanya yang lelah bisa berlari sekuat tenaga untuk mencapai tempat itu, bahkan kalau bisa dia ingin langsung saya menghilang dan muncul di sana, sayang dia hanya manusia biasa bukan jin atau orang sakti yang bisa melakukannya. 

“Mbak bagaiamana–“ 

Plakkk!!!

Tamparan itu sangat keras. Tubuhnya terhuyung hingga jatuh menabrak tong sampah. Bunyi kontangan menarik lebih banyak orang untuk memperhatikan. 

Namun tak ada yang tergerak membantunya bangun. Tak ada yang ingin menjelaskan. 

“Mbak, apa–“

Plakkk!!!

Lagi-lagi ucapannya tak selesai, sebuah tamparan kembali menyapanya, kali ini dia bisa merasakan cairan asin mulai merembes dari celah bibirnya. 

Jangan ditanya bagaimana sakitnya, tapi rasa malu lebih mendominasi saat ini, apalagi beberapa orang menyeletuk. “Itukan perempuan yang menggoda dosennya.” 

“Benar! Aku masih ingat wajahnya! Pantas saja dipukuli!” 

“Murahan!” 

Katya memejamkan matanya, berusaha tegar diantara semua cemoohan yang dia terima. Perlahan dia bangun dan menatap kakaknya. 

Kakak yang bahkan tak pernah peduli padanya dan sang ibu, haruskah sekarang dia senang saat tiba-tiba sang kakak menghubunginya mengatakan sang ibu kritis. 

“Ini salahmu! Ibu kritis karena kamu!!! Kalau sampai ibu kenapa-napa.... aku... aku akan menghancurkanmu!” 

“A–apa maksud, Mbak. Ibu kenapa bisa kritis bukankah dokter bilang–“

Plakkk!!!

Untuk ketiga kalinya tamparan menyapa pipinya. “Itu pantas untukmu. Anak durhaka!” 

Kalimat terakhir sang kakak membuatnya sadar apa yang terjadi. “I–ibu tahu video itu?!” 

Sang kakak hanya mendecih sinis tapi itu cukup untuk Katya. Ibunya sudah tahu tentang apa yang tengah menimpanya. 

Ibunya pasti sangat kecewa padanya, anak yang sangat dia banggakan malah menjadi seperti ini, menjebak dosennya sendiri untuk tidur denganya. Kata murahan dan jalang bahkan masih cukup baik untuknya. 

Katya mengubur wajahnya dalam telapak tangannya, dia bahkan tak peduli kalau saat ini dia duduk di lantai dekat tempat sampah yang berhamburan keluar dan... bau. 

Kakaknya masih berdiri di depannya dengan pandangan penuh cemoohan, sementara di ruang rawat ibunya terlihat beberapa dokter masih berusaha keras mempertahankan kehidupan ibunya. 

Pintu ruangan perlahan terbuka, Katya langsung bangkit, dia bahkan tak peduli dengan keadaan dirinya. 

“Maaf, Katya ibumu tak bisa kami selamatkan,” kata sang dokter. 

Tubuh Katya ambruk, seolah tulangnya dilolosi dari tubuhnya. 

Manusia memang akan mati, tapi tidak seharusnya dengan membawa kekecewaan. Dan itu karena dirinya. 

“Puas kamu telah membunuh ibu.” Kalimat itu diucapkan sang kakak dengan penuh kebencian, tapi Katya tak peduli, dia bahkan tak punya tenaga untuk tersinggung dengan ucapan kakaknya. 

Yang dia tahu dia harus menemui ibunya....

“Mau kemana kamu?! Jangan dekati ibu dengan tubuh kotormu!!!”

Sekali lagi tubuhnya yang lemah tersungkur. Kakaknya bahkan tak memberinya kesempatan sama sekali untuk mendekat, menyaksikan wajah ibu mereka untuk terakhir kalinya. 

Lucu memang. Kakaknya yang selama ini tak peduli dengan ibu mereka kini seperti pahlawan yang menjadi tameng sang ibu dari... dirinya. 

Selama ini Katya bisa dibilang hidup berdua dengan ibunya saja, sejak kakaknya lulus kuliah sepuluh tahun yang lalu dan menikah.jangankan datang dan menjenguk ibunya, bertanya kabar lewat teleponpun tak pernah. 

Jika Katya atau ibunya nekad menelpon, sang kakak hanya menjawab malas dan beralasan sibuk. 

“Katanya dia tidur dengan dosennya supaya dapat nilai bagus.” 

“Ih! Amit-amit ya, pantas ibunya shock dan langsung meninggal.” 

“Dia benar-benar terlihat jalang di video itu.” 

Katya berusaha keras menulikan pendengarannya. Dia yang sejak tadi seolah menjadi orang asing di rumahnya sendiri, kakaknya telah mengurus semua. Bahkan dirinya tak diperkenankan untuk mendekati makam ibunya sendiri. 

Sakit! tentu saja, tapi dia bisa apa jika  semua orang menatapnya seolah dia adalah virus yang pantas dijauhi. 

