Beranda / Romansa / MANTANMU JADI ISTRI BOS / Pergi Dari Hidup Kalian

Share

Pergi Dari Hidup Kalian

Penulis: Money Angel
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-08 18:15:48

Setelah drama kecil seorang kakek yang tersakiti, Dahlia menurut saja saat langkah Akung menariknya ke ruang rawat sang kakek yang ternyata berada di sebelah ruang rawatnya.

Di sana mereka berbincang singkat tentang kenapa Akung dirawat. Dahlia cemas dengan kondisi Akung yang mungkin saja terluka dalam insiden kecopetan kemarin. Tapi syukurnya tidak seperti yang ditakutkan Dahlia. Akung mengaku memang tidak enak badan dan ingin beristirahat.

“Akung suka baca buku?” tanya Dahlia saat melihat beberapa buku tertumpuk di meja samping brankar Akung. Wanita itu mendekat agar lebih jelas melihat buku apa yang sedang dibaca Akung, “Management Bisnis?” tanyanya lagi.

“Iya. Akung masih belajar, Nduk. Akung mau banyak tau soal managemen bisnis di era Gen Z yang katanya banyak perbedaan. Toh, kalau orang tua seumuran Akung gini nggak mau ditinggal, memang seharusnya mengikuti perkembangan zaman, kan?” jawab Akung dengan nada tenang, tapi senyumnya seolah tidak memudar sejak tadi.

“Akung bener banget,” Dahlia menjawab setuju, “Akung, saya boleh pinjam satu, buat dibaca di kamar saya?” sambungnya bertanya.

“Boleh dong,” Akung setuju, “tapi apa kamu suka baca begituan?”

“Saya bekerja di bidang ini, Akung. Alhamdulillah di bagian pemasaran di perusahaan makanan di kota ini. Akung pernah dengar Star Snack? Perusahaan itu memang didirikan sejak lama, tapi saya dan tim terus belajar bagaimana caranya supaya bisa mengembangkan pemasaran dengan cara zaman sekarang,”

“Nggak ada salahnya terus update dan upgrade, kan, Akung?” tanya Dahlia di akhir penjelasannya.

“Star Snack, ya? Akung tau nama itu. Setahu Akung, itu dulunya cuma pabrik makanan ringan biasa. Cuma jualan kerupuk ikan, Nduk. Dan beruntung banget karena usahanya masih ada sampai sekarang,” jawab Akung tenang, kali ini senyumnya begitu teduh, “Mungkin karena ada anak muda cerdas seperti kamu, Nduk,” sambungnya memuji.

“Ah, bukan gitu, Akung. Saya cuma karyawan kecil. Sumbangsih saya di perusahaan mana ada apa-apanya. Cuma rakyat biasa yang cari sesuap nasi dan sekarung berlian, hehe,” Dahlia mulai santai mengobrol dengan Akung. Tanpa ia sadari sejak tadi Si Kakek ramah sedang mengambil video dengan ponsel di tangannya.

[Akung udah dapat jodohmu, Le. The Best Choice pokoknya. Buruan balik, nanti keburu digondol orang.]

Sambil tersenyum-senyum sendiri dengan ponselnya, Akung mengetik pesan untuk Ali, dan itu membuat Dahlia bertanya.

“Akung lagi sibuk, ya. Kalau gitu saya balik ke kamar dulu deh. Takutnya dokter visit nyariin saya lagi,” ucap Dahlia sambil mengangkat satu buku di tangannya, “Saya pinjam yang ini boleh?”

“Eh, boleh dong. Tapi kamu kok buru-buru, sih? Akung masih pengen ngobrol banyak sama kamu. Kita juga belum bahas cucu Akung dan lamaran buat kamu, Nduk,” Akung terdengar menolak ditinggal pergi dan kalimatnya membuat Dahlia kebingungan.

