Kinanti Bukan Wanita Malam

Kinanti Bukan Wanita Malam

Oleh:  VicaChu  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
46 Peringkat
93Bab
6.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kinanti, seorang gadis desa berparas ayu, berusia dua puluh empat tahun. Karena kesulitan ekonomi yang mendera keluarganya, ia menjadi ajang penebus hutang kepada seorang rentenir hidung belang. Berawal dari kebiadaban sang rentenir yang berusaha menodai kesucian gadis ini, Kinanti berhasil kabur dari kandang macan yang hampir membuat masa depannya hancur. Keberhasilannya kabur, membawa langkah gadis ini bertemu dengan seorang penyelamat, Zain Abraham. Dan mengantarkan dirinya secara tidak langsung menjadi pelayan di sebuah Klub Malam. Suatu hari takdir mempertemukan mereka kembali, Zain Abraham mendatangi Klub malam tempat Kinanti bekerja, saat pria ini mabuk berat, ia meminta kepada pengelola Klub, untuk diberikan seorang gadis yang bersedia menghabiskan malam bersamanya. Akankah Zain Abraham, pria yang pernah menjadi penyelamatnya itu, justru akan menjadi pria yang merenggut kehormatan Kinanti ??

Lihat lebih banyak
Kinanti Bukan Wanita Malam Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Affad DaffaMage
Keren ceritanya
2023-10-17 14:11:29
0
user avatar
Dewanu
semoga Kinanti bahagia .... bagus banget ceritanya
2021-11-12 07:02:40
1
user avatar
Purpelo
ceritanya seru kak, semangat terus kak.
2021-11-03 18:12:35
1
user avatar
Nina Milanova
Semangat, Kak!
2021-11-03 18:11:27
1
user avatar
Vanda Anastasia Adam
judulnya udh bikin penasaran semangat up Thor
2021-11-03 18:05:25
1
user avatar
Wee Dee
judulnya memancing rasa ingin tahu
2021-11-02 23:38:01
1
user avatar
Enik Wahyuni
keren kak.. semangat updatenya
2021-10-30 11:45:03
1
user avatar
Banin SN
Apa kabar Kinanti, ayo Thor up lagi yg banyaak
2021-10-30 10:43:33
1
user avatar
Archie Romadhoni
keren kak, ditunggu lanjutannya.
2021-10-29 03:05:12
1
user avatar
Aina D
keren kak, ditunggu kelanjutannya
2021-10-28 17:22:27
1
user avatar
NawankWulan
Suka dengan nama Kinan ... Semangat ya, Kak
2021-10-28 17:18:31
1
user avatar
Restiani
seru, bikin penasaran ceritanya. semangat nulisnya Thor ...
2021-10-26 14:36:34
1
user avatar
Nurul Mahmudah
sangat bagus
2021-10-24 12:37:57
1
user avatar
Eky Nandro
i love u..sangat bagus novelnya..layak di angkat k layar lebar
2021-10-23 18:23:42
1
user avatar
Eky Nandro
i love u...di tunggu ya karnyana
2021-10-23 18:22:27
2
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
93 Bab
Hari Pertama Kinanti Bekerja
 "Nak, Bapak mohon, sudilah kamu menggantikan Bapak mulai besok bekerja di tempat Pak Gatot," ucap pria bertubuh kurus memohon kepada putri sulungnya, dengan tatapan mengiba."Iya, Nak. Benar kata Bapakmu.  Jika kamu tidak mau bekerja mulai besok, maka Pak Gatot akan mengambil paksa rumah kita. Karena Bapak tidak sanggup melunasi pinjaman."Sebuah suara dari dalam tiba-tiba muncul."Kondisi Bapak kamu juga sedang tidak sehat, makanya Pak Gatot meminta kamu bekerja di sana, Nak," Imbuh wanita paruh baya dengan mata berkaca-kaca, menggenggam tangan sang putri penuh harap."Tapi Bu, Pak Gatot kan...." Gadis berparas cantik berusia dua puluh empat tahun itu menggantung ucapannya dengan wajah tertunduk lesu."Bapak mohon Nak, Kinanti mau ya besok bekerja di sana," Imbuh sang ayah memelas sekali lagi."Bukankah Bapak bilang Pak Gatot itu mata keranjang, suka ganti-ganti wanita Pak," protes sang putri menunjukkan wajah sedih berusaha meno
Baca selengkapnya
Sang Dewa Penyelamat
 Hari sudah larut malam, saat sesosok tubuh tanpa alas kaki tampak kelelahan setelah bermaraton, menempuh jarak yang entah berapa kilo meter.Dan sepertinya mengantarkan gadis ini pada sebuah jalan raya, entah apa nama desa tersebut, yang jelas saat itu tidak satupun kendaraan yang lewat. Telah meninggalkan perkampungan tempat asal gadis itu bekerja."Hah...hah..." Bunyi napas gadis yang baru saja selesai maraton, tampak ngos-ngosan. Sudah tak lagi menangis."Alhamdulillah ya Allah, akhirnya bisa keluar dari tempat biadab itu," Gumam gadis yang tengah mengatur napasnya, berdiri di balik pohon. Sementara taksi atau kendaraan lain sudah tak lagi melintas, selain mobil sport warna biru yang baru saja berhenti.Seorang pria berpawakan tinggi, putih, dan tampan menghentikan mobil, di depan rumah bercat biru. Di seberang jalan,  hanya berjarak beberapa meter dari tempat gadis itu bersembunyi.Pria tersebut membuka bagasi mobil, mengelua
