Share

Bab 3

Author: Nyi Ratu
last update Last Updated: 2025-11-05 22:31:39

Zara tertegun. Butuh beberapa detik baginya untuk memproses kata-kata itu. "Saya tidak mengerti, Pak."

Giovano menyeringai. "Sederhana. Aku akan membayar semua hutang yang kamu miliki, tanpa batas. Aku akan memberimu gaji bulanan sepuluh kali lipat dari gajimu saat ini. Aku akan memberimu kartu kredit dengan batas yang cukup untuk membeli seluruh butik di sini."

Zara menghitung. Uang itu akan melunasi biaya obat bibinya, melampaui uang sewa, dan bahkan cukup untuk memulai hidup baru. Jumlahnya tak terbayangkan.

"Sebagai imbalannya." Giovano melanjutkan, nadanya berubah profesional. "Kamu akan tinggal di penthouse-ku. Kamu akan berpura-pura menjadi tunanganku, bahkan istriku di acara-acara publik, selama enam bulan ke depan. Kamu akan melakukan persis seperti yang kuperintahkan, di mana pun, kapan pun."

Zara merasa pusing. Ini gila. Ini adalah kisah Cinderella yang dijual dengan kontrak.

"Mengapa saya?" Zara bertanya, memaksa suaranya terdengar netral. "Mengapa bukan model? Atau aktris? Atau seseorang yang—"

"Seseorang yang selevel denganku?" potong Giovano dingin. "Justru itu. Aku tidak ingin terikat. Model dan aktris memiliki ambisi, mereka memiliki tuntutan, dan yang terpenting, mereka memiliki riwayat. Kamu tidak memiliki apa-apa, Zara. Kamu yatim piatu, kamu tidak punya koneksi, dan yang paling penting: kamu sangat putus asa. Kamu adalah kertas kosong. Kamu bisa kuhapus bersih dan kulukis ulang sesuai keinginanku, dan saat kontrak ini berakhir, kamu akan hilang. Tanpa ada ikatan emosional, tanpa drama."

Kata-katanya brutal, menusuk luka yang baru saja terbuka. Namun, Zara tidak bisa marah, karena itu adalah kebenaran. Ia memang putus asa.

Giovano menarik laci mejanya, mengeluarkan dua lembar dokumen yang telah dicetak. Kontrak itu tebal, penuh dengan istilah hukum.

"Tanda tangan di sini," ia menunjuk ke baris terakhir dengan pena perak yang mengilap. "Pikirkanlah. Dalam sepuluh menit, kamu bisa menyelesaikan semua masalah hidupmu."

Zara meraih pulpen itu. Saat jari-jari mereka bersentuhan, percikan listrik yang singkat dan tajam menjalari kulit Zara, membuat napasnya sesaat berhenti. Giovano menarik tangannya dengan cepat, seolah ia baru saja menyentuh benda panas.

Zara mengabaikan sensasi itu, fokus pada garis-garis hitam di kertas. Ia membaca cepat, meskipun otaknya menolak memahami detail rumit. Kontrak itu benar-benar berisi klausul ketat tentang menjaga rahasia, larangan kontak fisik di luar acara, dan larangan mutlak untuk jatuh cinta.

Ia meletakkan pena, menatap Giovano sekali lagi.

"Saya setuju," kata Zara.

Giovano menghela napas, seolah baru saja memenangkan pertaruhan kecil yang membosankan. "Bagus."

Ia mendorong sebuah kotak beludru hitam kecil ke arah Zara. "Ini adalah token. Di depan umum, kita adalah pasangan. Tapi ingat satu hal, Zara." Ekspresi Giovano menjadi gelap, matanya menusuk menembus mata Zara. "Ini adalah transaksi bisnis murni. Jangan pernah tertipu oleh senyumku, atau oleh kemewahan di sekitarmu. Begitu kontrak ini berakhir, kamu pergi."

Zara mengangguk, mengambil kotak beludru itu. Di dalamnya, berkilau cincin berlian yang sangat besar, memantulkan cahaya di kantor itu.

Giovano mengambil ponselnya. "Aku akan mengirim mobil dan timku untuk mengurus barang-barangmu. Kamu akan pindah ke penthouse malam ini. Besok sore, kamu akan diajari cara berjalan, bicara, dan berbusana seolah kamu adalah tunangan miliarder. Kita punya gala penting di hari Rabu."

Pintu lift kaca di lantai seratus terbuka langsung ke sebuah ruang tamu. Zara melangkah keluar, ransel dan koper usangnya terasa semakin memalukan di atas karpet beludru abu-abu muda.

