Share

Bab 2

Author: Mami ice bear
last update Huling Na-update: 2025-04-05 12:43:43

“Maksud kamu apa?”

Niko menghentikan gerakan tangannya. Laki-laki itu menoleh, menatap istrinya dengan alis bertaut.

“Enggak, cuma jawab ucapan kamu, kok.”

Andini berdiri sambil mengendik acuh, kemudian wanita berambut panjang tersebut bangkit dan mengambil kemeja yang sudah disiapkan. Lalu meletakkannya di tempat tidur. “Ini baju kerja kamu.”

Niko tersenyum, tapi saat mengambil ponselnya dari meja, ekspresinya tiba-tiba berubah.

Jantung Andini kembali mencelos. Wanita itu penasaran, apakah suaminya sedang melihat notifikasi yang ia lihat tadi?

Niko buru-buru mengunci layar, lalu berjalan mendekati Andini, tangannya terulur mencubit pipi sang istri pelan lalu mengusap pucuk kepalanya. “Jangan manyun gitu ah, jelek tau.”

“Coba katakan ada apa?” tanya Niko dengan nada lembut.

Andini mengangkat alis. “Hmm.. Ya ya ya istrinya dikata jelek, karena kamu biasa melihat wanita di luar sana yang lebih cantik dan seksi. Iya kan?”

Niko tampak terkejut sesaat. Tapi dengan cepat, laki-laki itu mengontrol ekspresinya. “Kamu ini lagi PMS atau gimana sih? Kok dari tadi ketus banget.”

“Lagian, siapa coba yang bisa lebih cantik dari bidadari Mas ini? Aneh-aneh aja kamu itu!” bantah Niko yang kemudian mengecup pipi Andini.

“Tuh, di hape kamu. Ada chat dari Kang Paket yang ngajak ketemuan. Kang Paket atau Kang Paket? Kok pake acara janjian segala.” Andini memilih mengabaikan ucapan Niko dan mengalihkan pembicaraan.

Niko mengangkat tangannya yang masih memegang ponsel. “Di sini?”

“Pikir aja sendiri!” ketus Andini seraya berlalu.

Niko tersenyum, ia segera menarik tangan sang istri sebelum wanita itu benar-benar pergi. “Duduk sini!”

“Apa ini yang kamu lihat tadi?” tanya Niko sambil menunjukkan layar ponselnya.

Layar tersebut menunjukkan sebuah pesan chat, dimana kontak atas nama Kang Paket baru saja mengirim pesan.

“Dia itu kurir paket. Aku beli sesuatu buat kamu, tapi aku lupa malah kasih alamat rumah ini. Kan jadi nggak surprise kalau paketnya kamu yang nerima. Jadi, aku ngajak dia ketemuan. Eh malah suruh ambil sendiri ke drop point,” terang Niko dengan nada lembut.

“Yakin?” tanya Andini yang masih tampak ragu.

“Yakinlah! Udah ya, jangan manyun lagi,” rayu Niko sambil mencubit hidung sang istri.

Andini tidak menjawab. Ia hanya bangkit dan berbalik, kemudian melangkah ke luar kamar. Tapi baru beberapa langkah, suara Niko tiba-tiba menghentikan ayunan langkahnya.

“Sayang…. Nanti… kamu bisa pergi sendiri ke rumah sakit, kan?”

Langkah Andini terhenti di depan pintu. Wanita itu menghela nafas panjang lalu menoleh perlahan. “Apa maksudmu?”

“Aku mau ke kantor ekspedisi ambil paket. Terus mau ketemu klien tapi ambil berkas dulu di kantor. Ada pekerjaan mendadak yang harus aku selesaikan. Soal project tempo hari yang aku pernah ceritakan itu,” jawab Niko.

Alasan.

Alasan yang terlalu mendadak. Begitu pikir Andini.

Andini menatap suaminya lekat-lekat. “Biasanya kamu bisa izin, kenapa sekarang tidak? Dan kenapa harus saat seperti ini?”

“Aku itu mau periksa ke dokter kandungan. Dan kamu juga harus ikut periksa. Setidaknya agar aku nggak terus-terusan dikatakan mandul, Mas!” imbuh Andini yang mulai menaikkan nada suaranya.

