Share

Ketika Kabut Tersingkap, Hatinya Mengabur
Ketika Kabut Tersingkap, Hatinya Mengabur
Penulis: Soda Pop

Bab 1

Penulis: Soda Pop
Setelah lima jam perawatan darurat, Ivana Wijoyo baru melewati masa kritis.

Saat Ivana tersadar, setiap tarikan napasnya terasa sakit dan seluruh wajahnya bengkak.

Dia berusaha keras untuk membuka matanya, secara naluriah mencari dua sosok. Namun, bangsal itu terlihat kosong.

Ponselnya tergeletak di meja sebelahnya. Dia berusaha mengangkat lengannya untuk mengambilnya.

Namun, jaraknya terlalu jauh untuk dijangkau. Tepat di saat dia berusaha untuk duduk, perawat datang untuk mengganti infus. Begitu pintu terbuka, perawat itu buru-buru menghentikannya.

"Kamu baru saja keluar dari ruang UGD. Jadi, nggak boleh banyak bergerak. Biar aku bantu kamu ambil saja."

Perawat dengan ramah menyerahkan ponsel kepadanya. Sembari mengganti cairan infusnya, si perawat juga memberinya instruksi.

"Kamu nggak tahu kalau kamu alergi kastanye? Mulai sekarang, kamu harus lebih perhatikan. Jangan pernah makan apa pun yang mengandung kastanye. Untungnya, kamu dibawa ke sini tepat waktu. Kalau nggak, kamu bisa mati."

Ivana tidak tahu harus bagaimana menjawabnya.

Apa dia harus mengatakan kalau putranya sengaja memberinya kue kastanye meskipun tahu dia alergi terhadap kastanye?

Pandangannya tertuju pada tubuhnya yang dipenuhi peralatan medis. Ivana pun bertanya dengan susah payah, "Di mana mereka?"

Dia tidak ingin lagi menyebut Jordi Leman dan Marco Leman sebagai suami, anak, ataupun anggota keluarga.

Perawat itu berpikir sejenak, lalu segera bereaksi dengan cepat.

"Maksudmu suami dan anakmu, 'kan? Setelah membawamu ke rumah sakit dan membayar biaya perawatan, mereka pergi terburu-buru. Katanya ada urusan. Bagaimana kalau kamu telepon dan tanya mereka langsung?"

Selesai berbicara, perawat itu bergumam sendiri, "Entah masalah apa yang lebih penting daripada istri dan ibu sendiri. Nggak berperasaan sekali."

Kata-kata menyakitkan itu membuat hati Ivana terasa pedih.

Hanya ada satu orang yang bisa membuat ayah dan anak itu pergi terburu-buru.

Dia membuka ponselnya. Kotak obrolannya dengan Jordi masih saja terhenti pada pesan-pesannya yang tidak dibalas pria itu.

Saat masuk ke instagram, unggahan Greta Hermawan muncul secara mencolok.

[Terima kasih buat dua pria yang membantuku menangkap kecoa. Sebuah keluarga nggak akan lengkap tanpa kehadiran pria.]

Gambar yang disertakan adalah Jordi memegang sapu yang tidak sesuai dengan temperamennya, sedang menjatuhkan seekor kecoa di lantai. Sementara, Marco berdiri dengan tangan kecil yang terentang di depan Greta.

Pemandangan dua sosok yang familier membuat mata Ivana berkaca-kaca. Perasaan tercekik kembali menyelimutinya.

Mereka menelantarkan dirinya, korban yang baru lolos dari kematian, untuk membantu Greta menangkap kecoa.

Apalagi, alerginya disebabkan oleh Marco.

Namun, mereka tidak menyesal dan tidak khawatir sedikit pun.

Ivana tertawa sinis.

Benar juga, Marco berharap dia tidak bangun lagi.

Meski Jordi belum menyadari situasi tersebut, jauh di lubuk hatinya, pria itu mungkin merasakan hal yang sama seperti Marco. Pria itu juga ingin Greta menjadi istrinya.

Mana mungkin dua orang yang begitu tidak menyukainya mau berjaga di rumah sakit?

Ivana meletakkan ponselnya dan menatap lampu pijar rumah sakit yang menyilaukan. Kenangan masa lalu kembali membanjirinya.

Dia dan Jordi tumbuh di kompleks yang sama. Mereka termasuk teman masa kecil.

Jordi punya prestasi yang unggul sejak kecil. Dia bahkan loncat beberapa kelas dan pergi ke luar negeri agar belajar lebih awal sebagai persiapan untuk kembali mengambil alih bisnis keluarga.

Sebaliknya, Ivana punya kepribadian tertutup. Saat kecil, dia hanya duduk di sudut dan menyaksikan semua orang bermain bersama. Seiring bertambahnya usia, dia makin diabaikan.

