Beranda / Romansa / Kutukan Mantan Terindah / Kesibukan Calon Pengantin

Share

Kesibukan Calon Pengantin

Penulis: Syamwiek
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-13 21:27:01

Zura baru saja sampai di rumah setelah dari salon. Roda kursi baru menyentuh lantai teras ketika suara deru motor sport terdengar mendekat. Dan benar saja, calon pengantin pria itu muncul dari arah gerbang, masih mengenakan jaket proyek yang sudah belepotan debu. Wajahnya kelihatan letih, rambut acak-acakan, dan kulitnya makin gelap!

“Astaga, Zain!” seru Mami Narumi begitu anaknya melepas helm. “Kamu tuh nikah dua bulan lagi! Mau naik pelaminan dengan muka kayak tukang parkir?!”

Zivanya terkekeh pelan sambil mendorong kursi roda Zura ke dalam rumah. “Mami, bisa-bisa Kak Zain dikira fotografernya, bukan pengantinnya.”

Zura ikut tertawa, menutup mulutnya dengan tangan. Tapi tak bisa menyembunyikan rona bahagia di pipinya saat tatapan Zain langsung tertuju padanya. Pria itu langsung berjalan mendekat dan jongkok di depan Zura, seperti biasa—tanpa canggung, tanpa ragu.

“Maaf ya, nggak sempat ganti baju dulu. Langsung ke sini karena kangen.”

Zura mendecak pelan. “Kamu kayak baru keluar dar
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (8)
goodnovel comment avatar
Dilla dilawan
eh zura, sebenernya yah kalau zain ga mau perawatan mah gampang... cari aja cowok tampan yang bisa gantiin posisi dia diatas pelaminan. aq yakin mah mami sama zivanya pasti setuju itu buat cari pengganti zain.abisnya udah tau mau nikah bukannya makin tampan,tapi makin gadel
goodnovel comment avatar
Dilla dilawan
duh manis banget sih kata2nya zain...wkwkwk... jangan percaya 100% zura. laki-laki mah emang kayak gitu.sebelum dapet beuh berusaha sekuatnya buat dapetin wanita targetnya eh begitu udah dapet, siape lo?? mo ngambek juga ga akan di bujukin.wkwkw #curcol
goodnovel comment avatar
WidiaYuan
dengerin zain... perawatan masa cek Aroma kang parkir ga kereen aah zura udah cakep cetarr kamu pun juga harus keren zain
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kutukan Mantan Terindah   Kebahagiaan Beruntun

    Cuaca Jakarta hari ini begitu cerah, seolah ikut menyambut sesuatu yang penting. Zura kini sedang berada di ruang tamu kediaman keluarga Juhar, mengenakan blus putih sederhana dan celana kulot krem. Rambutnya dikuncir rapi, wajahnya tanpa riasan berlebih—namun justru di sanalah letak kecantikannya terpancar.Sejak siang tadi, dia sudah merasa harinya akan berbeda. Mungkin karena akan camping dibelakang rumah dengan Zain—agenda yang terus menerus tertunda. Atau mungkin juga karena hatinya memang sedang dalam keadaan paling ringan setelah perjalanan penuh kejutan dan haru di danau bersama Ayah Ravi dan Papi Barra.Tepat menjelang senja, suara mobil terdengar di pelataran rumah. Beberapa langkah kaki terdengar dari luar, lalu pintu dibuka oleh salah satu asisten rumah tangga.“Zura, Ayah datang—”Zura menggerakan kursi rodanya. Dan saat melewati ambang ruang tamu, dia berhenti. Matanya langsung menangkap sosok wanita cantik berbalut setelan warna dusty rose, rambut sebahu yang kini mulai

  • Kutukan Mantan Terindah   Kejutan Hampir Gagal

    Zura menggigit bibirnya, seolah ragu harus berkata apa. Matanya melirik ke danau, lalu kembali menatap kedua pria paruh baya yang masih berdiri mematung dengan sorot tak percaya. Detik itu, dia tahu tidak bisa menyembunyikannya rahasianya lebih lama lagi.Dengan nafas tertahan, dia menurunkan tongkat pancing perlahan, lalu berdiri lebih tegak. “Aku udah bisa jalan, Ayah, Papi,” ucapnya pelan. “Sudah hampir dua minggu, sebenarnya.”Ayah Ravi nyaris terjatuh ke belakang kalau saja tidak sempat berpegangan pada bangku lipat di sampingnya. “A-a-a—apa? Dua minggu?”Zura menunduk, seperti anak kecil yang ketahuan menyimpan rahasia besar. “Aku sengaja nggak bilang siapa-siapa. Bahkan ke Zain pun enggak.”Papi Barra mengerutkan kening. “Kenapa disembunyiin, Sayang? Ini kabar luar biasa, Zura! Ini mukjizat!”Zura mengangguk pelan. “Iya, aku tahu. Makanya aku mau jadikan ini kejutan. Buat Zain. Buat kita semua, sebenarnya. Tapi terutama buat dia—di hari pernikahan kami nanti.”Dia menatap merek