“Ada hal yang harus segera Mas selesaikan, Sayang. Tolong mengertilah. Deadline-nya juga nggak lama lagi,” jawab Niko buru-buru.

Andini menutup mata sejenak, kemudian kembali menghela nafas demi membuang beban tak kasat mata, yang menekan dadanya hingga terasa sesak.

Entahlah, Andini sendiri tak tahu apa Niko sedang berbohong atau tidak. Tapi seperti biasa, wanita itu selalu mengiyakan ucapan sang suami.

Meski sebelumnya, laki-laki itu tidak akan semendadak ini membatalkan janji, kecuali memang ada sesuatu yang benar-benar urgent. Tapi sejak beberapa saat lalu, entah mengapa pemikiran Andini menjadi amat buruk pada suaminya sendiri.

“Terserah,” ucapnya dingin. Wanita itu sudah benar-benar marah kali ini. Ia merasa jika sang suami tak peduli tentang kondisinya. “Lagipula, aku bisa pergi sendiri.”

“Atau, kita ubah jadwalnya jadi lusa saja? Biar Mas bisa ambil cuti lagi.”

Baru saja Andini mengatupkan bibirnya, Niko dengan cepat menyambar.

Andini langsung menggeleng. “Nggak perlu. Lagian, membuat janji dengan dokter tidak segampang itu.”

“Mereka juga punya jadwal dan deadline yang tak bisa diganggu gugat!” sambung Andini sembari menekan kata ‘deadline’.

Niko terlihat sedikit panik. Melihat ekspresi sang istri, laki-laki 28 tahun tersebut mulai menyadari sikap ketus Andini. “Atau aku panggil Mbak Rara? Biar Ibu atau Mbak Rara yang nemenin kamu.”

“Ibu baru sembuh, tensinya cukup tinggi kemarin. Itu sebabnya beliau sampai harus dirawat. Ibu masih harus istirahat di rumah. Mbak Rara juga lagi kerja. Aku nggak mau merepotkan mereka,” tolak Andini dengan tegas.

“Apa maksud kamu dengan kata ‘merepotkan’ itu?” Namun, jawaban yang diberikan oleh Andini, membuat Niko menatapnya tajam.

Andini tersenyum miring dna menjawab. “Selama Ibu di rumah sakit, siapa yang mengurus beliau? Kamu? Adikmu? Atau kakakmu itu? Bukan, kan Mas?”

“Aku yang mengurus Ibu, lalu dimana semua saudara perempuanmu itu? Bahkan adik laki-lakimu saja nggak bisa diandalkan,” imbuh Andini dengan nada cukup tinggi. “Kalau urus dan nemenin ibu sendiri aja nggak bisa. Apalagi nemenin aku yang notabene hanya saudara ipar?”

Niko terdiam. Tak bisa menjawab.

“Sudahlah, aku masih bisa pergi sendiri.” Andini melanjutkan, sebab matanya bisa melihat dengan jelas kebisuan sang suami.

Lelaki yang sudah memakai pakaian lengkap tersebut menghela nafas panjang. “Ya sudah, terserah kamu. Yang jelas Mas sudah menawarkan. Maaf karena Mas nggak bisa anter kamu.”

Detik berikutnya, ia mendekat, kemudian mengecup kening Andini. “Kabari Mas kalau ada apa-apa. Jangan ngebut! Jangan sampai kamu pergi dengan posisi kesal terus nyetirnya ugal-ugalan.”

Tanpa menunggu jawaban, Niko melangkah keluar kamar.

Andini mengikuti arah kepergian sang suami dengan tatapan kosong, perasaan sesak makin menekan dadanya.

“Entah kenapa, aku seperti tidak mengenalmu hari ini, Mas….”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 3