Ini bukan apartemen; ini adalah penthouse. Dindingnya yang melengkung terbuat dari kaca, menawarkan panorama 360 derajat kota yang berkilauan di bawah, tampak seperti permadani yang dijahit dari jutaan berlian. Langit-langitnya setinggi dua kali lipat tinggi normal. Sebuah piano grand berwarna putih berdiri sendirian di sudut, membisu.

Zara merasa seolah oksigen di ruangan itu terlalu murni untuk paru-parunya.

"Ini adalah tempat tinggalmu selama enam bulan," suara Giovano memecah kesunyian, lebih dingin dari suhu ruangan yang diatur dengan sempurna. "Apartemen ini terisolasi dari lantai lain. Stafku tinggal di lantai 99. Mereka tidak akan mengganggumu kecuali dipanggil."

Di belakang Giovano, seorang wanita berpakaian serba hitam dengan potongan rambut bob yang sangat rapi, bernama Elva, menatap Zara dengan pandangan tajam dan penuh keraguan. Elva adalah kepala rumah tangga. Tatapannya jelas: apa yang dilakukan gelandangan ini di sini?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kontrak Cinta Sang Ahli Waris   Bab 7

    "Apa artinya ini bagi kita? Di depan umum?" tanya Zara, suaranya tercekat, matanya mencari jawaban di wajah Giovano.Giovano melangkah maju, menjembatani jarak di antara mereka. Ia tidak menjawab, tetapi rahangnya mengeras, urat di lehernya menegang. Ini bukan lagi soal bisnis; ini adalah pertarungan pribadi."Mereka mengira ini adalah taktik usang: menikah, lalu menceraikannya. Kita harus mengubah kontrak itu. Kita harus membuktikan kepada setiap mata yang menonton bahwa kita... nyata," desisnya.Giovano mencondongkan tubuhnya ke depan, bisikannya dipenuhi beban yang baru, "Aku tidak punya pilihan selain mempercayai orang luar. Seseorang yang tidak terikat secara internal pada Dirgantara Group. Seseorang yang tidak punya alasan untuk mengkhianatiku. Zara." Ia menyebut namanya dengan desakan mentah, "Jadilah tunangan sejatiku, untuk saat ini. Aku butuh kamu."Ketakutan dingin karena sewa dan hutang yang tertunda terasa remeh dihadapannya. Zara merasakan jantungnya berdebar, bukan kare

  • Kontrak Cinta Sang Ahli Waris   Bab 6

    Giovano tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya menempatkan dirinya di antara Zara dan Daren. Ia melingkarkan lengannya di pinggang Zara, menariknya erat-erat, hampir posesif. Pemandangan itu adalah tampilan dominasi yang nyata."Lepaskan tanganmu dari tunanganku," kata Giovano kepada Daren, suaranya pelan dan mengancam, seolah sedang memperingatkan hama. "Jika aku melihatmu di sekitar Zara lagi, aku akan pastikan kamu tidak akan pernah lagi bekerja di kota ini."Daren, yang hanya bisa melihat tatapan membunuh Giovano, memucat dan mundur.Zara, yang gemetar karena trauma masa lalunya, merasakan perlindungan dari Giovano. Pelukan di pinggangnya bukan lagi hanya akting; itu adalah perisai."Aku baik-baik saja," bisik Zara, setelah Daren pergi.Giovano tidak menjawab. Ia hanya terus memegang Zara, pandangannya mengamati kerumunan. Mereka berdua berdiri seperti itu untuk waktu yang lama, terlalu dekat, terlalu intens, seolah-olah mereka adalah satu-satunya dua orang yang tersisa di dunia itu.

  • Kontrak Cinta Sang Ahli Waris   Bab 5

    Bibir Giovano berhenti hanya sejengkal di atas bibir Zara, cukup dekat hingga Zara bisa merasakan kehangatan napasnya yang beraroma mint dan tembaga, cukup dekat hingga kecanggungan yang tersisa dari penghinaan Adhi Hadikusumo mencair menjadi antisipasi yang memalukan.Namun, sebelum sentuhan itu terwujud, Giovano menarik diri. Gerakannya cepat, klinis, dan tegas, seolah ia baru saja menghindari sengatan listrik."Cukup," bisiknya, suaranya kembali menjadi es yang terukir tajam. Giovano tidak pernah melepaskan senyum palsunya, wajahnya tetap ramah untuk kerumunan yang menonton, tetapi matanya—matanya dingin dan marah. "Kalian sudah melihat buktinya, Adhi Hadikusumo. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, Anda bisa bertanya kepada pengacara saya."Ia menarik Zara menjauh tanpa menunggu jawaban, tangannya di pinggang Zara kini terasa seperti belenggu yang dingin.Di lift, menuju private lounge Giovano, keheningan itu memekakkan telinga. Udara di antara mereka berderak seperti kabel listrik y