Bahkan pembacaan tahlil hari ini pun Katya lebih memilih duduk di pojokan, dia benar-benar sendiri sekarang.... tanpa orang tua dan teman, satu-satunya saudara yang dia punya terlihat sangat benci padanya, dan tidak selalu memberikan pandangan membunuh saat dia berusaha mendekat. 

Katya tahu dia salah. Mungkin ini karma untuknya yang telah menghancurkan orang sebaik Prof. Erland. 

“Sebaiknya kamu masuk, semua orang jadi tak fokus mendoakan ibumu.” 

Katya menondongak saat bu RT tiba-tiba mendekatinya dan berbisik lirih. Ucapannya memang cukup lembut tapi mampu mengoyak hatinya. 

“Saya ingin mendoakan ibu,” katanya dengan memelas, tapi wanita paruh baya itu menggeleng dengan tegas. 

“Kamu bisa mendoakan ibumu di kamar, masuklah.” 

Tak punya pilihan Katya perlahan bangkit dengan diiringi tatapan sinis beberapa orang. 

Sampai di kamar, Air mata tak berhenti mengalir dari pipinya, penyesalan dan ketidak berdayaan bercampur menjadi satu. 

Kerusakan yang dia timbulkan terlalu parah hingga dia sama sekali tak  tahu caranya untuk memperbaikinya. 

Lelah menangis, Katya perlahan bangkit dia bermaksud mengambil album foto miliknya. Biasanya wajah teduh sang ibu selalu berhasil membuatnya lebih tenang.

***

Pagi harinya Katya keluar dari kamarnya dengan wajah sembab dan kepala pusing. Matahari sudah agak tinggi menyorot langsung ke dalam kamarnya. 

Terdengar suara-suara di luar kamarnya,  mungkin saja kakaknya sudah datang atau memang menginap di sini semalam dan pagi ini sudah mempersiapkan hidangan tahlilan ibu. 

Ingin sekali dia tetap mendekam dalam kamar, tapi dia tahu ibu pasti akan marah jika dia terlalu larut dalam kesedihan. 

Ketukan yang lebih mirip gedoran di kamarnya membuatnya buru-buru bangkit dan kakaknya dengan wajah sangar sudah berdiri di depan pintu. 

“Berasa jadi tuan putri ya, bangun jam segini. Buatkan minuman untuk tamumu.” 

“Tamu?” 

Sang kakak tak menggubris perkataan Katya dia langsung balik badan dan kembali ke ruang tamu. Katya terserang panik. Dia masih trauma bertemu orang lain. Apa mereka datang untuk menghinanya lagi?

Katya ingin pergi saja dan tak perlu menemui mereka, tapi itu akan menimbulkan masalah lain nantinya. 

Secepat kilat dia berganti pakaian tanpa peduli wajahnya yang sembab dan kucel. 

Saat membuka pintu ruang tamu, dia hanya bisa menunduk dalam. Dia bahkan tak diizinkan untuk berduka dengan meninggalnya sang ibu. 

Teman-temannya datang berkunjung, ada juga adik tingkat yang biasanya dalam bimbingannya. 

“Ini dia Katya. Maaf ya harus menunggu lama, dia memang selalu bangun siang.” 

“Iya nggak apa-apa, mbak. Kalau malam pasti Katya sangat sibuk.” 

Ucapan penuh sindiran itu diterima Katya dengan hati perih. Seharusnya mereka tak perlu datang ke rumah yang sedang berduka jika hanya untuk menghakiminya, apa tidak cukup dia harus menerima hinaan di kampus tadi. 

Dia memang bersalah. Tapi mereka tak  berhak mengadilinya seolah dia sampah tak berguna. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesalahan Semalam dengan Dosen Tampanku   Bab 5

    Katya menyadari satu hal. Selama dia menjadi asisten Prof. Erland dia bahkan tak tahu rumahnya. Laki-laki itu terlalu misterius jika menyangkut urusan pribadinya. Prof Erland lebih suka bertemu dengan dengannya di kampus atau cafe. Jalan satu-satunya adalah menghubungi ponselnya dan meminta bertemu. "Apa beliau sudah tidur?" Gumam Katya saat panggilannya tak juga diangkat, jam di layar ponselnya masih menunjukkan pukul sepuluh malam, dan biasanya jam segini Prof. Erland masih berbalas pesan dengannya. Atau beliau tak sudi lagi berhubungan apapun dengannya. Pemikiran itu sangat mengerikan untuk Katya. Bukan salah prof. Erland memang kalau memutuskan seperti itu. Ini memang salahnya. Dan dia akan membawanya sampai kapanpun juga. Wanita itu mendongak menatap langit, dia tak tahu lagi apa yang harus dia lakukan. Hidupnya sudah hancur tak bersisa. Untuk mengakhiri hidup seperti yang dia lakukan tadi pun dia sama sekali tak punya keberanian lagi. "Pak bisakah kita bertemu sebentar