    Seketika, ide melintas di kepala Andini. Ia buru-buru berlari ke kamar, mengambil ponselnya sendiri, lalu mengetik sesuatu.Beberapa detik kemudian, ponselnya bergetar. Dan balasan pun datang.[Dia nggak ada jadwal masuk kantor hari ini. Entah kalau ketemu klien. Aku juga tak paham.]Jantung Andini berdetak kencang.Kali ini, Ia semakin yakin jika Niko sedang berbohong! Tangannya mencengkeram ponsel dengan erat. Dadanya bergemuruh sedangkan nafasnya memburu. “Kamu berani main-main sama aku, Mas?” geram Andini. Ia menatap keluar jendela, melihat mobil sang suami yang perlahan keluar dari gerbang.Kemarahan Andini seketika meledak.Tanpa pikir panjang, wanita itu meraih kunci mobil dan bergegas keluar.“Aku harus mengikuti Mas Niko! Apapun yang terjadi.”“Kita akan lihat, Mas. Kau benar pergi ke kantor ekspedisi, atau ke tempat lain!”Andini menggumam lirih, matanya menatap tajam ke arah mobil hitam yang baru saja melaju meninggalkan halaman rumah. Dengan gerakan cepat, ia meraih kun

    Huling Na-update : 2025-04-06
  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 4

    Setelah tiba di rumah sakit, Andini segera menuju lantai tempat dokter kandungan langganannya berada. Ini adalah kunjungan keenamnya dalam satu tahun terakhir, dan setiap kali datang ke sini, hatinya selalu dipenuhi harapan sekaligus ketakutan.Di dalam ruang periksa, ia duduk dengan tangan dan jari yang saling bertaut, berusaha meredam kegugupannya. Dokter yang mengenakan jas putih bersih itu tersenyum lembut sebelum menatapnya dengan penuh perhatian.“Bagaimana, Dok?” tanya Andini dengan suara pelan, namun penuh harap.Sang dokter menatap layar monitor hasil pemeriksaan sejenak, sebelum beralih menatap Andini. “Semuanya bagus, tidak ada masalah serius. Mungkin—”“Mungkin kenapa, Dok?” Andini langsung menyela, suaranya sedikit meninggi karena panik.Wanita cantik yang berprofesi sebagai dokter kandungan tersebut tersenyum kecil, lalu mengangkat tangannya dengan gerakan menenangkan. “Sabar, Bu Andini. Coba tenangkan diri dulu, rileks, dan pikirkan hal-hal baik. Itu bisa membantu meng

    Huling Na-update : 2025-04-06
  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 5

    “Bagaimana caranya kamu mau nikahin dia?” “Ya tinggal nikah! Gitu aja kok repot!” Laki-laki yang memakai jaket jeans itu langsung menoleh saat menyadari ucapannya. “Tinggal nikah? Lalu, mau kamu kasih makan apa anak orang?” Andini berdiri sambil bersedekap, menatap tajam pada laki-laki yang kini sedang bersama seorang wanita hamil, setidaknya begitu menurut pengakuannya. Meski perutnya belum terlihat menonjol. “Kamu siapa? Nggak usah ikut campur urusan orang deh!” ucap wanita hamil tersebut dengan sedikit ketus. “Ka.. Kak Andini….” Berbanding terbalik dengan wanita berambut pendek tersebut. Laki-laki yang berdiri di sebelahnya justru terperanjat, kala menyadari siapa sosok yang baru saja berbicara. “Kencing aja masih belum bener, udah berani hamilin anak orang kamu!” tekan Andini lagi. “Dia siapa sih sayang? Sok kenal banget!” sinis wanita hamil itu lagi. Pemuda itu memejamkan mata sejenak kemudian menoleh ke arah sang kekasih. “Dia kakak iparku,” bisiknya dengan nada t

    Huling Na-update : 2025-04-06
  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 6

    “Kalau Mas Niko tahu aku bisa habis dihajar sama dia, Kak.”Suara Nino terdengar tegas namun gemetar. Wajahnya terlihat cemas. Tangannya mengepal di atas meja, sementara Andini hanya menatapnya dingin, tanpa sepatah kata.“Kamu minta aku diam… setelah semua yang aku lihat?” Andini bersandar, suaranya nyaris berbisik, tapi penuh tekanan. “Kamu tahu aku sudah hampir gila karena menahan rasa marah diri sendiri, Nino.”“Kami membiayai sekolahmu, agar kamu bisa sukses di masa depan. Tapi justru kamu sendiri yang menghancurkan masa depanmu!” ucap Andini yang mulai menaikkan nada suara. “Aku tahu,” Nino membalas cepat. “Tapi aku juga bingung, Kak. Kakak pikir aku nyaman nutupin semua ini? Aku sudah janji, aku bakal jujur ke keluarga. Tapi untuk sekarang… tolong, jangan bilang apa-apa ke Mas Niko dan Ibu dulu.”Andini mengerjapkan mata, nafasnya pendek-pendek menahan amarah yang hampir meledak. Kepalanya dipalingkan, matanya menatap kaca besar yang memantulkan siluet mereka bertiga.“Dia sua