‘Beneran mau jodohin cucunya ke aku? Gawat, nih!’ batin Dahlia kacau. Ia tidak bisa diam saja dan mempermainkan hati seorang kakek sebaik Akung Hasan, “Begini, Akung. Sebelumnya saya minta maaf. Tapi sebenarnya saya…”

Kalimat Dahlia terpotong saat seseorang tiba-tiba masuk dan membuka pintu, “Akung, I’m coming!” sapa Rudi, cucu angkat Akung sekaligus asisten Ali mulai sekarang, “Loh, eh. Ada tamu ternyata,” seketika ekspresi ceria tadi berubah lebih tenang.

“Nah, ini namanya Rudi, cucu Akung,” Akung mengenalkan Rudi pada Dahlia yang langsung tersenyum ragu dan mengangguk canggung pada Rudi. Melihat itu membuat Akung menambahkan kalimatnya, “Tapi bukan cucu yang ini yang bakalan jadi suami kamu,” sambungan kalimat Akung seketika membuat Dahlia membuat napas lega.

Bukan lega karena bukan pria di depannya yang dimaksud, melainkan lega karena saat ini dirinya tidak harus menemui pria manapun. Hatinya masih sangat basah dengan hujan pengkhianatan Juan.

“Yang itu namanya Ali. Di masih di London, besok lusa baru balik ke Indo. Nanti Akung kenalin ke kamu, ya, Nduk,”

Dahlia hanya bisa tersenyum bingung sambil mengangguk lagi, “I-iya, Akung. Kalau begitu saya balik ke kamar dulu. Sehat-sehat ya, Akung,” ucapnya pamit lalu keluar dari ruangan setelah mengangguk singkat pada Rudi.

“Mripatmu tak colok gelem, Rud?” celetuk Akung saat melihat Rudi terus menoleh ke arah Dahlia.

Sontak Rudi menutup kedua matanya dengan tangan, lalu tak lama dibuka lagi, “Yo ojo toh, Kung. Nanti saya lihatnya pakai apa?” protesnya pada sang kakek.

“Ganti pakai kelereng bisa,” jawab Akung menambah kengerian Rudi, “Lagian ganjen amat kamu. Itu calon iparmu. Bakal calon istri Ali,” lanjutnya hingga Rudi tampak antusias mendengar sambungan cerita Akung.

“Wih, mantul bener. Akung nemu Hidden Gem di mana coba? Perasaan bilangnya kemarin belum punya calon buat Den Ali, kan? Lah, ini nemu bidadari dari mana?” Rudi bersemangat sekali bertanya.

“Ingat yang kemarin, jangan sampai Ali tahu kalau Akung kecopetan?” tanya Akung dan Rudi mengangguk cepat, “Nak, Dahlia lah yang nolongin Akung kemarin. Dia yang nangkep copetnya,”

“Wah……” Rudi ber ‘wah’ panjang, “Trus, gimana ceritanya bisa ketemu lagi?” sambungnya ketagihan bertanya.

“Janji dulu nggak bakalan ngelapor ke Ali,” ucap Akung. Rudi seketika mengangkat jari kelingkingnya lalu memberi kode gerakan mengunci bibir pada sang Akung, “Deal. Awas kamu kalau Ali sampai tau!”

“Nah, begini ceritanya…” Akung Hasan mulai menceritakan kisah usilnya pada Dahlia di taman atas. Sepanjang cerita disampaikan, keduanya terus tertawa senang sambil memuji Dahlia yang dirasa Akung sangat pantas menjadi pendamping Ali.

Namun, berbeda dengan Dahlia sendiri. Setelah sampai di kamar rawatnya, ia nyaris kaget saat melihat Bu Bani dan Nila di sana, tanpa Juan.

“Hebat! Nggak ada kapok-kapoknya bikin ulah kamu, ya!” segera, omelan dan bentakan didengar Dahlia dari sang ibu mertua, “Nggak bisa diam barang sebentar aja kamu? Selalu aja ngerepotin semua orang!”