Baca selengkapnya
Pertemuan kedua Sang Dewa Penyelamat
Kediaman keluarga Zain Abraham.... Seorang pria muda yang baru saja pulang dari tempat bekerja memasuki rumah, tampak letih setelah seharian jenuh dengan segudang pekerjaan yang selalu menguras otak dan tenaganya. "Baru pulang kamu," sapa sang ibunda kepada putra tunggalnya yang baru saja mendudukkan bokongnya di sofa. "Iya, Ma, seperti biasa banyak banget meeting yang harus Zain hadiri," timpal sang putra dengan wajah letih, membuang napas kasar. "Makanya nikah biar pas kamu pulang dan capek begini ada yang urus, memangnya mau sampai kapan kamu terus-menerus membujang seperti ini Zain? Usia kamu sudah tidak lagi muda, sudah saat nya kamu menikah," seru sang ibunda selalu dibuat kesal oleh sang putra, tiap kali ucapannya selalu diabaikan jika menyangkut perihal pernikahan. "Aduh, Ma, stop deh jangan bahas itu lagi! Zain itu capek Ma, pulang kerja pingin istirahat. selalu saja Mama sambut dengan omelan yang sama," dengus Zain kesal. "Ap
Baca selengkapnya
Amarah Zain
Untuk ke sekian kalinya malam itu mata Kinanti kembali tak dapat terpejam. Meski pria di sampingnya telah terlelap di buai mimpi, namun tidak dengan gadis ini. Hingga jam dua dini hari, ia tidak dapat tidur meski rasa kantuk mulai menghinggapinya.Kinanti masih terus berjaga-jaga, takut jikalau pria yang sudah membawanya entah di mana dia saat itu, akan terbangun dan menuntutnya untuk melayani."Terima kasih ya, Allah, akhirnya Tuan Zain tertidur pulas," batin Kinanti berusaha beranjak bangun dan perlahan meletakkan tangan Zain. Setelah berhasil lepas dari pelukan Zain, Kinanti segera meloncat ke lantai dan berusaha mencari kunci kamar, namun sepertinya pria itu sengaja menyembunyikan nya.Puas mencari entah kemana kunci kamar tersebut, gadis ini pun tak dapat menguasai rasa kantuk yang menderanya. Akhirnya ia terlelap di atas sofa dengan menutupi tubuhnya dengan selimut yang ada di atas kasur hingga pagi menjelang.Hembusan angin pagi hari mulai menyerua
Baca selengkapnya
Pertengkaran dan Pengakuan
"Maafkan saya sekali lagi Tuan, saya mengaku salah telah lancang mengambil barang milik Tuan tanpa izin," tandas Kinanti berusaha menahan tangisnya dibawah kaki Zain Abraham. "Bagaimana bisa kamu mengambilnya? Kapan kamu lakukan itu?" selidik Zain masih dengan suara menggelegar. "Tepatnya dua hari yang lalu, Tuan. Saat itu saya benar-benar tidak mempunyai pilihan lain, karena pakaian saya robek waktu itu," balas gadis itu membela diri. "Alasan. Sudah berani melanggar keluar kamar, masih pula di tambah mencuri. Dasar, semua wanita malam sama saja. Awalnya berlagak sok polos," hardik pria di hadapan Kinanti penuh amarah, ucapannya semakin membuat hati gadis yang tengah berlutut di bawah kakinya semakin sedih. "Tuan boleh memaki atau memarahi saya sesuka hati. Tapi jangan sebut aku wanita malam....!" kali ini kesabaran Kinanti telah habis. Ia pun tanpa sadar membalas membentak Zain dengan lantang. Melihat gadis yang tengah berlutut itu berani mem
Baca selengkapnya
Gelora Asmara Pagi Hari
"Ada apa dengan Tuan Zain, aku kan hanya mau memasangkan dasi seperti perintahnya. Kenapa juga dia sampai merem senyum-senyum begitu," gumam Kinanti mengerutkan dahi, tak habis pikir dengan sikap CEO di hadapannya.Tangan Kinanti masih terkalung di leher sang CEO. Terdiam ambigu menatap wajah Zain, sekaligus otaknya terus berpikir. Mengingat bagaimana cara memasang dasi."Lama sekali sih," dengus Zain mulai hilang kesabaran."Maaf, Tuan, sepertinya saya lupa,"  ujar Kinanti, wajahnya tertunduk.Zain yang sedari tadi dalam mode on, siap menerima serangan Kinanti, tiba-tiba kesal seketika mendengar jawaban gadis bayarannya."Lupa, apanya yang lupa? Kelamaan kamu," keluh Zain bersungut dan membuka kembali matanya.Melihat gadis bayarannya yang tertunduk dan memasang wajah manyun, menambah keimutan bibir indah Kinanti. Nafsu Zain pun makin tak dapat dikontrol.Tanpa menunggu lama, tiba-tiba Zain meraih dagu gadis bayarannya, dan mula