Namun, gadis seperti itu justru jatuh cinta pada Jordi yang begitu bersinar.

Dia mengira cinta bertepuk sebelah tangannya akan berakhir di saat Jordi menikah dengan perempuan lain.

Tak disangka, sekembalinya ke tanah air, Jordi malah menemuinya dan bertanya apa dia mau menikah dengannya.

Dia terpaku oleh kejutan yang begitu mendadak itu. Dia tidak bisa lagi menahan perasaan yang tumbuh liar di hatinya, jadi dia buru-buru menyetujui Jordi.

Dengan demikian, dia pun menjadi istri Jordi.

Di suatu malam di saat Jordi mabuk, dia baru mengetahui bahwa suaminya punya pacar yang sangat dicintainya saat belajar di luar negeri.

Perempuan itu bilang, asalkan Jordi melamarnya sebanyak 99 kali, dia akan setuju untuk menikahi Jordi pada lamaran yang ke-100.

Jordi percaya dengan kata-kata itu.

Pegunungan Arbor yang diselimuti salju, Menara Pavati, pantai berpasir hitam Argenta, Katedral Grima…

Semua tempat-tempat itu menjadi saksi lamarannya.

Di hari wisuda, Jordi bersiap untuk melakukan lamarannya yang ke-100. Jika lamarannya diterima, pria itu bermaksud untuk melangsungkan pernikahan begitu kembali ke tanah air.

Namun di hadapan begitu banyak sahabat dan teman sekelas, perempuan itu menolaknya untuk ke-100 kalinya.

Perempuan itu bilang dia tidak ingin begitu cepat menikah. Dia minta Jordi untuk menunggunya tiga tahun lagi.

Jordi kehilangan kesabaran sepenuhnya.

Dalam kemarahannya, pria itu pun kembali ke tanah air dan asal menikahi perempuan lain.

Ivana kebetulan hanya gadis yang tinggal paling dekat dengan Keluarga Leman.

Setelah mengetahui kebenaran tentang pernikahan itu, Ivana mulanya tidak peduli.

Dia percaya perasaan pasti akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Dia yakin Jordi akan jatuh cinta padanya.

Setahun setelah pernikahannya, dia melahirkan putranya, Marco. Hubungannya dengan Jordi juga menjadi lebih dekat.

Mereka telah menjadi keluarga bahagia di mata orang luar.

Sampai sebulan lalu, cinta pertama Jordi, Greta, kembali ke tanah air.

Jordi seakan telah melupakan kegagalan 100 lamaran yang pernah dihadapinya sewaktu di universitas. Pria itu masih tidak sanggup menahan diri untuk mendekati Greta, menunjukkan perhatian dan kepeduliannya.

Jordi bahkan secara bertahap bermalam di luar. Putranya juga sering mengikutinya untuk mencari Greta.

Dengan pernikahannya yang sudah berjalan enam tahun dan juga hubungannya dengan putranya yang sudah berjalan lima tahun, dia mengira suami dan putranya masih akan peduli padanya.

Sampai hari ini, dia baru terbangun dari bayang-bayang yang dibuatnya sendiri.

Meski enam tahun telah berlalu, dia masih belum bisa menghangatkan hati Jordi.

Bahkan, putra yang dia lahirkan sendiri, pun sama seperti ayahnya. Putranya sama sekali tidak menghargai kehadirannya sebagai ibunya.

Kriet!

Suara pintu terbuka membuyarkan lamunan Ivana.

Dia refleks melihat ke arah pintu. Jordi dan Marco berdiri di sana.

Jordi menyenggol Marco. Ekspresinya tampak serius.

"Ayo minta maaf sama ibumu."

Marco memutar jari-jarinya dan perlahan bergerak ke sisi tempat tidur ibunya. Suaranya selembut dengungan nyamuk.

"Ibu, maafkan aku."

Ivana memalingkan wajahnya dan tidak menanggapinya.

Dia bisa melihat keengganan di mata Marco.

Jordi menambahkan dengan suara tenang, "Marco juga nggak sengaja. Dia nggak tahu kamu alergi kastanye. Aku sudah memarahinya. Kelak, dia nggak akan memberimu makanan yang mengandung kastanye lagi."

"Barusan ada urusan mendesak di kantor. Aku lihat kamu masih belum sadar, jadi aku kembali ke kantor untuk menangani kerjaan."

Saat itu, sudah jelas memasuki puncak musim kemarau. Udara terasa pekat karena panasnya hari.

Namun, Ivana justru merasakan suhu yang lebih dingin daripada musim hujan.

Sejak dia bangun sampai sekarang, Jordi belum mengiriminya satu pesan pun.