Dahlia hanya bisa memejamkan matanya singkat sebelum kembali ke brangkar dan duduk di sana, menatapi dua wajah wanita munafik yang membuat hidupnya hancur.

“Lia, gimana kabar kamu? Udah enakan? Ada luka dalam nggak?” tanya Nila. Wanita cantik yang sejatinya tumbuh bersama sejak kecil dengannya, yang sudah dianggapnya sebagai saudara, malah menjadi iblis penggoda suaminya.

Jengah. Itulah yang Dahlia rasakan saat ini. Kepalanya terlalu pusing untuk mengeluarkan emosi pada penghianat itu. Dahlia hanya diam dan memutar malas bola matanya ke samping, “Aku capek. Bisa pergi, aku mau istirahat,”

“Kurang ajar! Berani kamu ngomong begitu ke kami, ha? Hebat betul kamu, Lia. Jangan-jangan otak kamu geser lagi!” tidak percaya diusir oleh menantu durhakanya itu, Bu Bani terus mengomel, “Kamu kira kami datang ke sini mau lihat keadaan kamu? Ibu ke sini mau minta ganti biaya bengkel mobil. Gara-gara kamu mobil Ibu hancur tau!”

“Shhh, Tante. Udah dong. Lia masih sakit. Nanti aja bahas mobilnya. Lagian Mas Juan udah larang kita ke sini, kan? Kalau dia tau, nanti kita yang diomeli Mas Juan,” dengan nada bicara yang lembut, Nila membujuk Bu Bani.

“Kamu dengar tuh? Kalau nggak ada Nila di sini mungkin kamu udah habis sama Ibu, tau!” makian kembali terdengar dan semakin memekakkan telinga Dahlia.

‘Kuatkan aku, Tuhan… Kuatkan aku di depan manusia-manusia nggak beradab ini,’ Dahlia hanya membatin, karena akan percuma jika dirinya membela diri. Dia hanya akan jadi yang salah dan Nila yang selalu benar.

Dahlia terlihat bergerak menekan tombol ‘Call Nurse’ di atas brangkar, “Suster, permisi. Bisa tolong antarkan tamu di kamar saya sekarang. Saya mau istirahat, kepala saya pusing,” ucapnya tenang.

“Gila kamu! Berani banget kamu ngusir kami!” bentak Bu Bani lagi, Sementara Nila terlihat sibuk meredam amarah calon mertuanya itu. Akan tetapi, Dahlia bisa melihat segurat senyum tipis terukir di bibir Nila.

‘Munafik. Bodohnya aku yang selama ini percaya sama dia,’ batin Dahlia merutuki kebodohannya.

Ketukan pintu singkat terdengar dan setelah itu perawat masuk sesuai panggilan Dahlia tadi, “Permisi, Bu… Bisa tolong keluar. Pasien harus istirahat,” ucap perawat rumah sakit.

Mau tidak mau, Bu Bani diam menahan amarahnya. Dia tidak ingin terlihat kampungan di mana orang lain, “Awas aja kamu nanti!” geramnya pelan saat menatap tajam Dahlia.

“Semua hal termasuk masalah mobil nanti kita bahas di pengadilan, Bu. Aku jamin, setelah ini Ibu nggak perlu marah-marah ke aku lagi. Aku bakalan pergi dari hidup kalian,” ucap Dahlia berani, dan itu membuat Bu Bani semakin marah.