Baca selengkapnya
Sikap Posesif Zain
Seusai sarapan pagi, Zain kembali menggendong tubuh Kinanti kembali ke kamar. "Lepas Tuan! Saya bisa sendiri." pinta Kinanti yang kini untuk kedua kalinya berada dalam gendongan sang CEO."Berisik!" pungkas Zain, terus melangkah menuju kamar.Sesampainya di dalam kamar, Zain meletakkan Kinanti di atas kasur. Tangannya menuju handphone yang tergeletak di atas meja. Mengusap layar benda pipih tersebut, mencari nomor seseorang."Hallo, segeralah kemari! jangan lupa bawa obat-obatan untuk kaki melepuh karena air panas."  ucap Zain kepada lawan bicaranya."Tuan kalau mau berangkat kerja, berangkat saja. Nanti saya bisa kembali naik taksi." sela Kinanti menatap wajah tampah Zai Abraham."Tuan Zain kalau tidak marah, wajahnya tampan sekali." gumam gadis yang terlihat terkesima oleh ketampanan sang CEO."Siapa yang memberimu ijin kembali ke sana?" Kali ini suara sang CEO terdengar  kembali garang."Sampai aku sendiri ya
Baca selengkapnya
Perhatian Zain
Setibanya di perusahaan, seluruh komite dan jajaran dewan direksi sudah duduk rapi, menunggu kedatangan sang CEO. Tak perlu lama dan berbasa-basi, Zain pun segera memimpin rapat tersebut. Meski sesekali bayangan wajah Kinanti terlintas di otaknya.Berbeda dengan Kinanti, setelah meminum obat dari dokter Andika, rasa kantuk pun mulai menghinggapinya. Dan gadis itu kini terlelap di balik selimut. Sementara bi Ijah dengan setia masih menunggu Kinanti sembari duduk di sofa yang ada di kamar, seraya menghidupkan televisi.******Rapat pun akhirnya selesai setelah hampir satu jam lebih Zain berdiskusi dengan bawahannya. Sesuai janjinya kepada Kinanti, maka ia pun segera kembali ke villa bersama dengan pak Shodik."Kenapa cepat sekali, Tuan?" tanya pak Shodik, saat mobil yang dikendarainya telah membelah jalanan menuju arah villa."Iya, Pak. Kebetulan hari ini jadwal saya kosong setelah rapat," balas Zain singkat.Meski terbilang dingin dan angkuh,
Baca selengkapnya
Pergi Ke Butik
Selepas mandi, Zain mengajak Kinanti pergi ke sebuah butik ternama. Keduanya tampak turun dari mobil sport warna biru, berjalan beriringan. Kinanti berjalan dengan kaki tertatih."Apa sakit sekali kah untuk berjalan?" tanya Zain penuh perhatian, mengamati Kinanti yang berjalan di sampingnya dengan tertatih. Gadis itu pun membalas dengan gelengan kepala.Saat tiba di depan butik, seluruh pegawai menatap ke arah gadis di samping Zain. Masih dengan pakaian setelan kaos oblong beserta celana pendek."Selamat sore, Tuan Zain!" sapa salah satu pegawai butik yang sedang membuka pintu. Membungkukkan badannya kepada Zain."Sore juga. Bantu dia memilih pakaian. Pastikan yang paling bagus!" Perintah Zain kepada pegawai butik."Baik, Tuan. Mari, Nona!" ujar pegawai yang menyapa Zain dan Kinanti, lalu segera menuju ke ruangan di dalam. Tempat koleksi baju-baju di pajang.Kinanti tampak malu dan bingung, saat di harus kan untuk memilih beberapa baju, oleh
Baca selengkapnya
Pertemuan Dengan Gadis Pilihan Mama
Sepulang dari mengantar Kinanti ke Klub, Zain tiba di rumah sekitar pukul 19.00. Pria itu segera bergegas masuk ke dalam kamar untuk bersiap. Tanpa menghiraukan sang ibunda yang sedari tadi sudah menunggunya dengan segudang omelan yang sudah bersiap meledak, bak bom molotov."Dari mana saja kamu, jam segini baru pulang, sekertaris kamu bilang, hari ini kamu hanya ke kantor menghadiri rapat." Retno mencecar sang putra dengan pertanyaan. Sementara Zain, tak menanggapinya. Terus naik, menuju kamar.Tak lama kemudian Zain menuruni anak tangga, seraya merapikan kancing lengan bajunya. Malam itu Zain hendak pergi ke sebuah restoran yang sudah dipersiapkan oleh sang ibunda. Tanpa berpamit, karena kekesalan hatinya terhadap desakan Retno."Selamat malam, maaf sedikit terlambat," ucap Zain  datar, saat bertemu dengan Avica untuk pertama kalinya. Gadis pilihan sang mama. Seorang gadis cantik, berpenampilan eksotis, dan sifat yang agresif serta materialis
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status