Setelah datang, hanya dua hal yang pria itu katakan kepadanya, semuanya kebohongan.

Melihat dia tidak berbicara, Jordi mengerutkan kening dengan tidak senang.

"Sudahlah. Ini hari ulang tahunmu. Jangan marah sama anak kecil lagi."

"Aku dan putra kita sudah menyiapkan hadiah buat kamu. Lihat, kamu suka nggak. Setelah keluar rumah sakit, aku bantu kamu mengenakannya."

Selesai berbicara, Jordi mengeluarkan sebuah kotak hadiah. Dia dalamnya ada kalung berlian.

Jelas sekali, mereka memilihnya secara acak di mal dalam perjalanan mereka ke sini.

Ivana meliriknya sekilas, lalu mengalihkan pandangan dan berkata lembut, "Aku juga punya hadiah buat kalian."

Jordi refleks bertanya, "Bukannya yang berulang tahun itu kamu? Kenapa malah kasih kami hadiah?"

Marco juga menatapnya dengan bingung.

Senyum lega muncul di bibir Ivana.

"Sudah seharusnya saling membalas hadiah, 'kan? Jangan khawatir, kalian akan mendapatkan hadiah itu dalam beberapa hari lagi. Kalian pasti akan menyukainya."

Surat perjanjian cerai yang ditandatangani adalah hadiah yang kalian inginkan.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Kabut Tersingkap, Hatinya Mengabur   Bab 22

    Hujan di musim kemarau datang tanpa diduga.Jordi dan Marco yang berdiri di luar pintu, basah kuyup oleh hujan deras."Ayah." Suara Marco dipenuhi kepanikan yang tak berujung. "Ibu sungguh nggak menginginkan kita lagi?"Jordi memejamkan matanya. Hatinya sudah berdarah sejak tadi.Dia tahu, dia tidak bisa menipu putranya lagi. Dia juga tidak bisa menipu dirinya sendiri.Ivana… benar-benar tidak menginginkan mereka lagi.…Keesokan paginya, Ivana sudah tiba di depan pintu rumah Kevin.Begitu pintu terbuka, Ririn langsung menghambur ke pelukannya. Gadis kecil itu memeluknya erat dan enggan melepaskannya."Ibu, akhirnya kamu datang juga."Kevin diam-diam menghela napas lega. Dia bersandar di kusen pintu sambil memperhatikan mereka."Dia sudah bangun jam lima pagi dan terus berjaga di depan pintu."Ivana mencium pipinya dan berkata dengan nada bersalah, "Maaf, Ririn. Pesta ulang tahunmu jadi hancur tadi malam.""Tapi kamu tenang saja. Ibu bakal bawa kamu ke taman hiburan hari ini biar kamu

  • Ketika Kabut Tersingkap, Hatinya Mengabur   Bab 21

    Mendengar itu, tangisan Marco makin menjadi-jadi. Wajahnya dibanjiri air mata.Hati Jordi makin tenggelam.Meski putranya menangis tersedu-sedu, Ivana sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda tersentuh. Apa dia masih mau kembali bersama mereka?Setelah sekian lama, akhirnya dia berbicara dengan susah payah. Nadanya penuh penyesalan."Ivana, aku nggak pernah berpikir untuk bercerai denganmu.""Greta hanyalah temanku. Setelah kamu pergi, aku baru tahu dia berbohong dan memfitnahmu selama ini. Aku sudah memutuskan hubungan dengannya. Dia nggak akan pernah muncul di hadapan kita lagi. Ikut kami pulang ke rumah ya?"Ivana menggelengkan kepalanya dengan tenang. Suaranya diwarnai nada dingin."Jordi, kamu tahu nggak, seperti apa kehidupan yang akan kujalani kalau aku nggak meninggalkan Keluarga Leman?""Putraku menginginkan wanita lain untuk jadi ibunya. Suamiku juga pilih kasih sama wanita lain. Aku sendirian di vila kosong itu. Kurasa, nggak lama lagi, aku bakal gila."Jordi membuka mulutn