    Huling Na-update : 2025-04-16
  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 7

    “Ya sudah, Mas mandi dulu ya sayang….” Cup! Niko mengecup pucuk kepala Andini sebelum akhirnya berlalu ke kamar mereka yang berada di lantai atas. ‘Hufttt… setidaknya Andini percaya karena paket fiktif itu,’ batin Niko seraya melangkah. Sementara Andini hanya memandang ke arah kepergian sang suami kemudian beralih pada paket yang diberikan oleh Niko beberapa saat lalu. “Heh! Kau menganggapku senaif itu rupanya.” **** Kini, Niko sudah selesai mandi, namun laki-laki itu masih betah berlama-lama di kamarnya. Pria berbadan cukup kekar itu masih duduk termenung di atas tempat tidurnya sambil memikirkan sesuatu. “Apa aku ikuti saja masukan dari Ibu ya?” gumam Niko lirih. (Flashback On) Beberapa jam sebelumnya… Niko menjatuhkan sebagian tubuh di atas meja kerjanya yang penuh berkas. Dengan tangan terlipat, ia meletakkan kepalanya di antara kedua lengan, berharap bisa mengistirahatkan pikirannya yang sudah terlalu penat. Drrtt… Drrtt… Namun tiba-tiba ponselnya bergetar.

    Huling Na-update : 2025-04-19
  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 8

    “Kamu yakin mau ke sana sekarang?” Niko menatap Lisa yang sudah berdiri di depannya dengan ekspresi tegas. Alih-alih menjawab, wanita itu justru memicingkan mata dan menatapnya tajam. Tanpa mengubah posisi, Lisa memutar tubuh menghadap Niko sepenuhnya. “Kalau tidak sekarang, lalu kapan lagi?” suaranya dingin, menusuk langsung ke hati Niko. Niko menelan ludah. “Mungkin kita bisa periksakan dulu ke rumah sakit. Sebelum kamu—” “Aku ini lagi ngidam lho, Mas!” Lisa menyela dengan cepat, suaranya meninggi. “Apa kamu pikir aku ini cuma lagi bercanda, Mas?” Matanya menyala penuh amarah. Niko memejamkan mata sejenak. Dalam hati, ia memang sedikit ragu jika simpanannya itu hamil, tapi ia tak mungkin mengatakan itu pada Lisa. “Bukan begitu, Sayang. Hanya saja…” Niko menghentikan ucapannya saat melihat tatapan Lisa berubah. Ditambah lirikan mata orang tua wanita itu. Membuatnya merasa terpojok. “Kamu yang membuat aku hamil, Mas!” suara Lisa bergetar, bukan karena ketakutan, melain

    Huling Na-update : 2025-05-04
  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 9

    Di dalam mobil, Niko tampak gelisah. “Jadi, kita ke cafe mana?” tanyanya, mencoba terdengar setenang mungkin. “Lalu rumah sakit mana?” Lisa yang duduk di sebelahnya melipat tangan di dada. “Ke Rumah Sakit Keluarga Terpadu. Itu rumah sakit terdekat.” Mendengar jawaban itu, ekspresi Niko berubah drastis. “Rumah Sakit Keluarga Terpadu? Tapi… Andini juga periksa di sana,” suaranya sedikit panik. Lisa menoleh dengan ekspresi sinis. “Lalu apa masalahnya?” “Rumah sakit itu bukan punya istrimu sendiri, kan? Sampai orang lain nggak boleh periksa di sana?” lanjutnya ketus. Niko menghela napas. “Bukan begitu, Sayang. Aku hanya terkejut, itu saja.” “Lagian, wanita mandul itu ngapain sih pake capek-capek periksa ke rumah sakit segala. Udah mandul mah, ya mandul aja! Nggak usah banyak bertingkah!” papar Lisa yang terlihat jelas sangat tidak menyukai Andini, istri sah Niko. Pras diam. Tangannya semakin erat menggenggam kemudi. Saat ini, pikirannya penuh dengan berbagai skenario bu