Namun, saat wanita tua itu ingin bereaksi lagi, kedatangan dokter visit di ruangan Dahlia membuatnya urung dan pergi dengan kekesalan yang menyesakkan dadanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MANTANMU JADI ISTRI BOS   DEDEK BAYI

    Suasana hangat menyelimuti acara pernikahan Rudi dan Dian. Tawa dan doa mengalun, menandai awal baru bagi mereka berdua, juga hadirnya Ilham yang kini resmi menjadi bagian dari keluarga besar Hasan. Anak kecil itu berlari-lari kecil di antara meja tamu, kadang tertawa, kadang sembunyi malu di balik gaun pengantin ibunya.Dahlia duduk di samping Ali, mengenakan kebaya sederhana namun anggun. Tangannya erat menggenggam milik suaminya, seolah masih tak percaya bahwa lelaki itu kini ada di sisinya, tersenyum, hidup, setelah dulu sempat ia hampir kehilangan. Kenangan pahit pun berkelebat—masa lalunya sebagai janda Juanda Putra yang hancur karena perselingkuhan, perjalanan penuh luka bersama Ali yang sempat ditentang banyak pihak, meninggalnya Akung, Status Rudi, munculnya Shafira dengan kehamilan, hingga malam kelam saat kecelakaan merenggut kesadaran Ali selama tiga bulan.Namun semua itu kini terasa jauh. Semua luka seakan luluh oleh hadirnya Akbar, buah hati mereka, yang kini tertawa

  • MANTANMU JADI ISTRI BOS   RESTU

    Rudi berdiri di hadapan Dian dan Dilan dengan napas masih memburu setelah pertengkaran barusan. Jemarinya mengepal, namun matanya justru bergetar, penuh pergulatan batin. Ia menatap Dian yang wajahnya masih pucat, lalu beralih ke Dilan yang sudah menahan diri untuk tidak melontarkan kata-kata lagi. Suasana hening, hanya bunyi napas yang terdengar. “Aku…” suara Rudi parau, serak menahan beban yang menyesakkan dada, “Aku juga baru tahu semuanya, baru sekarang, setelah tes DNA keluar.” Dian mengangkat wajahnya dengan pandangan tak percaya, seakan tak mampu menangkap maksud kata-kata itu. Sementara Dilan hanya terdiam, menunggu penjelasan. Rudi menelan ludah, suaranya bergetar namun tegas, “Awalnya… semua ini berangkat dari kecurigaan Mbak Dahlia,” “Dia lihat terlalu banyak kemiripan, bukan cuma wajah, tapi juga emosional Ilham dan Akbar. Semakin lama, semakin jelas.” Rudi memejamkan mata sejenak, menahan sakit di kepalanya, “Aku bahkan sempat menyangkal. Kupikir itu cuma sugesti

  • MANTANMU JADI ISTRI BOS   ILHAM ANAKKU

    Ponsel Rudi bergetar di atas meja kerja hotelnya. Ia baru saja selesai membereskan berkas meeting ketika nama temannya, pemilik laboratorium, muncul di layar. “Aku tinggal sebentar.” Pamitnya pada Dian dan Dilan. Rudi meninggalkan kamar dan mencari tempat yang hening untuk mendengarkan kabar yang dia tunggu sejak dua hari lalu. Dengan cepat ia angkat, menempelkan ke telinga. ‘Rud, hasil tes DNA yang kamu titipkan itu… sebenarnya Ilham itu—’ Kalimat di seberang sana terputus. Rudi menahan napas, keningnya berkerut, jantungnya berdegup lebih kencang. Ia memejamkan mata sepersekian detik, lalu suara sambungan telepon tiba-tiba terdengar terputus. Sinyal hilang. Rudi mendecak pelan, perasaan tidak tenang membayangi benaknya. Ia menatap layar ponsel yang kembali hening, belum berani menyimpulkan apapun. Sementara itu, di depan kamar Rudi, ada sebuah joglo kecil dengan lampu temaram dan kursi kayu. Malam Bali yang hangat hanya ditemani suara ombak jauh di kejauhan. Dila