  • Ketika Kabut Tersingkap, Hatinya Mengabur   Bab 20

    Mendengar itu, Marco memeluk Ivana lebih erat lagi. Air mata yang menggenang di kelopak matanya pun terjatuh.Hati Jordi juga bergetar."Ivana…"Mereka baru sekeluarga. Kenapa dia tidak mau ikut mereka pulang?Ivana tidak memandangnya. Dia hanya berkata dengan Ririn, "Ibu ada urusan hari ini. Ririn balik sama Ayah dulu ya?""Sebagai tebusannya, bagaimana kalau besok aku ajak Ririn ke taman hiburan karena ulang tahunmu diganggu malam ini?"Meski hati Ririn dipenuhi dengan kegelisahan, takut Ivana akan pergi jika dia melepaskannya, dia selalu patuh dan bijaksana, jadi dia pun mengangguk."Ibu nggak boleh bohongi aku."Kalau didengar secara saksama, suaranya sedikit bergetar.Hati Ivana luluh. Dia pun membuat janji kelingking dengannya."Ibu nggak bakal ingkar janji. Ririn sudah tenang sekarang, 'kan?"Ririn dengan enggan melepaskan lengan baju Ivana, lalu memeluk leher Kevin dan membenamkan kepalanya di dada pria itu. Dia berkata dengan suara teredam, "Kalau begitu, Ririn tunggu Ibu di r

  • Ketika Kabut Tersingkap, Hatinya Mengabur   Bab 19

    Setelah menerima ceramah panjang dari Tuan Besar Idrus.Jordi merenungkan tindakannya sejak Greta kembali ke tanah air.Di hari ulang tahun Ivana, mereka malah pergi menangkap kecoak untuk Greta. Mereka juga mengambil foto bersama dengan mengenakan baju pasangan...Saat ini, Jordi akhirnya menyadari kesalahan yang telah dilakukannya.Perkataan dan tindakannya-lah yang membuat Marco, yang baru berusia lima tahun itu, ingin Greta menjadi ibunya.Dia gagal memenuhi perannya sebagai suami dan gagal memberikan contoh yang baik sebagai ayah.Setelah Pak Samuel berhasil melacak keberadaan Ivana, dia langsung membawa Jordi bergegas ke sana.Ayah dan anak itu telah menyadari kesalahan mereka. Mereka juga ingin meminta maaf kepada Ivana.Saat berdiri di pintu masuk kafe, Jordi tampak sangat gugup.Marco mencengkeram lengan baju Jordi erat-erat. Wajahnya juga menampakkan kegelisahan."Ayah, apa Ibu mau memaafkan kita?"Jordi tidak tahu.Memikirkan surat perjanjian cerai yang telah ditandatangani

  • Ketika Kabut Tersingkap, Hatinya Mengabur   Bab 18

    Sejak itu, Ririn selalu datang ke kafe Ivana setiap hari.Ivana juga tahu kalau Kevin menjadi seorang guru sekarang. Pria itu sibuk mengajar di pagi harinya.Ririn dulu selalu sendirian di rumah.Sekarang, Ririn tidak perlu sendirian lagi karena dia sudah punya Ivana.Saat ada pelanggan datang ke kafe, Ririn tidak lagi berdiam diri di sudut seperti sebelumnya. Dia akan berinisiatif mengambilkan menu dan menanyakan apa yang ingin dipesan. Sementara, Ivana akan membuat kopi dan hidangan penutup di belakang.Kevin selesai bekerja bertepatan dengan saat kafe hendak tutup.Mereka akan mengajak Ririn berjalan-jalan di sepanjang sungai bersama.Di saat langit bersinar terang dengan warna matahari terbenam, Ivana pun berpamitan dengan mereka berdua dan mau pulang ke rumah. Namun, Ririn tiba-tiba menarik pakaiannya.Dia berkata dengan nada ragu-ragu, "Ibu, mau nggak…"Berbicara sampai setengah, Ririn pun menatap Kevin dengan mata memelas.Pria itu menggelengkan kepalanya."Ririn harus berani. A

  • Ketika Kabut Tersingkap, Hatinya Mengabur   Bab 17

    Ririn baru berusia empat tahun. Ini merupakan usia di mana dia paling bergantung pada orang tuanya.Oleh karena itu, meski mendengar Kevin mengatakan Ivana bukanlah ibunya, dia tetap ingin mendekatinya dan memanggilnya 'Ibu'.Ivana segera memeluknya dan menepuk punggung Ririn sambil membujuknya dengan lembut.Sejak Marco lahir, dialah yang merawatnya secara pribadi.Meski Marco telah beranjak dewasa, keterampilannya dalam membujuk anak-anak belumlah luntur.Ada ekspresi terkejut yang melintas di mata Kevin.Sejak orang tuanya Ririn meninggal dunia, dia menjadi pendiam dan tidak suka berinteraksi dengan orang asing.Ini pertama kalinya Ririn begitu dekat dengan seseorang.Setelah Ririn tertidur, Ivana khawatir menyerahkannya kepada Kevin akan membangunkannya, jadi dia menawarkan untuk menggendong Ririn kembali ke rumah mereka.Begitu sampai di depan pintu, dia baru menyadari bahwa mereka tinggal di kompleks yang sama dengannya.Setelah membaringkan Ririn di tempat tidur dengan hati-hati

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status