    Huling Na-update : 2025-05-04
  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 10

    Keesokan harinya... ‘Ini mimpi buruk, bukan? Tolong yakinkan aku kalau ini tidak nyata…,’ batin wanita yang kini melihat Niko dan Lisa berjalan santai keluar dari rumah sakit. “Aku nggak pernah menyangka kalau ini yang kau lakukan di belakangku, Mas…” Suara Andini tercekat. Hatinya terasa perih. Ia berdiri terpaku, berusaha mencerna kenyataan pahit yang sedang terjadi di depan matanya. ‘Tapi sejak kapan mereka…?’ Andai saja ia membatalkan jadwal mengambil vitamin hari ini. Sudah pasti Andini tidak akan mendapat fakta yang cukup membuatnya tercengang. Atau mungkin … Tuhan sedang berada di pihaknya. “Aarrgghhh! Dasar brengsek!” umpat Andini keras. “Bu Andini?” Hingga sebuah suara mengejutkan Andini yang masih duduk di lantai. “Dokter…,” lirih Andini. Wanita berjas putih tersebut langsung membantu Andini berdiri. Lalu merangkul tubuh wanita itu dan membawanya ke sebuah ruangan. “Ada apa Bu Andini? Kenapa Ibu ada di-” ******* “Apa kesabaran saya tidak ada

    Huling Na-update : 2025-05-04

Pinakabagong kabanata

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 10

    Keesokan harinya... ‘Ini mimpi buruk, bukan? Tolong yakinkan aku kalau ini tidak nyata…,’ batin wanita yang kini melihat Niko dan Lisa berjalan santai keluar dari rumah sakit. “Aku nggak pernah menyangka kalau ini yang kau lakukan di belakangku, Mas…” Suara Andini tercekat. Hatinya terasa perih. Ia berdiri terpaku, berusaha mencerna kenyataan pahit yang sedang terjadi di depan matanya. ‘Tapi sejak kapan mereka…?’ Andai saja ia membatalkan jadwal mengambil vitamin hari ini. Sudah pasti Andini tidak akan mendapat fakta yang cukup membuatnya tercengang. Atau mungkin … Tuhan sedang berada di pihaknya. “Aarrgghhh! Dasar brengsek!” umpat Andini keras. “Bu Andini?” Hingga sebuah suara mengejutkan Andini yang masih duduk di lantai. “Dokter…,” lirih Andini. Wanita berjas putih tersebut langsung membantu Andini berdiri. Lalu merangkul tubuh wanita itu dan membawanya ke sebuah ruangan. “Ada apa Bu Andini? Kenapa Ibu ada di-” ******* “Apa kesabaran saya tidak ada

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 9

    Di dalam mobil, Niko tampak gelisah. “Jadi, kita ke cafe mana?” tanyanya, mencoba terdengar setenang mungkin. “Lalu rumah sakit mana?” Lisa yang duduk di sebelahnya melipat tangan di dada. “Ke Rumah Sakit Keluarga Terpadu. Itu rumah sakit terdekat.” Mendengar jawaban itu, ekspresi Niko berubah drastis. “Rumah Sakit Keluarga Terpadu? Tapi… Andini juga periksa di sana,” suaranya sedikit panik. Lisa menoleh dengan ekspresi sinis. “Lalu apa masalahnya?” “Rumah sakit itu bukan punya istrimu sendiri, kan? Sampai orang lain nggak boleh periksa di sana?” lanjutnya ketus. Niko menghela napas. “Bukan begitu, Sayang. Aku hanya terkejut, itu saja.” “Lagian, wanita mandul itu ngapain sih pake capek-capek periksa ke rumah sakit segala. Udah mandul mah, ya mandul aja! Nggak usah banyak bertingkah!” papar Lisa yang terlihat jelas sangat tidak menyukai Andini, istri sah Niko. Pras diam. Tangannya semakin erat menggenggam kemudi. Saat ini, pikirannya penuh dengan berbagai skenario bu