  • Kesalahan Semalam dengan Dosen Tampanku   Bab 4

    Perlahan Katya turun dari atas jembatan. Niatnya pupus sudah. Dia tak sanggup menjalani hidup ini tapi untuk mati dia juga tak berani.Keadilan memang sulit dia dapatkan. Pada intinya memang dia yang bodoh mau saja melakukan hal itu. Katya tak pernah punya keinginan untuk membalas dendam. Akan tetapi hatinya begitu sakit saat tahu dia harus menanggung semua akibat kesalahannya seorang diri, sedangkan sutradara dalam drama ini melenggang bebas dan mendapatkan apa yang dia inginkan. Prof. Ben tak berhak mendapatkan proyek itu dan mungkin saja semua proyek yang dia dapatkan dengan cara licik. Dia memang lemah dan tak berdaya tapi semutpun bisa mengalahkan gajah jika dia mau. Dengan semangat itu, Katya kembali menjalankan motornya kali ini dia akan pulang kembali ke rumahnya. Malam belum terlalu tua, jika perkiraannya benar jam delapan malam dia sudah akan sampai ke tempat yang dia tuju. Semoga saja kakaknya sudah pulang kembali ke rumahnya, jadi dia tak perlu ber

  • Kesalahan Semalam dengan Dosen Tampanku   Bab 3

    "Dari mana saja kamu?! Jangan bawa sifat jalangmu ke rumah ini!!" Katya menghabiskan waktunya dengan berkutat di dapur untuk mempersiapkan semua hidangan dalam do'a bersama. Sang kakak dan para tetangga memperlakukannya seperti virus menular yang mematikan, tak ada dari mereka yang mau dekat-dekat dengannya. Katya sebenarnya tidak keberatan, menyiapkan semua hidangan itu memang kewajibannya sebagai anak. Dia tak mengeluh sedikitpun hanya saja dia ingin sekali mengunjungi makam ibunya... Menuntaskan rasa rindu pada sosok baik hati yang menjadi satu-satunya sandarannya setelah sang ayah berpulang bertahun-tahun yang lalu. Dan tentu saja itu tak bisa dilakukan saat siang hari dengan sang kakak yang masih ada di rumah mengamatinya seperti sipir penjara. "Mbak belum pulang?" "Pulang? Kamu lupa ini rumah ibuku." Katya memejamkan matanya, tubuhnya terlalu lelah untuk berdebat. Rumah ini memang sudah menjadi hak miliknya, bagian dari warisan yang diberikan orang tuanya, tapi

  • Kesalahan Semalam dengan Dosen Tampanku   Bab 2

    Katya berlari seperti orang gila. Dia bahkan tak peduli berapa orang yang dia tabrak sepanjang lorong ini. Informasi yang dia dapat berhasil membuat tubuh dan jiwanya yang lelah bisa berlari sekuat tenaga untuk mencapai tempat itu, bahkan kalau bisa dia ingin langsung saya menghilang dan muncul di sana, sayang dia hanya manusia biasa bukan jin atau orang sakti yang bisa melakukannya. “Mbak bagaiamana–“ Plakkk!!!Tamparan itu sangat keras. Tubuhnya terhuyung hingga jatuh menabrak tong sampah. Bunyi kontangan menarik lebih banyak orang untuk memperhatikan. Namun tak ada yang tergerak membantunya bangun. Tak ada yang ingin menjelaskan. “Mbak, apa–“Plakkk!!!Lagi-lagi ucapannya tak selesai, sebuah tamparan kembali menyapanya, kali ini dia bisa merasakan cairan asin mulai merembes dari celah bibirnya. Jangan ditanya bagaimana sakitnya, tapi rasa malu lebih mendominasi saat ini, apalagi beberapa orang menyeletuk. “Itukan perempuan yang menggoda dosennya.” “Benar! Aku masih ingat wa

  • Kesalahan Semalam dengan Dosen Tampanku   Bab 1

    “Pak… Tolong pelankan… Ini pertama kalinya bagiku.”“Pelankan? Bukankah kamu yang membawa kita sampai ke sini?!”Suara desahan itu bercampur dengan derit ranjang dan nafas berat seorang pria dewasa. Katya membeku, tangannya berusaha mencari sandaran di tembok.Suara itu—suara dirinya sendiri—bergema dari layar ponsel di tangannya.Tubuhnya merinding. Tangannya menutup mulut, air mata menetes tanpa suara.“I—ini tak mungkin…” Ponsel di tangannya terlepas, jatuh ke lantai. “Ke—kenapa video itu bisa tersebar?!”Ting! Ting! Ting!Notifikasi bertubi-tubi masuk, memecah sunyi kamarnya.“Katya, video itu… jangan bilang…”“Gila! Kenapa kamu bisa ada di video dengan Pak Erland?!”“Dasar najis! Selama ini nilai kamu bagus karena kamu tidur dengan dosen, ya?!”Dunia yang dulu ia perjuangkan kini menelannya hidup-hidup.Seolah bisa mendengar satu per satu impian yang telah susah payah dia bangun kini berderak ambruk. Tubuhnya luruh di lantai. Ini pasti mimpi. Bagaimana–mungkin?! Sekali lagi dia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status