  • Kutukan Mantan Terindah   Tuan Putri Zura

    Selesai sarapan, Zura baru saja hendak kembali ke kamarnya ketika Papi Barra muncul sambil membawa jaket dan topi miliknya. Di belakangnya, Ayah Ravi sudah berdiri dengan kunci mobil di tangan, wajahnya penuh semangat seperti anak kecil yang mau jalan-jalan ke taman hiburan.“Kita pergi sekarang,” kata Ayah Ravi, matanya menyipit nakal ke arah Zura.“Ke mana?” tanya Zura bingung, bahkan belum sempat menyentuh lip balm yang biasa dipakainya sebelum keluar rumah.“Rahasia,” jawab Ayah Ravi sambil melirik Papi Barra.Papi Barra menepuk pelan bahu Zura. “Pokoknya kamu bakal ngerasain sesuatu yang belum pernah kamu rasain selama ini.”Zura mengerutkan kening. “Zain ikut juga?”Pertanyaannya langsung dibalas gelengan kepala dari Ayah Ravi. “Tidak. Zain lembur hari ini.”Zura melongo. “Hari Minggu?”“Justru itu,” sahut Papi Barra dengan senyum penuh konspirasi. “Biar dia nggak ganggu misi kita.”Zura akhirnya tertawa kecil, setengah tak percaya tapi juga tak ingin membantah. Rasa penasaranny

  • Kutukan Mantan Terindah   Kabar Dari Ayah Ravi

    Setelah kematian Aisha, hubungan Zura dengan kedua orangtuanya semakin renggang. Bukan karena Zura menjauh, tapi karena Appa Gio dan Amma Gista yang memilih pergi jauh. Mereka tidak lagi tinggal di Indonesia. Appa Gio kembali ke Dubai, tanah kelahirannya. Amma Gista ikut menetap di sana beberapa waktu sebelum akhirnya berpindah ke London untuk urusan pekerjaan. Zura sempat berusaha mempertahankan komunikasi. Mengirim pesan, video call, bahkan mengirimkan bingkisan kecil saat ulang tahun mereka. Tapi usahanya tak membuahkan hasil. Balasan makin jarang, panggilan sering tak dijawab, dan setiap percakapan terasa dingin. Seolah mereka semua sedang pura-pura baik-baik saja padahal sudah ada retakan yang tak bisa disembunyikan. Namun, Zura tidak lantas merasa kehilangan arah. Karena di tengah kehampaan itu, ada keluarga baru yang mencintainya tanpa syarat. Mami Narumi yang cerewet tapi hangat, Papi Barra yang tenang dan penuh kasih, bahkan Zivanya yang meski kadang jahil tapi selalu ada. M

  • Kutukan Mantan Terindah   Kesibukan Calon Pengantin

    Zura baru saja sampai di rumah setelah dari salon. Roda kursi baru menyentuh lantai teras ketika suara deru motor sport terdengar mendekat. Dan benar saja, calon pengantin pria itu muncul dari arah gerbang, masih mengenakan jaket proyek yang sudah belepotan debu. Wajahnya kelihatan letih, rambut acak-acakan, dan kulitnya makin gelap!“Astaga, Zain!” seru Mami Narumi begitu anaknya melepas helm. “Kamu tuh nikah dua bulan lagi! Mau naik pelaminan dengan muka kayak tukang parkir?!”Zivanya terkekeh pelan sambil mendorong kursi roda Zura ke dalam rumah. “Mami, bisa-bisa Kak Zain dikira fotografernya, bukan pengantinnya.”Zura ikut tertawa, menutup mulutnya dengan tangan. Tapi tak bisa menyembunyikan rona bahagia di pipinya saat tatapan Zain langsung tertuju padanya. Pria itu langsung berjalan mendekat dan jongkok di depan Zura, seperti biasa—tanpa canggung, tanpa ragu.“Maaf ya, nggak sempat ganti baju dulu. Langsung ke sini karena kangen.”Zura mendecak pelan. “Kamu kayak baru keluar dar

  • Kutukan Mantan Terindah   Persiapan Pernikahan

    Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tanpa terasa—hari ini genap satu tahun sejak kecelakaan itu mengubah hidup Zura. Satu tahun sejak tubuhnya kehilangan kendali dari pinggang ke bawah. Satu tahun sejak semuanya terasa gelap dan menyesakkan.Namun hari ini, alih-alih mengenang dengan air mata, Zura memilih tersenyum. Karena hari ini bukan tentang luka, tapi tentang harapan baru. Tentang cinta yang tetap tinggal, bahkan ketika tubuhnya tak lagi sama.Zura duduk di depan cermin besar, mengenakan kebaya putih lembut rancangan Zivanya. Rambutnya disanggul rapi, dan beberapa asisten butik sibuk menyesuaikan kerudung satin yang akan dipakai saat akad nanti.“Sebentar, ini bagian pundaknya agak miring, aku betulin ya!” seru Zivanya sambil melangkah cepat ke belakang kursi roda Zura. Tangannya cekatan, matanya berbinar penuh semangat.“Vi—” Zura menahan tawa, “Kamu lebih panik dari aku yang mau nikah, tahu nggak?”Zivanya mencibir. “Ya jelas dong! Desain rancanganku akan dipakai Kak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status