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 8

    “Kamu yakin mau ke sana sekarang?” Niko menatap Lisa yang sudah berdiri di depannya dengan ekspresi tegas. Alih-alih menjawab, wanita itu justru memicingkan mata dan menatapnya tajam. Tanpa mengubah posisi, Lisa memutar tubuh menghadap Niko sepenuhnya. “Kalau tidak sekarang, lalu kapan lagi?” suaranya dingin, menusuk langsung ke hati Niko. Niko menelan ludah. “Mungkin kita bisa periksakan dulu ke rumah sakit. Sebelum kamu—” “Aku ini lagi ngidam lho, Mas!” Lisa menyela dengan cepat, suaranya meninggi. “Apa kamu pikir aku ini cuma lagi bercanda, Mas?” Matanya menyala penuh amarah. Niko memejamkan mata sejenak. Dalam hati, ia memang sedikit ragu jika simpanannya itu hamil, tapi ia tak mungkin mengatakan itu pada Lisa. “Bukan begitu, Sayang. Hanya saja…” Niko menghentikan ucapannya saat melihat tatapan Lisa berubah. Ditambah lirikan mata orang tua wanita itu. Membuatnya merasa terpojok. “Kamu yang membuat aku hamil, Mas!” suara Lisa bergetar, bukan karena ketakutan, melain

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 7

    “Ya sudah, Mas mandi dulu ya sayang….” Cup! Niko mengecup pucuk kepala Andini sebelum akhirnya berlalu ke kamar mereka yang berada di lantai atas. ‘Hufttt… setidaknya Andini percaya karena paket fiktif itu,’ batin Niko seraya melangkah. Sementara Andini hanya memandang ke arah kepergian sang suami kemudian beralih pada paket yang diberikan oleh Niko beberapa saat lalu. “Heh! Kau menganggapku senaif itu rupanya.” **** Kini, Niko sudah selesai mandi, namun laki-laki itu masih betah berlama-lama di kamarnya. Pria berbadan cukup kekar itu masih duduk termenung di atas tempat tidurnya sambil memikirkan sesuatu. “Apa aku ikuti saja masukan dari Ibu ya?” gumam Niko lirih. (Flashback On) Beberapa jam sebelumnya… Niko menjatuhkan sebagian tubuh di atas meja kerjanya yang penuh berkas. Dengan tangan terlipat, ia meletakkan kepalanya di antara kedua lengan, berharap bisa mengistirahatkan pikirannya yang sudah terlalu penat. Drrtt… Drrtt… Namun tiba-tiba ponselnya bergetar.

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 6

    “Kalau Mas Niko tahu aku bisa habis dihajar sama dia, Kak.”Suara Nino terdengar tegas namun gemetar. Wajahnya terlihat cemas. Tangannya mengepal di atas meja, sementara Andini hanya menatapnya dingin, tanpa sepatah kata.“Kamu minta aku diam… setelah semua yang aku lihat?” Andini bersandar, suaranya nyaris berbisik, tapi penuh tekanan. “Kamu tahu aku sudah hampir gila karena menahan rasa marah diri sendiri, Nino.”“Kami membiayai sekolahmu, agar kamu bisa sukses di masa depan. Tapi justru kamu sendiri yang menghancurkan masa depanmu!” ucap Andini yang mulai menaikkan nada suara. “Aku tahu,” Nino membalas cepat. “Tapi aku juga bingung, Kak. Kakak pikir aku nyaman nutupin semua ini? Aku sudah janji, aku bakal jujur ke keluarga. Tapi untuk sekarang… tolong, jangan bilang apa-apa ke Mas Niko dan Ibu dulu.”Andini mengerjapkan mata, nafasnya pendek-pendek menahan amarah yang hampir meledak. Kepalanya dipalingkan, matanya menatap kaca besar yang memantulkan siluet mereka bertiga.“Dia sua

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 5

    “Bagaimana caranya kamu mau nikahin dia?” “Ya tinggal nikah! Gitu aja kok repot!” Laki-laki yang memakai jaket jeans itu langsung menoleh saat menyadari ucapannya. “Tinggal nikah? Lalu, mau kamu kasih makan apa anak orang?” Andini berdiri sambil bersedekap, menatap tajam pada laki-laki yang kini sedang bersama seorang wanita hamil, setidaknya begitu menurut pengakuannya. Meski perutnya belum terlihat menonjol. “Kamu siapa? Nggak usah ikut campur urusan orang deh!” ucap wanita hamil tersebut dengan sedikit ketus. “Ka.. Kak Andini….” Berbanding terbalik dengan wanita berambut pendek tersebut. Laki-laki yang berdiri di sebelahnya justru terperanjat, kala menyadari siapa sosok yang baru saja berbicara. “Kencing aja masih belum bener, udah berani hamilin anak orang kamu!” tekan Andini lagi. “Dia siapa sih sayang? Sok kenal banget!” sinis wanita hamil itu lagi. Pemuda itu memejamkan mata sejenak kemudian menoleh ke arah sang kekasih. “Dia kakak iparku,” bisiknya dengan nada t