  • Kontrak Cinta Sang Ahli Waris   Bab 4

    Giovano merasakan ketegangan itu. "Dia tunanganku," katanya tanpa emosi kepada Elva. "Dia akan pindah malam ini. Pastikan ruang sayap barat disiapkan. Dan Elva, ingat aturannya. Loyalitas mutlak."Elva mengangguk kaku, sorot matanya yang tidak percaya sedikit melunak, digantikan oleh kepatuhan dingin. "Tentu, Tuan Gio."Giovano memimpin Zara ke lorong panjang yang dihiasi karya seni abstrak mahal, tanpa sempat memandang kembali apakah Zara mengikutinya. "Ruangan ini adalah sayap pribadiku. Jangan pernah masuk tanpa izin." Ia menunjuk pintu kayu gelap. "Kamarmu ada di seberang."Zara mengangguk, mencoba mencatat semua aturan tak terucapkan yang melayang di udara."Satu hal lagi." Giovano berhenti di ambang pintu kamar Zara. Ia bersandar di kusen pintu, menatap Zara dengan intensitas yang membuat Zara merasakan sensasi sentuhan yang sama seperti di lobi tadi pagi. "Di tempat ini, kamu adalah tunanganku. Ini adalah bisnis. Di mata publik, kita sedang jatuh cinta. Di balik pintu ini, kamu

  • Kontrak Cinta Sang Ahli Waris   Bab 3

    Zara tertegun. Butuh beberapa detik baginya untuk memproses kata-kata itu. "Saya tidak mengerti, Pak."Giovano menyeringai. "Sederhana. Aku akan membayar semua hutang yang kamu miliki, tanpa batas. Aku akan memberimu gaji bulanan sepuluh kali lipat dari gajimu saat ini. Aku akan memberimu kartu kredit dengan batas yang cukup untuk membeli seluruh butik di sini."Zara menghitung. Uang itu akan melunasi biaya obat bibinya, melampaui uang sewa, dan bahkan cukup untuk memulai hidup baru. Jumlahnya tak terbayangkan."Sebagai imbalannya." Giovano melanjutkan, nadanya berubah profesional. "Kamu akan tinggal di penthouse-ku. Kamu akan berpura-pura menjadi tunanganku, bahkan istriku di acara-acara publik, selama enam bulan ke depan. Kamu akan melakukan persis seperti yang kuperintahkan, di mana pun, kapan pun."Zara merasa pusing. Ini gila. Ini adalah kisah Cinderella yang dijual dengan kontrak."Mengapa saya?" Zara bertanya, memaksa suaranya terdengar netral. "Mengapa bukan model? Atau aktris

  • Kontrak Cinta Sang Ahli Waris   Bab 2

    PENCARIAN EKSKLUSIFPosisi: Asisten Pribadi Eksekutif (Kontrak 3 bulan, NDA Ketat)Kualifikasi: Mampu menahan tekanan, loyalitas mutlak, bersedia bekerja di luar jam normal.Gaji: 10x Standar Pasar.Wawancara Terbuka: Pukul 09.00 di Lobi Utama, SKYLINE TOWER.Zara menatap nama gedung itu: SKYLINE TOWER. Monolit kaca dan baja setinggi seratus lantai yang mendominasi cakrawala kota. Markas besar Dirgantara Group, perusahaan properti dan teknologi paling tertutup di Asia. Orang-orang berbisik bahwa CEO-nya, Giovano Axel Dirgantara, adalah seorang jenius yang tak kenal ampun, yang menghancurkan pesaing hanya dengan satu panggilan telepon.Itu adalah dunia yang seharusnya tidak pernah ia sentuh. Tapi dengan lutut yang nyaris ambruk karena kelelahan, rasa sakit, dan keputusasaan finansial, Zara mengambil keputusan. Ia harus mengambil risiko ini.PAGI HARI DI SKYLINE TOWERZara mengenakan satu-satunya setelan kerjanya yang layak, kainnya terasa tipis dan murahan dibandingkan dengan marmer di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status