  • MANTANMU JADI ISTRI BOS   TES DNA PEMBUKTIAN

    Rudi mengerjap, kembali ke kenyataan. Dadanya naik turun tak teratur. Pandangan matanya bergetar, seakan ia baru saja diseret kembali ke neraka masa lalu. “Jangan-jangan…” gumamnya, tenggorokannya tercekat. Ia tak berani melanjutkan. Rudi terdiam lama. Ingatan tentang malam penuh dosa di Golden Lotus Bay terus berkelebat di kepalanya. Nafasnya berat, wajahnya pucat. Dan entah kenapa, setiap ia menatap Ilham, ada sesuatu yang menusuk—rasa yang tak bisa ia tolak. ‘Jangan-jangan… dia…’ pikirannya mendadak kacau. Sebelum sempat ia larut lebih jauh, suara lirih Dahlia memecah lamunan, “Rudi… Mbak takut dosa, tapi Mbak harus bilang.” Rudi menoleh cepat. Dahlia menunduk, jemarinya meremas ujung bajunya sendiri, wajahnya diliputi rasa bersalah. “Mbak… nggak tahu kenapa, tapi Mbak kepikiran kalau Ilham itu anak Mas Ali.” Deg… Kata-kata itu membuat jantung Rudi makin berdegup tak karuan. Dahlia menarik napas berat, matanya berkaca-kaca. “Mbak tahu ini salah. Aku istri dia, seh

  • MANTANMU JADI ISTRI BOS   CERITA KELAM DIANDRA

    Malam itu… adalah malam paling kelam dalam hidup Dian. Dia sama sekali tidak sadar apa yang dilakukannya. Semua anggota tubuhnya seperti tidak lagi dikendalikan oleh pikirannya.Samar-samar, dia masih bisa ingat… kalau dia sendiri yang memulai permainan terlarang itu.Dian yang menarik lelaki itu ke dalam lingkaran dosa yang akhirnya menjeratnya sampai sekarang.Dan paginya… waktu Dian membuka mata, dia langsung tersentak. Seluruh tubuhnya bergetar begitu sadar dia hampir tak mengenakan apa-apa, hanya berbalut satu selimut tipis… bersama pria itu. Baju-baju mereka berserakan di lantai, jadi tanpa pikir panjang Dian buru-buru memungutnya satu per satu. Dian tidak berani menoleh lagi ke arah lelaki itu, apalagi membangunkannya. Dia hanya ingin lari. Lari sejauh mungkin dari kamar itu.Sejak saat itu, Dian selalu merasa hidup dalam dosa.‘Aku berdosa, Mbak… aku benar-benar berdosa…’‘Dan dosa itu semakin nyata waktu sebulan kemudian aku sadar ada nyawa kecil tumbuh dalam rahimku.’‘Awa

  • MANTANMU JADI ISTRI BOS   DUA BOCAH

    Di sebuah taman bermain sederhana yang punya area café kecil Akbar dan Ilham akhirnya bertemu. Akbar datang menggandeng tangan Dahlia, sementara Ilham sudah duduk di bangku taman ditemani Dian yang tampil sederhana dengan kemeja longgar dan topi. Begitu mata mereka bertemu, Akbar langsung melangkah cepat. “Eh, kamu Ilham?” tanyanya polos sambil sedikit mengangkat alis. Ilham berdiri, tersenyum tipis, “Iya. Kamu Akbar, kan?” Tanpa basa-basi, dua bocah itu langsung berjabat tangan. Dahlia dan Dian yang menyaksikan dari samping sempat saling melirik, terkejut sekaligus lega melihat anak-anak mereka begitu mudah nyambung. “Jadi kamu juga nolak dibayar uang?” tanya Akbar sambil duduk di sebelah Ilham. “Iya,” jawab Ilham santai, “aku minta uangnya buat Eyang bikin toko bunga aja. Kalau kamu?” “Aku juga gitu, minta Tante Dian supaya balik jadi cewek,” jawab Akbar sambil melirik Dian sebentar. Dian tersipu, menunduk dalam, sementara Dahlia spontan menahan tawa kecil meliha

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status