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 4

    Setelah tiba di rumah sakit, Andini segera menuju lantai tempat dokter kandungan langganannya berada. Ini adalah kunjungan keenamnya dalam satu tahun terakhir, dan setiap kali datang ke sini, hatinya selalu dipenuhi harapan sekaligus ketakutan.Di dalam ruang periksa, ia duduk dengan tangan dan jari yang saling bertaut, berusaha meredam kegugupannya. Dokter yang mengenakan jas putih bersih itu tersenyum lembut sebelum menatapnya dengan penuh perhatian.“Bagaimana, Dok?” tanya Andini dengan suara pelan, namun penuh harap.Sang dokter menatap layar monitor hasil pemeriksaan sejenak, sebelum beralih menatap Andini. “Semuanya bagus, tidak ada masalah serius. Mungkin—”“Mungkin kenapa, Dok?” Andini langsung menyela, suaranya sedikit meninggi karena panik.Wanita cantik yang berprofesi sebagai dokter kandungan tersebut tersenyum kecil, lalu mengangkat tangannya dengan gerakan menenangkan. “Sabar, Bu Andini. Coba tenangkan diri dulu, rileks, dan pikirkan hal-hal baik. Itu bisa membantu meng

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 3

    Seketika, ide melintas di kepala Andini. Ia buru-buru berlari ke kamar, mengambil ponselnya sendiri, lalu mengetik sesuatu.Beberapa detik kemudian, ponselnya bergetar. Dan balasan pun datang.[Dia nggak ada jadwal masuk kantor hari ini. Entah kalau ketemu klien. Aku juga tak paham.]Jantung Andini berdetak kencang.Kali ini, Ia semakin yakin jika Niko sedang berbohong! Tangannya mencengkeram ponsel dengan erat. Dadanya bergemuruh sedangkan nafasnya memburu. “Kamu berani main-main sama aku, Mas?” geram Andini. Ia menatap keluar jendela, melihat mobil sang suami yang perlahan keluar dari gerbang.Kemarahan Andini seketika meledak.Tanpa pikir panjang, wanita itu meraih kunci mobil dan bergegas keluar.“Aku harus mengikuti Mas Niko! Apapun yang terjadi.”“Kita akan lihat, Mas. Kau benar pergi ke kantor ekspedisi, atau ke tempat lain!”Andini menggumam lirih, matanya menatap tajam ke arah mobil hitam yang baru saja melaju meninggalkan halaman rumah. Dengan gerakan cepat, ia meraih kun

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 2

    “Maksud kamu apa?”Niko menghentikan gerakan tangannya. Laki-laki itu menoleh, menatap istrinya dengan alis bertaut. “Enggak, cuma jawab ucapan kamu, kok.”Andini berdiri sambil mengendik acuh, kemudian wanita berambut panjang tersebut bangkit dan mengambil kemeja yang sudah disiapkan. Lalu meletakkannya di tempat tidur. “Ini baju kerja kamu.”Niko tersenyum, tapi saat mengambil ponselnya dari meja, ekspresinya tiba-tiba berubah.Jantung Andini kembali mencelos. Wanita itu penasaran, apakah suaminya sedang melihat notifikasi yang ia lihat tadi?Niko buru-buru mengunci layar, lalu berjalan mendekati Andini, tangannya terulur mencubit pipi sang istri pelan lalu mengusap pucuk kepalanya. “Jangan manyun gitu ah, jelek tau.”“Coba katakan ada apa?” tanya Niko dengan nada lembut. Andini mengangkat alis. “Hmm.. Ya ya ya istrinya dikata jelek, karena kamu biasa melihat wanita di luar sana yang lebih cantik dan seksi. Iya kan?”Niko tampak terkejut sesaat. Tapi dengan cepat, laki-laki itu me

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status